Sabtu, 01 Juli 2023

Menghadirkan Siswa Terlibat Dalam Proses Belajar Dan Mengajar

 

 


Tak bisa dipungkiri kalau organisasi sekolah muncul karena keyakinan bahwa orang harus pintar, dan itu artinya semua orang harus belajar. Sangat jelas, alasan satu satunya adanya sekolah adalah karena orang harus belajar. Kalimat “orang harus belajar” merupakan kalimat aktif yang sesungguhnya menyiratkan bahwa orang yang ingin pintar, orang yang ingin belajar haruslah aktif. Merekalah si pelaku dari proses belajar itu sendiri. Seperti inilah kondisi idealnya belajar dan bersekolah.

Namun fakta di lapangan tidaklah semanis harapan ideal tersebut. Mendapatkan siswa yang aktif belajar adalah barang yang langka. Tidaklah banyak siswa yang benar benar mau aktif belajar, karena suasana yang terbangun di hampir semua sekolah adalah “guru mengajar”. Gurunyalah yang banyak mengambil  peran di dalam ruang kelas bukan siswanya. Gurunyalah yang aktif sementara siswanya malah menjadi pasif. Ini tentu bertolak belakang dengan kondisi ideal yang sudah kita bicarakan di atas. Terlalu aktifnya guru dalam proses belajar mengajar, menjadikan guru sebagai intinya proses belajar, dan ini salah karena yang perlu untuk belajar itu siswa, bukan gurunya. Jadi yang harus aktif dan menjadi inti dari proses belajar mengajar adalah siswanya Namun sekali lagi itu masih kondisi yang utopis idealis di dunia pendidikan kita.

Namun kondisi ini jangan pula membuat kita menjadi patah arang, kita tetap harus gigih mengusahakan terbentuknya kondisi ideal bagi anak anak kita untuk belajar. Undang siswa  siswa kita untuk menjadi pelaku dan aktif dalam proses belajar mengajar melalui beberapa pengaturan kondisi sebagai berikut. Pertama pastikan keamanan siswa baik di dalam maupun di luar gedung sekolah. Seluruh manajemen sekolah, guru karyawan dan siswa harus serempak sepakat untuk bersama sama mewujudkan lingkungan sekolah dan lingkungan kelas minim risiko dan ancaman keselamatan bagi siswanya. Artinya sekolah dan guru kelas harus benar benar memperhitungkan setup dan lay out bangunan juga setup dan layout ruang kelas dengan baik sehingga semua siswa yang bergerak dan beraktivitas dengan segala jenis material yang mungkin mereka bawa selama berada di sekolah dan ruang kelas bisa dipastikan aman dan lancar.  Itu artinya selain pemilihan perabot, fasilitas, mebel dan inventaris lain harus tepat,  bentuk bangunan penataan hal hal yang terkait dengan arsitektur bangunan sekolah harus terpikirkan dengan matang sebelumnya. Karena semua itu akan mempengaruhi rasa aman siswa dan ketenangan orang tua di rumah. Selain sekolah juga harus memastikan tak ada aktivitas premanisme baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Ingat, banyak siswa tidak tenang belajar karena merasa ditunggu dan diancam preman di luar gedung sekolah.

Selain keselamatan siswa secara fisik, sekolah juga harus memperhatikan kenyamanan siswa dalam belajar. Rasa nyaman terkait dengan ketenangan fisik dan sekaligus ketenangan hati yang terjauh dari kecemasan. Oleh karena itu pemilihan fasilitas belajar yang ergonomis perlu menjadi prioritas, selain membangun  kondisi lingkungan yang afektif untuk belajar. Ruang kelas yang besar sehingga mudah bergerak, fasilitas lengkap, sejuk juga membantu siswa mendapatkan rasa nyaman. Hal penting lain  adalah kepastian bahwa semua siswa terlindung dari gangguan temannya, sekolah terbebas dari bullying dan terbebas dari sikap guru yang tidak tepat kepada siswa. Jadi kemampuan guru dalam hal behaviour management dan classroom management sangat diperlukan dalam hal ini. Jangan lupa juga dukungan dan bantuan guru harus cepat datang manakala seorang siswa membutuhkan bantuannya untuk memahami sesuatu yang terkait dengan pelajarannya. Kalau rasa nyaman sudah siswa rasakan, mereka akan betah dan tahan belajar dalam rentang waktu yang lama.

Tak kalah pentingnya adalah bahwa sekolah dan guru harus mampu memberi ekspektasi yang tinggi pada siswa siswanya. Ekspektasi sekolah dan ekspektasi guru terhadap siswanya itu harus diverbalkan, agar siswa tahu target belajarnya. Sekolah harus meyakinkan siswa siswanya bahwa mereka akan mudah menggapai harapan sekolah tersebut. Dengan ekspektasi, aturan, konsekuensi yang jelas, waktu belajar mengajar yang terprogram dengan baik, saya yakin semua itu akan memberi dorongan, semangat dan motivasi bagi siswa untuk mempelajari dan menguasai semua pelajaran dalam kurikulum sekolah.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...