Senin, 07 Mei 2012

KETIDAKTEPATAN PEMILIHAN BUKU REFERENSI DALAM PELAJARAN BAHASA INGGRIS


Sebelumnya pernah saya uraikan bagaimana sekolah salah dalam mengatur dan menata pelajaran Bahasa Inggris dalam tulisan dengan judul Menyoal Ketidaktepatan Manajemen Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Kita.  Dan dalam yang pendek ini saya Cuma mau berbagi pengalaman tentang kesalahan dalam pemilihan buku pelajaran bahasa Inggris yang digunakan di sekolah. Dengan harapan sebagai kepala sekolah atau sebagai guru  bahasa Inggris, sidang pembaca bisa menghindari kesalhan yang saya maksud.

Pendek kata saya menemukan ada 4 kesalahan yang tidak disadari sekolah dalam memilih Buku Bahasa inggris atau oleh pengarang bukunya itu sendiri. Kesalhan kesalhan yang saya maksud adalh sebagi berikut;


A.  Tidak sesuai dengan psikologi perkembangan anak
Seperti yang pernah saya  jelaskan ditulisan saya terdahulu, di Negara kita banyak buku pelajaran bahasa inggris yang asal tulis dan diedarkan untuk begitu saja ke sekolah sekolah kita tanpa memeperhatikan tahapan psikologis siswa yang akan menggunakan buku dimaksud. Untuk pembahasan perkembangan psikologis siswa kita bisa berkaca pada teori perkembangan  yang digagas oleh Jean Piaget (1896–1980).  Menurut Piaget ada empat tahap perkembangan psikologis manusia:
- sensorimotor stage, (lahirsampai usia 2 tahun)
- preoperational stage (2–8 tahun)
- concrete operational stage (8–11 tahun)
- dan formal stage (11–15 tahun keatas).

Masing masing tahap perkembangan mempunyai dinamika, kecenderungan dan hambatan sendiri sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memeperhatikan dan menyesuaiakan tahapan psikologis siswa tersebut. Ambil contoh, anak SD sedang dalam tahap concrete operational stage dan yang mereka perlukan bahasan yg sesuai dalam belajar  dan banyak ilustrasi, model, gambar, dan kegiatan-kegiatan fisik lain, karena otak mereka belum sanggup membuat pemahaman pemahaman tingkat tinggi yang memerlukan analisa maupun abstraksi. Mereka masih memiliki kemampuan terbatas dalam pemahaman terhadap lingkungan diluar tubuh mereka. Semua hal yang bisa diindra adalah batas pemahaman dan kebenaran bagi mereka, itulah sebabnya dalam pengajaran bahasa inggris mereka juga perlu melihat, mendengar menyentuh dan mengalami langsung. Tanpa ada rangsangan syaraf di panca indranya pelajaran bahasa inggris, juga pelajaran lain, akan sia sia karena akan sangat sulit mereka mengerti dan otomatis akan sulit mereka pikirkan dan mereka hafalkan. Oleh karena itu carilah biuku buku yang memancing syaraf syaraf sensorik mereka agar pelajaran bahasa inggris bisa diterima secara penuh oleh anak anak seusia ini.
Anak dengan tingkat kedewasaan yang lebih tinggi suadah akan berada pada tahapan formal stage disini siswa sudah mulai bisa mengabstaraksi apa yang mereka dengar dan lihat dan imaginasi mereka sudah mulai mampu bekerja dengan sempurna. Buku pelajaran dengan segala macam gambar dan warna bukan sudah tidak diperlukan lagi tapi malah menggangu imaaginasi dan kemampuan abstraksi dan analisa  mereka. Buku yang cocok adalh buku yang mampu memberikan tantangan pada kemampuan analisa dan abstarksi  mereka; yaitu buku yang memebri keleluasaan mereka dalam melatih kemampuan bahasa mereka bukan dalam mengerjakan soal soal yang kaku dan mati tapi dalam mempraktekkan langsung bahasa sasaran pembelajaran mereka.
B. Tidak mendorong pada kondisi active learning.
Pelajaran bahasa inggris bukanlah pelajaran tentang ilmu penegtahuan. Bahasa inggris adalh pelajaran KETRAMPILAN. Ketrampilan tidak bisa ditransfer melalui pengajaran teoritis tapi bisa disebarluaskan dengan pengajaran yang bersifat praktis. Ibarat orang mau belajar main gitar tentu tidak cukup hanya membaca buku tentang bagaimana bermain gitar yang baik, tapi perlu kiranya kita pegang gitar dan membunyikannya agar pengajaran dan pembelajaran bermain gitar efektif dan efisien. Begitu juga belajar bahasa inggris, yang diperlukan bukanlah teori bahasa dan struktur bahasa yang rigid tapi kesempatan mempraktekan apa yg dipelajari. Oleh karean itu pastikan buku pelajaran bahasa inggris tidak hanya berisi hal hal berikut:
- Soal soal isian
- Teori struktur bahasa
- Kata kata yg harus dihapalkan
Tapi carilah buku pelajaran bahasa inggris yang menggiring pembacanya  pada situasi yang tepat yang mengharuskan orang mengucapkan ungkapan yang tepat sehingaga pembelajar bisa belajar dan mempraktaekkan bahasa inggrisnya.
C. Tidak mencakup seluruh kompetensi  bahasa
Metode Alami (Natural Method) berkeyakinan bahwa manusia belajar bahasa melalui tahapan tahapan yang berjumlah empat yaitu; mendengarkan (listening), seperti bayi yang pada awalnya mendengarkan pembicaraan orangtuanya . baru kemudian bayi akan mencoba untuk berbicara dan berakap (speaking). Setelah itu pada umunya orang akan belajar membaca (reading), kemudian setelah punya kemampuan membaca, orang akan cenderung untuk mencoba mengekspresikan diri lewat tulisan (writing). Nah tidak banyak buku peljaran bahasa Inggris yang menyediakan latihan untuk keempat komponen pokok bahasa ini. Oleh karena itu bagi sekolah atau guru bahasa inggris yang baik, cobalah mencari buku pelajarn bahasa inggris yang mampu memacu siswa untuk melatih kempat komponen bahasa tersebut.

D. Tidak mengarahkan pada penguasaan ungkapan ungkapan yg berguna.
seorang pelajar bahasa harus menguasai empat makna utama bahasa yaitu makna bahasa sebagai simbolisasi ungkapan tentang persepsi (baik/ buruk), perasaan (suka/tdk suka), rasio (benar/salah), dan keinginan (mau/tidak mau) (Nababan).  Buku pelajarn Bahasa Inggris yang baik haruslah berisi pengajaran dan pelajaran tentang ungkapan ungkapan yang terkait dengan 4 makan diatas beserta kapan dan bagaiman cara mengungkapkannya. Jangan memilih buku pelajaran dengan ungkapan ungkapan yang tidak jelas dan Cuma asal banyak tulisannnya di dalam buku.

Selamat berburu buku pelajaran yang baik….bagi penerbit buku ada baiknya ikuti saran gratis dari saya ini….

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...