Jumat, 14 Januari 2011

PENGHINAAN


Baru saja ada seorang guru yang menceritakan kalau anak didiknya agak sulit diatur dan motivasi belajarnya rendah. Setelah ditelusuri oleh guru BP-nya sebenarnya siswa ini memiliki intelegensia yang cukup tinggi, walau hasil belajarnya jelek. Siswa underachiever seperti ini memang sering terjadi di semua sekolah. Bagi sekolah atau guru yang kurang jeli melihat hal seperti ini biasanya bukan menolong si siswa tapi malah akan memojokkan siswa sampai pada tarap yang tanpa disengaja menghancurkan masa depannya.
Namun guru yang satu ini agaknya lain dari yang lain, karena dia mampu menelusuri dan mengetahui bukan saja IQ-nya anak bermasalah ini tinggi, tapi juga mampu meraba kenapa anak ini tidak bisa mencapai nilai maksimal yang sebetulnya bisa dia dapatkan dengan mudah. Guru ini dengan sangat bangga bercerita bahwa dia sanggup mendeteksi penyebab siswanya tidak bisa belajar maksimal. ” Ternyata anak ini tidak bisa menerima dirinya sendiri” terangnya dengan bahasa yang agak berbau psikologis yang aku sebetulnya agak tidak paham. Guru ini menerangkn panjang pendek tentang siswanya yang tidak bisa menerima dirinya sendiri itu. Katanya siswa ini merasa gendut dan berwajah jelek, dia malu dengan keadaannya. Dia ingin sembunyi dari semua orang. Dia tidak PD( percaya diri) sehingga dia gerah berada dilingkungan teman temannya. Akibatnya siswa ini tidak bisa konsentrasi belajar dan bahkan tidak mau belajar sama sekali, terlebih lagi tanpa mengerti akibatnya temen temennya memanggil dia ”gendut”, maka makin hancurlah sisi psikologis anak ini. Sementara aku terbengong bengong tidak mengerti, ada banyak lagi hal yang bu guru ini sampaikan pada saya tentang siswanya tersebut yang semuanya tidak sepenuhnya aku pahami.
Hal dahyat yang tidak aku mengerti adalah kekuatan yang ada pada kata ”gendut” yang dilontarkan teman temannya pada siswa tersebut. Kata itu kalau ditulis, ya cuma pendek saja, dikatakanpun ringan saja. Tetapi ternyata daya rusaknya luar biasa. Kalau disimpulkan dari keterangan bu guru itu, kata itu mampu menghancurkan masa depan banyak orang. Bayangkan saja kalau siswanya bu guru itu benar gagal dalam hidup karena kata ”gendut” itu, bukankah anak keturunan dia juga ikut sengsara, begitu juga orang tua dan saudara saudaranya bisa saja ikut terciprat kesengsaraan akibat kegagalan siswa itu. Hal ini benar benar sebuah bencana bagi sekumpulan besar orang dan penyebabnya hanya kata ”gendut” tidak lebih. Dahsyat bukan?
Jauh jauh hari sebelum kita semua menyadari efek psiokologis dari kata ejekan seperti, ”gendut” dan lain sebaginya, Alqur’an telah memperingatkan kita tentang hal ini pada Surat Al Hujarat (49) Ayat 11 yang kira kira artinya:
Hai orang orang yang beriman, janganlah suatu kaum memperolok olokan (menghina) kaum yang lain, barangkali (kaum yang lain) itu lebih baik dari pada mereka; dan jangan pula wanita yang satu (memperolok) kaum wanita yang lain, karena boleh jadi (kaum wanita yang lain) itu lebih baik dari yang mengolok olokkan: dan jangan kamu mencela dirimu sendiri dan jangan panggil memanggil degan gelaran gelaran buruk. Seburuk beruk panggilan sesudah beriman ialah memanggil orang dengan fasik. Barang siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang yang zalim.
Menurut ayat Qur’an diatas, ternyata memanggil orang lain dengan panggilan buruk atau memperolok bukan hanya akan menjadi bencana bagi yang dipanggil atau diperolok tapi juga bahkan bisa mempermalukan yang mengolok olok. Kata Allah di ayat diatas, bisa jadi yang diperolok itu lebih baik dari yang memperolok. Dan itu benar bisa terjadi. Sekitar 20 tahun yang silam waktu aku masih di SMA, salah satu temen saya yang (maaf) giginya agak terlalu maju dari kebiasaan umum diperolok oleh temen yang lain dengan mengatakan ”untumu mronggos”. Dalam bahas Indonesia kata itu kurang lebih berarti ”gigimu tongos”. Kata itu diucapkan beberapa kali waktu itu untuk menjatuhkan mental si teman, namun yang perlu diketahui, kalau dilihat sebetulnya yang mengatakan ”untumu mrongos” ini giginya lebih maju lagi. Kala itu saya hanya bisa tersenyum agak sedikit geli.
Ternyata benar kata Qur’an, manusia itu seberapapun pintarnya tidak akan mampu mengenali diri, oleh karena itu jangan memperolok orang atau memangil orang dengan panggilan fasik, panggilan yang buruk, karena kita bisa saja lebih buruk dari yang kita perolok dan kita sama sekali tidak sadar. Bisa malu lah kita. Dan orang orang yang tidak mau bertobat, atau berhenti dari melakukan hal ini, oleh Al Qur’an disebut sebagi orang yang zalim. Tahu orang zalim itu seperti apa? Orang zalim adalah orang yang menyakiti dan menghancur orang lain. Orang yang seperti dicontohkan Ibu guru diatas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...