Selasa, 26 April 2011

TIPS Mewawancarai Calon Guru dalam Managemen Sumber Daya Manusia untuk sekolah


Tips ini dikumpulkan dari berbagai sumber, kami tuliskan kembali untuk memberi bekal pada sekolah sekolah, terutama sekolah swasta yang kebutuhan guru tidak dipasok dari pemerintah tapi langsung mencari di pasar kerja sendiri, agar mampu menseleksi calon gurunya dengan benar. Ketepatan dan kehandalan pemilihan guru akan sangt berpengaruh terhadap kemajuan sekolah. Guru adalah ujung tombak sebuah institusi pendidikan, kesalahan dalam menentukan penerimaan guru akan berarti memperlambat , menghambat atau bahkan menghancurkan kemajuan sekolah. Kemajuan sekolah yang terhambat akan sangat berarti bahwa sekolah telah menyediakan pendidikan yang buruk bagi murid murid nya.  Karena pentingnya peran guru dan sangat strategisnya posisi wawancara kerja untuk perekrutan guru maka saran penulis; Sebelum merekrut guru baca dan pikirkan tips berikut :

1.      Pewawancara jangan kebanyakan bicara buatlah calon guru yang diwawancara yang banyak bicara agar dipastikan pewawancara mendapatkan informasi yang banyak dan berguna seputar kemampuan dan pengetahuan calon guru sehingga kita bisa menentukan calon terbaik yang akan kita rekrut.
2.      Buatlah daftar pertanyaan yang terstruktur sehingga kita bisa mendapatkan informasi sejenis dari seluruh calon guru, dengan begitu mudahlah bagi kita untuk membuat penilaian dan keputusan akhir nantinya.
3.      Terkait dengan struktur pertanyaan, seharusnya kita juga menyiapkan struktur penilaian untuk seluruh calon guru agar scoring berjalan efisien sehingga nilai tertinggi otomatis adalh calon terbaik.
4.      Ingat selalu inkonsistesi pertanyaan yang diberikan pada para pelamar membuat jenis informasi yang dikumpulkan dari para pelamar berbeda beda dan membaut kita sulit menentukan siapa yang terbaik.
5.      Jangan mengajukan pertanyaan yang tidak ada hubungannya atau sedikit terhubung dengan pengalaman dan kinerja masalalu serta prediksi kinerja masa depan calon guru dalam dunia  pendidikan dan pengajaran.
6.      Pewawancara tidak boleh terpengaruh tingkah laku dan ucapan ucapan verbal pelamar agar pewanwancara tetap fokus pada pencarian informasi penting terkait dengan calon guru dan kemampuan ajar dan kemamuan didiknya.
7.      Catat seluruh respon dan jawaban calon guru atas pertanyaan yang diajukan agar informasi yang benar tersedia setiap saat dan tidak cepat dilupakan untuk membantu membaut keputusan akhir.
8.      Pewawancara harus mampu membuat kondisi nyaman bagi calon guru agar kita bisa mendapatkan informasi spontan atau informasi yang diluar struktur pertanyaan yang disiapkan, agar lebih jelas dan lebih tepat kita membaut keputusan akhir.
9.      Kurangi rasa sok pintar dan terlalu percaya dirinya pada diri pewawancara agar pewawancara tidak terjebak dan salah dengan evaluasi dan keputusan yang terburu buru.
10.   Jangan percaya dan jangan membuat strereotipe tertentu pada diri para pelamar karena stereotipe akan mendorong pewawancara melakukan bias personal dalam membaut evaluasi dan penilaian para calon guru. Bias penilaian ini tentu akan membuat keputusan penerimaan guru bisa jadi salah.
11.   Terkait pentingnya informasi yang akurat, maka jangan memberikan penilaian pada calon guru yang di wawancara dengan membuat tingkatan evaluasi yang sama pada semua pelamar  seperti bagus , rata rata/sedang, dan jelek / buruk . sistem peringkat ini dalam jumlah yang besar akan mengaburkan informasi yang sesungguhnya.
12.   Jangan memberikan evaluasi yang baik pada calon guru karena si calon  punya kesamaan kesamaan sifat, hobby, asal daerah, asal kampus dst. dengan pewawancara , hal ini bisa memicu kesalahan yang fatal karena anda bisa saja memeperkerjakan guru yang kurang bagus atupun kurang setia.
13.   Jangan membiarkan satu atau dua karakteristik baik atau karakteristik buruk dari calon guru untuk mempengaruhi evaluasi terhadap seluruh karakteristik yang ada. Jangan sampai sekian banyak karakter buruk calon guru menjadi tidak berarti hanya karena calon guru itu menunjukan sebuah karakter  baik dan juga sebaliknya.
14.   Terkait penilaian yang sudah terstruktur, hindari menjadikan kuwalitas pelamar yang diwawancara terlebih dahulu menjadi acuan penilaian bagi pelamar yang berikutnya. Buatlah standard penilaian yang baku.
15.   Jangan mengandalkan kesan pertama. Artinya jangan membuat evaluasi pada menit pertama pada pelamar hindarkan membaut penilaian bagus karena bajunya yang kebetulan rapi atau sebaliknya jangan membaut penilaian buruk karena baju yang dipakai calon guru basah kena hujan misalnya. Penilaian dengan mengandalkan kesan pertama rawan salah.
16.   Adakan micro teaching untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan dan ketrampilannya mengajar

Rabu, 06 April 2011

Perlunya managemen tingkah laku siwa (Behaviour management)




Seni memepengaruhi mencakup penanganan emosi secara efektif pada orang lain (Daniel Goleman)

Sudah berabad abad para guru dan para pendidik di seluruh dunia berusaha memperbaharui dan meningkatkan efektifitas metodologi dan pendekatan pengajarannya, namun begitu permasalahan pokok guru di dalm kelas tidak pernah berubah, “murid nakal”. Guru dibuat geleng kepala oleh makluk yang bernama murid nakal, dan murid nakalnya sangat bangga karena bisa bikin keki gurunya. Hubungan yang sangat aneh bukan?
Ya hubungan aneh ini sudah berumur ratusan tahun dan belum ada tanda tanda untuk berakhir. Guru mendambakan murid yang nurut, dan pinter, kalau si guru tidak mendapatkan maka guru telah mensiapkan hukuman untuk siswanya. . sebaliknya siswa mendambakan perhatian dan kesabaran dari gurunya, kalau tidak mendapatkan mereka bertindak “nakal”. Hal ini berputar putar tidak ada habisnya. Siswa tidak kunjung memahami kemauan guru untuk segera merubah tingkah lakunya, dan Guru tidak pula segera menyadari salah pendekatannya terhadap siswanya. Padahal ada orang bijak bilang kalau anda ingin merubah tingkah laku seorang siswa, pertama tama yang anda harus lakukan adalah mempersiapkan diri untuk merubah tingkah laku diri anda sendiri terlebih dahulu.
Nah para guru yang baik diseluruh tanah air. Di tulisan ini saya berharap bisa memberikan sedikit masukan tentang bagaimana mengelola tingkah laku siswa siswi kita di dalam kelas (behavior management).
1.      Tingkatan kondisi siswa di dalm kelas.
Coba kita ingat dan perhatikan seluruh kelas dan tentukan dengan hati hati pada tingkatan mana siswa siswi kita saat ini:
·         Tingkatan pertama, siswa yang konsentrasi memeperhatikan pelajaran dengan baik dan tidak mengganggu dan membahayakan teman temannya.
·         Tingkatan kedua, siswa yang tidak memeprhatikan pelajaran tapi juga tidak mengganggu teman temannya yang sedang belajar.
·         Tingkatan ketiga, siswa yang tidak memeperhatikan pelajaran dan juga mengganggu bahkan kadang membahayakan teman teman sekelasnya.
Siswa tingkat pertama adalah siswa siwa yang diimpikan semuaguru berada dikelas kelas yang mereka ajar. Siswa pada tingkatan kedua mungkin sekali dua kali bikin juga gondok guru dan mengganggu perasaan anda sebagi guru, namun anda masih boleh tidak menghiraukan mereka sesekali. Siswa golongan ketiga adalah siswa yang off task dan perlu penanganan segera, karena siswa golongan ketiga ini adalah siswa siswa yang berkelakuan buruk (misbehavior) . Namun begitu , agar tidak salah dan bikin capai guru, perlulah kita, saya dan anda, sebagi guru untuk memahami batasan siswa yang nakal dan berkelakuan buruk itu seperti apa. Karena kalau kita mau menangani semua siswa yang bertingkah laku aktif agar diam, maka kita tidak akan sempat mengajar karena waktu kita akan habis untuk meminta siswa diam dan memperhatikan.
2.      Definisi tingkah laku yang buruk (misbehavior)
Menurut Levin dan Nolan (1991) tingkah laku yang buruk bagi seorang siswa adalah tingkah laku yang:
·         Mengganggu aktifitas belajar mengajar.
·         Mengganggu hak dan kesempatan siswa lain untuk belajar
·         Secara fisik maupun psikologis tingkah lakunya tidak aman.
·         Merusak property sekolah.
Sebagai guru kalau anda menemukan salah satu dari kondisi diatas wajib hukumnya untuk segera bertindak untuk menyelamatkan siswa itu sendiri dan siswa lainnya. Untuk bertindak dan mencegah terjadinya tingkah laku menyimpang (misbehavior) di dalm kelas, seorang guru bisa melakukan dua kategori tindakan:
A.     Pencegahan penyimpangan perilaku melalui ketrampilan mengatur diri guru sendiri.

Seperti yang sudh disinggung diatas, seorang guru bila benar ingin merubah tingkah laku siswanya, hal yang pertama sekali harus dilakukan adalah merubah tingkah laku sendiri terlebih dahulu. Oleh karena itu sebelum masuk kelas ada beberapa hal yang anda harus persiapkan:
·         Jadikan diri anda tokoh kunci di dalam kelas.
Anda adalah poros dari semua hal di dalam kelas, karena anda adalah manager, yang berkuasa atas kelas anda sendiri. Namun begitu anda tidak boleh sembarangan berteriak, membentak, mengintimidasi siswa atau melakukan hal hal bodoh dan konyol lain seperti becanda berlebihan, terlebih lagi tindakn tindakan yang asocial. Karena anda, sebagi guru, adalh tokoh kuncidalm kelas maka tugas anda adalah memperkokoh kekuasaan anda melalui sikap, suara, mata, kial tubuh, dan gerakan anda. Bahkan kalau perlu anda tunjukan “versi yang lebih besar dari anda yang sesungguhnya”. Maksudnya cobalah untuk membuat diri anda itu lebih besar dan lebih berkuasa dari pada yang sesungguhnya. Hal ini sebetulnya pelajaran ringan saja dari alam. Ingat ikan buntal atau sejenis kodok yang menggelembungkan dirinya saat dalam bahaya? Atau lihatlah ayam jago yang mengembangkan bulu dilehernya saat menghadapi musuhnya? Semua itu adalah upaya binatang binatang itu untuk menampilkan “versi yang lebih besar dari kenyataan dirinya”. Sepertinya kita boleh juga tuh mencontoh.

·         Give me five game.
Untuk membuat tenang siswa. Guru bisa saja membuat kebiasaan tertentu yang dengan kebiasaan itu siswa bisa dikomando dan mengerti apa yang harus dilakukan. Untuk contoh saja, anda bisa menggunakan give me five game. Dalam hal ini anda harus membiasakan pada siswa bila anda berteriak ‘give me five” maka siswa harus mengerjakan lima hal.  Sebelumnya tentu saja anda harus menerangkan pada siswa lima hal yang harus dilakukan itu apa saja. Saran dari saya lima hal yang harus dilakukan siswa saat anda teriak ‘give me five adalah; 1. Semua mata tertuju pada anda, guru. 2. Semua murid tidak bersuara, 3. Semua murid dalam kondisi tenang, 4. Tangan siswa dalm kondisi kosong tidak memegang apapun dan berada diatas meja, rilex, 5. Semua siswa mendengarkan dengan baik. Cobalah dipraktekkan.

·         Tingkatkan ketrampilan mengajar.
Pembuatan silabus RPP dan segala macam jenis perencanaan memang baik dan perlu, tapi pengajaran adalh sangt berbeda dengan rencana, oleh karena itu meningkatkan kemampuan dan ketrampilan menyampaiakn  pelajaran tak kalah pentingnya dari kemampuan membuat perencanaan. Cobalh tingkatkan ketrampilan dan kemampuan anda dalam hal: menarik perhatian siswa, cara menyampaiakn pesan lewat kial tubuh dan nada bicara, belajarlah bagaimana cara menjelakan isi materi pelajaran seefektif dan sejelas mungkin, belajarlah bagaimana mendorong siswa untuk bertanya, bagaiaman memebri evaluasi yang tepat dan bagaimana member penghargaan dan pujian yang tepat bagi siswa.

·         Perhatikan seluruh kelas sepanjang waktu.
Ketrampilan mengajar yang bagus mengandaikan perlunya memeperhatikan detail dari proses belajar mengajar tersebut. Oleh karena itu perhatian guru harus selalu tertuju pada seluruh kelas, walau sedang ada urusan dengan salah satu siswa atau sekelompok kecil siswa tetapi perhatian tetap harus pada seluruh kelas. Jadi jangan lagi ada alasan “maaf waktu itu saya sedang mengajari si A sehingga saya tidak tahu kalau…”

·         Jangan membentak siswa.
Jangan suka merusak suasana kelas anda sendiri. Coba ingat saat terakhir anda ngomel atau membentak siswa dikelas, apa yang terjadi? Suasana klas jadi rusak bukan? Artinya walau ada siswa senakal apapun dan mengganggu temannya yang sedang belajar, sedapat mungkin janagn terpancing emosi. Sekali anda teriak suasan kelas akan rusak, perhatian siswa teralihkan minat belajar hilang, hal ini bukan saja terjadi pada siswa yang dibentak tapi pada seluruh siswa yang ada didalm kelas. Bhakan suasana hati anda sendiri akan berubah dan anda mendadak canggung. So? Be careful, hati hati ya pak dan bu guru…jangan pameran krn bisa teriak.

·         Variasi mengajar
Variasi dalam metodologi dan pendekatan pengajaran itu perlu, krn kalau mengajarnya begitu begitu melulu siswanya bosan. Itulah sebabnya tukang sate ga mau makan sate. BOSAN. Asahlah kreatifitas.

·         membangun Citra diri,
Huruf C pada Citra saya pakai huruf capital itu sengaja, karena itu nama anakku. Namun memang tidak terkait dengan topic yang kita bahas. Maaf. Murid sangt pandai membuat ranking atas guru gurunya dari yang sangat ketat dan galak sampai yang sangt longgar dan cengengesan. Dari yang selalu memebri banyak pekerjaan sampai yang cuek dan santai. Nah tugas sampeyan sebagi guru adalah menentukan sendiri Citra seperti apa yang ingin sampeyan dapatkan dari siswa anda. Tentukan dengan benar  dan kejar serta kuatkan citra pilihan anda itu. Tapi usahakanlah memilih citra yang benar dan tepat karena salah memilih Citra diri (salah positioning) sampeyan memepertaruhkan kewibawaan dan harga diri sampeyan sebagi guru.
·         Membangun rutinitas positif.
Di pointer variasi mengajar, saya tekankan guru harus kreatif untuk selalu membuat variasi, namun disatu sisi yang lain, guru wajib juga membangun rutinitas rutinitas yang membantu kelancaran prose belajar mengajar. Dan sebagi guru harus memikirkan sendiri kebutuhan diri yang bisa dirutinkan ada di dalam kelas; missal sebelum Beljar berdoa terlebih dahulu, papan tulis sudah harus bersih sebelum guru masuk kelas,  PR sudah dikumpulkan rapi sebelum guru masuk kelas dst. Silahkan pikirin sendiri.

B.     Pencegahan terhadap tingkah laku siswa itu sendiri


Yang bagian B ini dibuat bersambung saja ya? Ini sdh malam badan capai… atau kalau mendesak ingin tahu  ga usah sungkan hubungi kami di  satyawiyatama@yahoo.co.id.

Senin, 04 April 2011

Hukuman, konsekwensi, dan siswa nakal dalam manajemen tingkah laku (behaviour management)



Disuatu siang yang agak terik, sebuah motor matic terpakir dengan kasar didepan sebuah sekolah, seorang ibu setengah baya turun sambil melempar anaknya yang baru berumur dua tahun hingga terpelanting hamper jatuh andai saja pegangan ibunya itu dilepaskan. Air muka si ibu kelihatan begitu sangar marah. “Mana guru Olah raga?” Ah ternyata si ibu ini marah karena tidak terima anak perempuannya dibuat nangis oleh guru olah raga. Masalanya sudah pasti pemberian hukuman yang kurang tepat terhadap “kenakalan” siswa.
Tentu saja saya tidak akan mengulas permasalahan yang terjadi siang itu disini, tapi ada baiknya kita bicarakan saja masalah bentuk bentuk sanksi atau hukuman yang tepat bagi siswa yang melanggar tata tertib atu aturan sekolah lainnya.
Kalau bicara tentang hukuman fisik seperti dijemur atau lari keliling lapangan, berdiri dengan satu kaki , bersihin WC atau bahkan di tampar, tentu bukanlah asing bagi pelajar pelajar jadul (jaman dulu) era kemerdekaan sampai tahun 1990an. Namun seiring dengan kesadaran orang tua akan keselamatan anaknya, dan munculnya isu isu hak asasi, dan perlindungan anak, hukuman serupa akan menuai masalh bila masih diterapkan disekolah. Jadi kalau ada guru yang samapi detik ini belum sadar dan masih menerapakan model hukuman abad yang lalau itu, siap siaplah berurusan dengan pihak yang berwajib, karena kemarahan orang tua siswa.
Nah sebagi seorang pendidik wajiblah kita bertanya, tepatkah hukuman hukuman model seperti itu diterapkan disekolah?  Jawaban saya “tidak”. Apakah dengan begitu siswa sekarang boleh berkelakuan seenak udelnya dan guru harus membiarkan saja? Tentu jawabnnya adalah “tidak”  juga, harus ada tindakan dari sekolah atau guru pada anak anak yang tidak bertindak sesuai aturan dan tidak mengikuti pelajaran (off task). Tindakan yang tepat bagi siswa yang off task bukanlah memebri hukuman seperti yang guru guru jaman dulu lakukan, tapi berilah “KONSEKWENSI”. Ciptakanlah konsekwensi yang tepat bagi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh siswa.
Kenapa harus “KONSEKWENSI”? cobalah kita bandingkan antara hukuman dan konsekwensi agar kita bisa mengerti kenapa pemberian hukuman jauh dari niat “pendidikan” bagi siswa siswi di sekolah.
1.      Dari sifat alaminya (nature)
Hukuman secara alamiah pasti kelihatan sangat tidak masuk akal. Bagaimana bisa dibilang masuk akal kalau ada siswa tidak mengerjakan PR kok diberi hadiah dijemur dilapangan/halaman sekolah?. Memang hubungannya PR yang tidak dikerjakan dengan menjemur siswa itu apa? Kalau guru berfikir tentang memberi konsekwensi pada siswa yang melanggar aturan, pasti tindakan yang diambil masuk akal. 
2.      Dari Tujuannya
Penyebab ketidakmasukakalan hukuman adalah karena tujuan hukuman itu adalah memberikan rasa sakit secara fisik dan mental emosional, menciptakan suasana yang sangat tidak menyenangkan atau mempermalukan siswa didepan teman temannya. karena tujuannya seperti itu maka tindakan guru pasti akan diarahkan pada upaya hukuman fisik yg melecehkan harga diri siswa. Pertanyaannya beginikah pendidikan yang kita mau? Siswa dididik untuk bisa menanam kebencian dalam diri dan bagaimana cara mengungkapkan rasa benci itu dengan mempermalukan orang lain. Coba bagaimana dengan konsekwensi? Konsekwensi bukan alat merendahkan harga diri siswa, tapi  sebuah konsekwensi haruslah mampu membuat siswa paham dan sadar akan akibat positif maupun akibat negative dari tindakannya di waktu yang telah lewat.

3.      Dari maksudnya.
Memang penulis akui maksud dari hukuman tidaklah buruk yaitu  agar siswa jera dan tidak berbuat salah lagi atau agar siswa tidak bertingkah lagi agar terhindar dari hukuman. Namun dimana letak kebaikan dari upaya menghindari perbuatan buruk  bukan karena kesadaran tetapi hanya karena takut akan hukuman? Kita mendidik siswa untuk menjadi orang munafik dong? Makanya penulis anjurkan untuk menggunakan konsekwensi karena konsekwensi mengarahkan siswa pada kesadaran, tanggungjawab dan kemampuan memilih tindakan secara trampil dan konsisten.
4.      Dari Motivasinya.
Motivasi pemberian hukuman jelas berisi dan bermuatan keinginan guru melepaskan dendam kesumatnya terhadap siswa. Hukuman adalah manifestasi dari rasa marah  rasa sebal guru. terhadap siswanya.  Hukuman  adalah sarana bagi guru untuk menyenangkan diri, dengan memebri hukuman guru akan merasa pada posisi yang superior. Ihhh guru kok serem. Konsekwensi disatu sisi adalah upaya guru untuk mendorong terpenuhinya kebutuhan pendidikan siswa. Motivasinya adalah memebri pendidikan dan pengajaran pada siswa akan tingkah laku dan norma sosial. 
5.      Dari orientasinya.
Hukuman akan selalu melihat masa lalu, semua keputusan diambil berdasarkan pada kejadian atau masalalu siswa. Seperti yang kita ketahui masalalu sudah berlalu dan tidak penting lagi, jadi kenapa masih jadi patokan dalam pengajaran? Konsekwensi sebalikya haruslah berorientasi pada kebutuhan kebutuhan siswa di masa depan.
6.      Gaya guru
Dalam memberi hukuman guru akan kelihatan kasar, marah, mencoba membuat siswa takut, langsung menghakimi siswa sebagai pesakitan, egois dan tindakannya tidak teratur dalam arti tidak punya standard dan prosedur yang bisa dipertanggungjawabkan. Sebaliknya dengan membrikan konsekwensi, guru akan bersifat tetap ramah, tapi tegas, arah bicara dan tindakan jelas, tidak ada penghakiman baik buruk karena semua didasarkan pada kondisi nyata.
7.      Dari focus tindakan guru.
Pemberian hukuman terfokus pada upaya guru untuk ambil kendali pada diri siswa, dan ini kenapa sering ada guru berantem sama muridnya. Karena muridnya merasa dilecehkan, dikangkangi dan merasa akan ditaklukan. Sebaliknya pemberian konsekwensi akan terfokus pada upaya agar siswa mampu mengendalikan diri agar seluruh bakat dan kemampuannya terasah disekolah.
8.      Dari pengaruhnya terhadap siwa.
Hukuman terhadap siswa seberapun buasnya guru dan beratnya hukuman sering sekali hanya berpengaruh tak lebih dari sepuluh menit. Dalam hitungan menit siswa sudah akan bertingkah menyimpang lagi. Jadi pengaruh hukuman sangatlah jangka pendek. Konsekwensi disi yang lain akan memebrikan dampak perubahan karakter siswa pada jangka yang panjang.
9.      Dari perasaan siswa.
Hukuman seberapa pun ringannya akan membuat siswa tertekan, tertekan karena takut atau sebaliknya siswa bisa tertekan karena marah, siswa bisa juga merasa tak berdaya, dan rendah diri. Beginikah didikan yang tepat bagi anak Indonesia? Sebaliknya konsekwensi akan membuat merasa aman nyaman secara fisik maupun mental emosional, siswa merasa dihargai, dan merasa mampu untuk bertanggungjawab atas kesalahannya. Dengan demikian siswa akan paham atas pilihan pilihan dalam hidup ini. Akibatnya…
10.  Dari dampak psikologisnya
Rasa dendam akibat dihukum akan membuat siswa marah dan merasa dilecehkan, oleh sebab itu hukuman lebih sering akan menimbulkan pelanggran yang lebih serius dari siswa, karena siswa yang memberontak dan nantangin gurunya. Konsekwensi sebaliknya akan membuat siswa paham akan tindakan dan konsekwensinya, tumbuh kemampuan memilih tindakan, merasa dihormati dan otomatis akan menghormati diri sendiri dan orang lain, percaya diri dan bisa meningkatkan disiplin diri serta memahami tanggungjawab sebagai individu.
11.  Dari kesempatan siswa
Siswa terhukum tidak punya kesempatan membela diri dan memilih tindakan yang harus mereka lakukan. Berbeda dengan pemebrian konsekwensi, dalam hal ini siswa masih memiliki kesempatan untuk belajar memilih tindakan, membuat keputusan untuk memecah permjawabi apa yang masalah yang mereka hadapi dan menanggungjawabi pilihan tindakan mereka sendiri.
12.  Dari Pelajaran yang di dapat
Pemberian hukuman tidak meninggalkan sedikitpun pelajaran tingkah laku yang tepat yang bisa diparaktekakan siswa untuk memeperbaiki tingkah laku dan aklaknya. Konsekwensi pada dasarnya adalah pengajaran tentang tingkah laku yang sesuai norma yang siswa bisa praktekkan di dalam kesehariannya.
  (Diramu dari berbagai sumber)

Demikian sedikit hal yang bisa kami sampaikan untuk berbagi pemahaman kepada guru guru tercinta diseluruh Indonesia. Saya kira ini sudah cukup jelas bagi kita semua. Namun…


Untuk diskusi lebih lanjut sampeyan bisa hubung kami melalui e-mail kami     satyawiyatama@yahoo.co.id

Selasa, 29 Maret 2011

Bagaimana Membuat Siswa Aktif Belajar dan Berfikir di Dalam Kelas?


Cobalah kita sesekali tengok ke dalam kelas anak anak sekolah kita, dan perhatikan apa yang terjadi. Boleh jadi yang kita akan lihat adalah ada sekelompok anak anak berseragam berhadapan muka dengan seorang guru. Mereka bilang sedang menjalankan proses belajar mengajar. Sungguhkah ada kegiatan itu? Ya.... sudah tentu benar,  lha wong gurunya saja ke kelas bawa buku pegangan setumpuk dan silabus serta RPPnya juga tidak lupa disisipin diantara tumpukan buku yang dia bawa. Belum peralatan pengajaran yang lain yang kelihatan mbrenggong memberati tangan tangan perkasa sang guru, kenapa musti ada kecurigaan bahwa prose belajar mengajar tidak terjadi?
Baiklah, coba kita heningkan pikiran sejenak dan lupakan sebentar percakapan diatas, seraya jawablah pertanyaan berikut ini. Untuk prosesnya ga usahlah kita tanyakan dulu, yang perlu kita pikirkan sekarang ini adalah siapakah yang sejujurnya harus mengajar dalam proses itu? Dan siapakah yang harus belajar? Pertanyaan cemen bukan?  Karena jawabannya sudah jelas yang punya tugas mengajar tentu pengajar yang punya nama alias “guru” dan yang harus belajar adalah pelajar yang suka disebut siswa atau murid. Nah tuh, nampaknya sampai disini kita sudah pada titik kesepakatan membenarkan  kesimpulan itu, guru yang mengajar dan siswa yang belajar.
Kemudian mari kita tengok ke dalam kelas, yah prosesnya sudah kelihatan anak anak pegang buku masing masing dan gurunyapun mulai corat coret di papan tulis sambil nggedupuk menerangkan materi ajarnya. Namun coba kita lihat lebih dalam benarkah gurunya mengajar? Ehhhh ternyata tidak, Si guru sedang baca buku sambil menerangkan, rupanya  dia sedang belajar juga. Wee lha bagaimana ini ada guru kok tidak menguasai mata pelajaran yang diajarkan? Eit jangan salah banyak guru yang ilmunya sudah hafal luar dalam karena setiap hari yang dia ajarkan ya itu itu saja. Ya itu juga betul, tapi guru itu tetap saja sedang belajar berpidato,  belajar mengkomunikasikan apa yang dia pikirkan ke siswanya. Lha siswanya? Ada tuh yang bengong ga ngerti apa yang dimaksudkan gurunya dan ada juga yang terkantuk kantuk atau ngobrol sendiri dgn kawannya. Jadi proses yang ada adalah proses belajar saja,  tanpa proses mengajar dan yang bikin aneh, yang belajar kok malah gurunya, muridnya asyik tidur atau jadi penonton guru yang sedang belajar sambil terkantuk kantuk.  Masya allah... dunia ini sudah terbalik, yang bayar sekolah siswanya, kok yang belajar malah gurunya.... edan.
Hal yang seperti ilustrasi diatas terjadi dimana mana, hampir disetiap kelas disetiap sekolah. Penataan bangku yang konvensional itu membuat kecenderungan guru yang aktif bicara dan muridnya kecapaian, bosan, ngantuk  dan tidur. Pertanyaannya, kapan siswa siswa itu dapat kesempatan belajarnya?
Siswa tidak akan memiliki kesempatan belajar selama sang guru tidak segera menyadari kekeliruan ini. Guru harus mengerti dan memahami kalau siswalah yang harus belajar di dalam kelas dan guru cukuplah sebagi fasilitator dan tempat bertanya bagi siswa. Hal ini sangat penting karena siswalah yang harus mengembangkan diri, bukan lagi gurunya. Siswalah yang harus belajar, harus berfikir dan yang harus menambah wawasan dan ilmunya, dan memang mereka datang ke kelas kelas di sekolah untuk itu bukan?
Kesalahan terbesar dari guru mengajar adalah bahwa guru yang membawa materi dan mereka menerangkan sementara  siswa diminta dengan hormat untuk mendengarkan. Pertanyaannya seberapa lama orang kuat mendengarkan? Dan apakah orang bisa pinter hanya dengan mendengarkan? Bukankah orang bisa pinter karena berfikir? Yah seharusnya guru bukan menerangkan materi di kelas tapi mendorong siswa untuk memikirkan isi dan materi pelajarannya. Jangan siswa diminta terus menerus jadi pendengar dan tidur dikelas karena bosan. Model pengajaran yang menjadikan murid objek pasif dalam kelas begini seharusnya sudah lama jadi masa lalu. Wahai guru sadarlah... sampeyan kliru......
Disini saya mencoba menyodorkan metode membuat kelas jadi temapat yang menggairahkan bagi siswa untuk belajar dan berfikir sedang sang gurupun makin luas kesempatannya untuk belajar dan mengembangkan diri.  Tips yang bisa penulis berikan untuk membuat kelas yang aktif dan dinamis dengan aroma berfikir dan belajar yang kental adalah sebagai berikut:

1.       Untuk memulai pelajaran jelaskan pada siswa apa yang akan dipelajari pada saat itu dan apa manfaatnya bagi siswa kalau memahami dan mengerti tema/ hal yang akan dipelajari. Dengan menyampaikan hal hal seperti ini, guru bukan saja telah mencoba manarik perhatian siswa agar fokus pada pelajaran, tapi sudah mulai mengajak siswa untuk menggunakan pikiran. Karena fungsi dan manfaat tema adalah hasil ulah pikir yang akan dicerna oleh siswa dengan pikiran juga.
2.       Mulailah pelajaran bukan dengan menerangkan tapi mulailah dengan pertanyaan. Edarkan pertanyaan ke seluruh kelas, harapakan semua siswa berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan tersebut, maka semua siswa sudah tergerak untuk berfikir mandiri.
3.       Kumpulkan semua jawaban yang diberikan siswa dan diskusikan dengan seluruh siswa kebenaran dari semua jawaban yang diberikan. Mintalah alasan kenapa satu jawaban bisa diterima dan yang lain tidak. Maka akan terjadi sharing pengetahuan antar siswa, siswa saling memberi informasi dan semua siswa terlibat dalam belajar.
4.       Kalau ada siswa yang bertanya pada anda, janganlah anda jawab sendiri, lemparkan ke kelas biar dijawab oleh siswa yang lain. Maka siswa anda tidak akan sempat ngantuk karena semua siswa terdorong untuk selalu berfikir.
5.       Jaga terus atmosphir berfikir dalam kelas dengan melempar lempar pertanyaan dan jadikan suasana belajar mengajar anda lebih mirip percakapan antar siswa dengan siswa dan dengan guru, bukan pengajaran yang kaku dengan guru bercerita murid mendengarkan.
6.       Beri waktu siswa untuk bertanya tentang seuatu yang belum jelas, atau beri mereka waktu untuk mengungkapkan ide atau pandangan mereka yang belum terungkap.
7.       Akhiri pelajaran dengan meminta mereka membuat resume atas apa yang mereka pahami dan mereka bicarakan selama pelajaran dalam bentuk tertulis.

Dengan menjalankan tujuh langkah itu InsyaAllah anda sudah secara otomatis membuat siswa terus berfikir dan tidak sempat tidur atau merasa bosan, disamping anda sebagai guru sudah benar benar menciptakan suasana yang mendukung Cara belajar siswa aktif.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...