Selasa, 26 Februari 2013

Menawarkan Program Pendidikan Leaderpreneurship pada Dunia pendidikan Indonesia



Dibanyak kesempatan dan juga ditulisan tulisan kami di blog ini, berulang kali kami telah paparkan kelemahan sistem pendidikan yang ada dan akibat buruknya yang sudah terjadi dan betapa pentingnya untuk tidak dilanjutkan. Sebagai solusi pengembangan program pendidikan yang lebih baik, yang mengakomodir semua keperluan siswa untuk bertumbuh dan berkembang, di dalam tulisan yang buruk ini, saya mencoba untuk menawarkan sebuah program pendidikan dan bertukar pikiran tentang program pendidikan yang kita sebut saja Program leaderpreneurship.
Sebuah program yang mampu mengakomodir perkembangan kognitif, berupa peningkatan kecerdasan dan bertambahnya ilmu pengetahuan peserta didik, juga perkembangan psikomotorik siswa yang akan menghantarkan siswa pada ketrampilan hidup secara fisik dan juga akan mendorong bertumbuhnya perkembangan afektif siswa yang berupa perkembangan karakter karakter unggul, sikap mental, dan berkembangany ketrampilan hidup siswa secara psikologis lainnya.
Program ini kalau dijalankan dengan benar akan menuntun siswa untuk mampu menyerap ilmu dengan lebih mudah dan lebih nyaman karena siswa tidak dalam tekanan. Juga mendorong siswa untuk memiliki kecakapan hidup yang beragam. Selain itu, program ini juga mengarahkan siswa untuk memiliki karakter yang dinamis, aktif, persuasive, komunikatif, kreatif dan inovatif. Siswa juga akan didik untuk bisa memiliki kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pasar, serta mampu mendeteksi peluang peluang inovasi dan peluang peluang pasar. Pendek kata ketiga aspek penting pendidikan, mulai dari ranah kognitif (daya nalar), afektif (character) sampai dengan ranah psikomotorik (ketrampilan dan kreatifitas) semua diramu dan dikembangkan secara seimbang dalam kurikulum leaderpreneurship program ini.
              Dalam pelaksanaan kurikulum leaderpreneurship ini, kami meramu cara untuk membentuk siswa menjadi pemimpin masa depan melalui tiga tahapan belajar yang kami sesuaikan tahapan taksonomi pembelajaran yang mulanya digagas oleh Benyamin Bloom. Namun kita tidak mengaplikasikan begitu saja taksonomi bloom ini, namun kita bisa modifikasi sedikit agar juga sesuai dengan tiga ranah pendidikan (kognitif, afektif dan psikomotorik)yang akan dicapai dalam proses pengajaran disekolah. Tahapan belajar tersebut adalah berikut ini:

1.   TAHAP EXPLORATION.
Pada tahap ini anak akan belajar mengembangan intelektualitas atau dengan kata lain pengembangan aspek kognitifnya akan lebih menonjol. Namun tentu saja siswa tidak akan hanya belajar pintar saja di tahap ini, namun sesungguhnya pengembangan karakter (afektif) pun sudah pula berjalan. Dengan membagi dua bagian pada tahap ini kita berharap banyak charakter cantik yang tertanam di diri siswa. Pada bagian ‘data collecting”, sebetulnya siswa bukan saja diajarkan untuk memupuk dan mengembangkan intelektualitas mereka, tapi siswa juga sudah dirangsang untuk mengembangkan rasa keingintahuannya, rasa tanggung jawab, pengorganisasian diri,pengorganisasian informasi dan manajemen waktu. Pada bagian reporting siswa akan mengasah kemampuan mereka berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, selain akan berkembang pula rasa percaya dirinya dan kejujurannya serta kemampuan menghargai karya dan pendapat orang lain. Watak lain yang berkembang antara lain kemampuan menerima perbedaan, belajar mengenal diri sendiri, mengenal orang lain, dan percaya diri.
2.   TAHAP APPLICATION

Pada tahap ini siswa akan
melalui sebuah proses belajar yang akan mendorong siswa meningkatkan kemampuan psikomotorik atau ketrampilannya, walau juga masih terbuka lebar bagi siswa untuk menginternalisasi watak dan karakter cantik lain dalam dirinya. Tahap ini juga mempunya dua bagian; bagian pertama, planning dan yang kedua creating.
Pada bagian pertama, panning, siswa akan belajar ketrampilan kepemimpinan dan mangemen, karena siswa akan membuat perencanaan proyek, menetukan besaran biaya, menentukan berapa lama waktu yang diperlukan serta siapa saja dan berapa banyak orang yang akan terlibat. Dengan demikian siswa akan belajar bekerja sama, belajar manajemen keuangan, manjemen waktu, manajemen sumberdaya manusia, belajar berorganisasi, belajar memimpin, belajar bisa dipimpin, belajar mendengarkan orang lain, belajar mengemukakan pendapat, belajar bertoleransi, mampu berfikir aktif dan kreatif, mampu membuat analisa analisa dan mampu berfiki sintesis dan membuat perencanaan inovatif , selain itu siswa belajar memanage waktu, mampu membuat tahapan pengerjaan sebuah project, mampu menghitung cost, dan prediksi keuntungan yang bisa didapat dari projek itu. Pada bagian ‘creating’ siswa dimungkinkan belajar ketrampilan hidup, belajar mencipta sesuatu dan mengembangkan aspek psikomotoriknya. Selain itu siswa juga belajar management waktu, financial dan sumber daya manusia, dan pengembangan kemampuan komunikasi serta kerjasama. Diatas semua itu dalam tahap ini siswa diharapkan mampu membuat terobosan baru, inovasi baru atau produk baru yang bisa di serap pasar sehingga nantinya siswa bukan Cuma siap kerja tapi siap jadi pemberi kerja orang lain.

3.
 TAHAP EVALUATION
Walauapun disemua tahapan siswa dipastikan akan berkembang aspek pembentukan karakternya (afektif) namun ditahapan terakhir ini, aspek pembentukan karakter (afektif) sangat terasa dominan. Pada bagian pertama tahap ini, market testing, siswa diajak belajar kemampuan komunikasi dan mengembangkan kemampuan daya nalarnya, pengembangan ketrampilan inter dan intrapersonal, kemampuan mawas diri, dan kemapuan untuk menerima kritik serta masukan, dan siswa belajar menerima keberhasilan ataupun kegagalan dengan sikap yg dewasa dan elegan. Pada baian refleksi, siswa diajarkan untuk berani berkaca pada diri sendiri, melihat kelemahan diri dan berani membuat keputusan untuk mampu mengeliminir kelemahan sehingga muncul kekuatan baru dalam diri siswa. Siswa diajarkan mencari akar permasalhan yang dihadapi dan seklaigus mencari solusinya (problem solving)
        Dalam ketiga tahapan belajar ini kita akan memasukkan seluruh karakter kepemimpinan dan kewirausahaan sebagai kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum) agar siswa siswi kita benar bisa terbentuk dengan karakter dan profil siswa seperti yang saya sebutkan dimuka. Dan dengan lima tahapan pembelajaran tersebut Sekolah akan mencetak murid murid atau siswa siswinya menjadi pemimpin pemimpin masa depan yang matang intelektualitas dan mentalnya serta memiliki kepekaan terhadap perubahan dan punya emphati terhadap sesama.
                Dengan program leaderpreneurship ini kita akan memberikan kebebasan seluas luasnya pada siswa untuk mengembangkan diri sehingga seluruh potensi yang ada dan seluruh kecerdasan yang dimiliki siswa bisa berkembang sempurna.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...