Minggu, 03 Februari 2013

PERLUKAH SEKOLAH MEMPERHATIKAN " MOMENT OF TRUTH"?



Bagi sekolah sekolah negri baik tingkatan SD yang paling rendah sampai SMA ataupun SMK yang paling tinggi, mencari siswa baru bukanlah suatu hal yang susah. Buka pendaftaran selama satu minggu saja, siswa yang datang akan melebihi kuota yang bisa mereka terima. Hal ini tentu para sidang pembaca sadari bukanlah hal yang mengada ada. Daya tarik siswa untuk bersekolah di sekolah sekolah negri begitu besarnya sehingga tak diperlukan lagi apa yang oleh orang pintar disebut sebagai marketing strategy. Mereka ga peduli apa dan bagaimana sekolah negri tersebut, product tidak penting bagi pelanggan sekolah negri toh pada dasarnya standarad pendidikan sekolah negri ya standard tidak terlalu berbeda dari satu sekolah ke selolah yang lainnya. Hal ini akan tetap seperti itu selama negri-minded masih ada dipikiran masyarakat kita, dan fakta bahwa sekolah negri sebetulnya gratis adalah daya tarik yaang berikutnya.

Tapi tidak seperti itu yang terjadi pada sekolah swasta. Mereka harus bertarung keras untuk merebut pasar. Strategi harus dijalankan, produk pendidikannya haruslah “berbeda “ dari sekolah lain. Semua sumberdaya harus dikerahkan dan diperbaiki untuk mendapatkan pangsa pasar yang sebetulnya tidak terlalu besar.

Hal hal besar wajibdiperhatikan , hal hal kecil tidak boleh dibiarkan kalau sekolah ingin tetap bertahan menghadapi kerasnya persaingan. Namun adakalanya sekolah hanya terfokus pada hala hal besar, hal hal kecil diabaikan. Gedung diperbagus, fasilitas lengkap, promosi gencar dan besar besaran, tapi banyak hal kecil tapi strategis tidak tersentuh, akibatnya sekolah tetap bergerak ditempat hidup segan mati tak mau.
Salah satu yang suka dilupakan oleh sekolah adalah tidak pandainya warga sekolah menjaga dan memanfaatkan “Moment of truth”. Tentu istilah ini tidak terlalu familiar di sekolah karena istilah ini seringnya hanya berkeliaran di bisnis bisnis keramahtamahan (hospitality) . Di dunia bisnis macam  hotel, restauran, bar , karaoke dan sejenisnya, moment of truth ini sangat diperhatikan, karena hal ini akan berimbas pada lanjut atau gulung tikarnya usaha. Tapi penyelenggara pendidikan belum banyak yang memeprhatikan moment of truth ini.

Nah dalam tulisan pendek saya ini saya Cuma mau mengingatkan para penyelenggra sekolah untuk memperhatikan moment of truth ini, agar kejayaan selalu berada di genggaman sampeyan semua.
Moment of truth secara gampangnya  adalah berbagai kesempatan, hubungan,interaksi ataupun  pertemuan yang terjadi antara badan usaha dan yang merepresentasikannya dengan pelanggan di saatmana pelanggan itu akan
mengalami dan mendalami apakah kebutuhan dan pelayanan yang diperlukan tersedia dengan baik dan pelanggan akan memberikan penilaian terhadap pelayanan perusahaan atau badan usaha tersebut. Penilaian pada moment of truth ini akan menentukan apakah pelanggan akan tetap menjadi pelanggan atau akan segera angkat kaki dan mencari pelyanan di tempat lain.

Bagi sekolah, setelah gedung dan fasilitas diperbaiki, kurikulum sudah di “up grade”, moment of truth ini akan banyak muncul dalam pelayanan pada siswa maupun pada orangtua siswa baik yang diberikan oleh guru maupun staff yang lain. Sekolah yang ingin memeprtahankan pelanggan harus bisa memastikan guru dan karyawannya bisa bekerja keras, melakukan seluruh pekerjaan dengan baik, melayani pelanggan
dengan baik dan semunya harus tepat waktu baru bisa menjamin bahwa pelanggan akan tetap dalam genggaman atau akan kembali lagi.

Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena, kata yang punya ilmunya, satu moment of truth yang buruk akan menghapuskan 10 kebaikan atau kehebatan yang lain. Kita bisa bayangkan ada calon orangtua siswa yang sedang ke sekolah ingin mencarikan sekolah bagi putranya tercinta, baru sampai depan sekolah orang tua ini sudah terkagum melihat kemegahan calon sekolah anaknya. Tempat parkirnya juga luas, tamannya juga enak dipandang mata. Masuk ke teras sekolah sudah disambut dengan hawa dingin dan wangi, sekolah tertata rapi fasilitas lengkap dan nampak aman bagi anak untuk sekolah. Membaca visi misi sekolah dan program pendidikannya yang begitu hebat tambah mantap saja si orangtua ini ingin menyekolahkan anaknya disekolah itu. Orangtua ini sudah yakin bahwa sekolah ini adalah sekolah yang tepat untuk anaknya, ga peduli bahwa nanti uang masuk atau sppnya sebesar apa, pokoknya anaknya harus sekolah di sekolah ini.
Namun begitu siorantua mulai ketemu guru dan karyawannya kok semuanya cuek saja ga ada yang memperhatikan si orangtua ini. Tiddak ada yang menegur atau sekedar senyum saja. Masuk ke bagian adminsitrasi tidak juga ada yang peduli, hakan pegawai sekolah malah asyyik ngobrol dan bercanda sendiri. Setelah si calon orangtua siswa bilang “permisi” baru ada yang melihat dan memperhatikan. Setelah calon orangtua siswa bertanya tentang sekolah, mereka menjawab “temui kepala sekolah saja bu/pak”,  dan mereka balik lagi ngobrol dengan temannya, ga peduli lagi dengan calon orantua siswa ini.
Kira kira kalau calon orangtua siswa itu anda, sidang pembaca, masih berhasratkah menyekolahkan anak bapak/ibu disekolah yang megah ini? Tentu sampeyan akan berfikir ulang, penilaian yang bagus tentang sekolah itu diawal akan langsung hilang setelah kekecewaan saat dicuekin oleh warga sekolahnya.  Pada ilustrasi ini, sekolah telah kehilangan moment of truth. Semaakin banyak sebuah sekolah kehilangan moment of truth akan semakin ditinggalkan siswanya.
Oleh karena itu sekolah atau bentuk usaha yang lain harus berusaha mati matian untuk tidak pernah kehilangan moment of truth, mengharuskan staff dan gurunya memebrikan pelayanan yang terbaik dan menunjukkan keramahtamahan yang luar biasa pada siapa saja yang datng ke sekolah. Kunci pokok dari moment of truth ini sebetulnya gampang. Sadaarkan seluruh warga sekolah untuk memanusiakan manusia. Pastikan pelanggan adalh raja, jangan dicuekin, jangan dicemberutin, jangan disinggung perasaanya. Jangn biarkan siapa saja yang berada disekolah kebingungan tanpa ada yang menolong dan jangan pernah lupa berikan senyum manis pada semua aorang dilingkungan sekolah. Jangan enggan mengantar menunjukkan dan menolong orang yang punya urusan dengan sekolah. Itu saja. Dan pelanggan akan memberikan apresiasinya. Setelah itu loyalitas pelanggan akan ditangan dan kemajuan usaha/ sekolah tak terhindar lagi. Permintaan kenaikan gaji akan lebih mudah diakomodasi...semoga bermanfaat.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...