Rabu, 15 Maret 2023

Selalu Kedepankan Prinsip Keadilan Dalam Penanganan Konflik Antara Guru Dan Siswa


 

Prinsip pergaulan di ruang kelas itu tidaklah berbeda dengan prinsip pergaulan dan komunikasi antar manusia di mana saja. Guru memang pada posisi terhormat di dalam ruang kelas, namun bukan berarti siswa tidak memerlukan penghormatan. Prinsip hidup saling menolong dan saling menghormati, saling menjaga dan saling menyayangi juga berlaku di dalam ruang kelas sebagaimana juga berlaku di luar ruang kelas.

Permasalahan yang sering timbul di dalam interaksi antara guru dan siswa adalah guru selalu wajib dihormati sementara tidak berlaku sebaliknya. Kalau terjadi konflik antara guru dan siswa, siswalah yang dijadikan kambing hitam. Konflik semacam ini biasanya tak pernah mendapatkan solusi yang baik dan permanen, karena selalu siswa yang dianggap salah dan harus minta maaf.  Apakah solusi siswa minta maaf ini adalah jawaban dari setiap permasalahan di sekolah? Tentu saja tidak. Siswa yang merasa tidak mendapat keadilan akan mengalah namun rasa dendam dan sakit hatinya tak akan pernah hilang. Oleh karena itu semua konflik haruslah mendapatkan solusi yang menyeluruh dan tuntas, yaitu dengan menerapkan prinsip keadilan. Itulah perlunya penengah yang baik, bila terjadi konflik di sekolah. Kepala sekolah haruslah turun tangan bila konflik semacam ini terjadi. Kedua belah pihak harus didudukkan pada posisi yang sama, dicari dengan baik inti permasalahannya dan upayakan mencari titik temu solusinya dengan adil dan tidak melukai kehormatan salah satu pihak. Semua didudukkan pada posisinya masing masing, ditunjukkan letak kekeliruan masing masing sehingga konflik akan berakhir pada kesadaran di semua pihak. Dan ini bisa terwujud kalau penengah konflik benar benar bisa berpihak pada keadilan.

Senin, 13 Maret 2023

Guru Wajib Menjaga Kehormatan Diri Agar Kinerjanya Tetap Terjaga Prima


 

Seperti anggota masyarakat lainnya yang berinteraksi dengan orang lain, siswa yang juga berinteraksi dengan guru biasanya akan membuat penilaian terhadap guru guru yang mengajar mereka dan kemudian mereka juga akan membuat peringkat mulai dari guru favorit yang disenangi sampai guru yang dicap buruk dan kurang disukai. Yang membagongkan dari kondisi ini adalah bahwa peringkat yang dibuat oleh siswa ini pada akhirnya akan sampai ke orang tua yang di rumah dan pada gilirannya nanti akan sampai juga ke kepala sekolah atau pengambil keputusan lain di sekolah.

Berita tentang guru ini sangat berpengaruh pada penilaian kerja dan kecepatan kenaikan karier seorang guru. Kondisi ini akan ditanggapi guru dengan berbagai macam sikap. Ada guru yang tak peduli bagaimana penilaian siswa, orang tua, dan sekolah terhadap dirinya, bagi dia lebih penting pegang teguh idealisme seorang guru yang menanggung amanah pendidikan bagi generasi penerus. Oleh karena itu aturan main di dalam ruang kelas harus ditegakkan sebaik mungkin, tak peduli apa penilaian siswa terhadap dirinya. Namun ada pula guru yang menjadi bingung untuk bersikap dan akhirnya memutuskan untuk bersahabat dengan siswa, dengan harapan siswa senang dengan caranya dia mengajar dan mengendalikan kelas. Strategi bersahabat dengan siswa ini, punya kelemahan yang fundamental, yaitu akan selalu ada kecenderungan guru terlalu bersahabat dengan siswa. Istilahnya yang tadinya guru bertujuan untuk sedikit bersahabat dengan siswa, tapi hasilnya guru malah dianggap teman oleh siswanya. Dalam taraf yang kebablasan persahabatan yang dicoba guru agar bisa dekat dan disuka siswa ini akan terperosok lebih dalam menjadi persahabatan. Pada taraf ini biasanya siswa akan ngelunjak, mereka sudah tak menaruh hormat lagi pada guru. Guru yang tadinya ingin sok lemah lembut bersahabat agar bisa disuka siswa, malah terperangkap pada suatu kedudukan yang rentan mendapatkan pelecehan dari siswanya. Yang tadinya ingin dapat nilai plus dari siswa, orang tua dan sekolah, malah akhirnya dapat nilai kurang baik karena dianggap sebagai guru yang kurang dihormati oleh siswanya.

Memang jadi guru itu sangat tidak mudah, persoalannya sangat kompleks dan berbelit. Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian seorang guru dimulai saat pertama sekali melangkah menuju ruang kelas untuk jumpa siswanya untuk pertama kali. Salah langkah dalam bergaul dan berkomunikasi dengan siswa sangat fatal akibatnya. Untuk menjaga kewibawaan dan kehormatan seorang guru memang tidak harus sok gagah, sok galak dan sok berwibawa, karena sikap seperti itu juga akan secara spontan membuat sikap antipati dan melawan dari siswa siswanya. Namun sikap bersahabat yang berlebihan juga tidak menguntungkan karena siswa akan cenderung ngelunjak dan melecehkan gurunya. Ingat, ketika siswa diizinkan pegang kaki, maka mereka akan mencoba juga memegang lutut. Kalau memegang lutut diizinkan, mereka kan mencoba memegang tangan. Kalau tangan sudah terpegang, mereka akan lebih berani memegang pundak, dan kalau guru tidak segera menyadari kekeliruannya, siswa pun akan berusaha memegang kepala. Kehormatan guru akan tergadaikan karena kesalahan tersebut. Oleh karena itu yang perlu selalu diingat dan dipegang teguh seorang guru adalah keyakinan bahwa yang mereka butuhkan di dalam kelas bukanlah persahabatan dengan siswa, tapi yang guru butuhkan sebetulnya adalah justru kejelasan tingkah laku, sikap, cara pandang, cara berpikir, paradigma dan idealisme guru itu sendiri di dalam kelas.

Sikap guru, kemampuan manajemen kelasnya, ketrampilan pedagoginya, kejelasan sikap, suara, dan kemauannya, kejelasan aturan kelasnya, rencana pengajarannya semua akan menentukan sikap dan respons, serta respek dari siswanya. Penting untuk dilakukan dan diupayakan agar guru bisa terlihat rapi, menarik, percaya diri, bisa mengendalikan secara penuh ruang kelasnya, dan bersikap adil kepada siswa siswanya. Hanya dengan bersikap seperti itu, guru akan bisa membangun harapan pada siswanya, memperkuat peraturan untuk pedoman siswa dan keteraturan dalam rutinitas di sesi pengajarannya, dan akhirnya menuai keberhasilan dari tujuan pengajaran itu sendiri.

 

Kamis, 09 Maret 2023

Lima Langkah Guru Menuju Keberhasilan Proses Belajar Mengajar


Tujuan utama seorang guru masuk ke ruang belajar di dalam kelas tentu saja bukan untuk proses pengajarannya itu sendiri, tetapi adalah keberhasilan siswa dalam pembelajaran; baik kesuksesan siswa dalam menyerap materi pengajaran, peningkatan ketrampilan hidup siswa, peningkatan ketrampilan sosial siswa, maupun kesuksesan siswa dalam membangun karakter dan kepribadian  masing masing. Tujuan inilah yang hendaknya selalu jadi fokus perhatian seorang guru, karena hal hal tersebutlah hasil belajar yang diharapkan dan ditunggu orang tua, wali siswa, di rumah.

Untuk bisa mengabulkan harapan orang tua dan wali siswa itu, guru wajib menciptakan sebuah situasi dan kondisi ruang kelas yang aman dan nyaman untuk proses belajar mengajar. Aman di sini menggambarkan kondisi di mana tidak ada gangguan secara fisik baik itu berupa kekacauan, keributan, suara bising ataupun ancaman keselamatan siswa secara jasmaniah di dalam kelas. Nyaman mengindikasikan bahwa guru wajib menjaga seluruh siswa peserta didiknya dalam kondisi terjaga dari ancaman dan tekanan secara psikologis atau kejiwaan.

Untuk mendapatkan suasana ideal ini, guru wajib berusaha keras untuk membangun; 1. kerja sama mutualisma dengan siswa siswanya, 2. memastikan besarnya keterlibatan siswa dalam proses belajar, 3. serta membangun lingkungan kerja dan lingkungan belajar yang positif, 4. membuat rencana pengajaran yang baik, 5. menyusun kurikulum yang terstruktur dan sistematis. Kelima hal itulah yang akan mendorong terbentuknya lingkungan belajar yang kondusif dan efektif sehingga tujuan pembelajaran yang dicanangkan guru juga mudah direalisasikan.

 

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...