Lama tidak bisa menulis untuk sidang
pembaca semua. Kali ini saya akan menulis keprihatinan saya akan salah satu
sudut dari system pendidikan di negara tercinta ini, semoga ada yang berwenang
merubah kebijakan bisa ikut membaca keprihatinan saya ini, atau ada orang yang
dengan sengaja menyampaikan keprihatinan ini pada pejabat pejabat yang
berkepentingan.
Seperti apa yang saya tulis dalam
judul tulisan ini saya sedikit ingin menyoroti segi kurang bagusnya ujian paket
a, b, dan c yang sudah bertahun tahun dilakukan di negri ini. Saya sama sekali
tidak ingin menyangkal arti strategis adanya ujian ujian paket ini untuk
pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Yah ujian paket itu bagaikan sumber
air jernih ditengah gurun yang gersang bagi orang orang yang bernasib kurang
bagus sehingga tidak bisa mengakes pendidikan formal seperti anggota warga Negara
yang lain yang bernasib baik. Adanya ujian paket ini, mereka seperti
mendapatkan udara segar setelah kepenatan dan kepengapan hidup yang ereka
alami, dan ujian paket adalah secercah aharapan bagi mereka untuk bisa
mendapatkan pendidikan yang lebih baik bagi masa depan mereka.
Namun, ternyata ujian paket ini,
di sisi lain, bisa juga menghancurkan system pendidikan makronya, atau system pendidikan
utamanya yang lebih besar. Oleh karena itu pengambil keputusan di level
kementrian hendaknya segera menyadarinya.
Tentu saja tulisan saya ini masih membingungkan pembaca sekalian. Namun yah
memang itu saya sengaja hahahaha… Ok lah untuk memperjelas letak permasalahan
saya akan bercerita saja dan tidak akan melibatkan opini sama sekali… biar siding
pembaca menilai sendiri dalam masalah ini.
Ada beberapa penggiat pendidikan
yang bercerita pada penulis tentang murid muridnya. Ada seorang guru yang cerita betapa sulitnya
mengatur siswanya yang sangat malas belajar dan selalu bikin permasalahan di
sekolah; dan ketika siswa itu dinasihati bahwa dengan sikap yang begitu tentu
sulit baginya untuk sukses dalam sekolahnya dan malah mungkin tidak naik kelas
dan juga tidak lulus. Jawaban sang siswa sungguh membuat terperanjat gurunya, “
saya tidak butuh naik kelas maupun lulus dari sekolah ini pak, karena saya akan
ikut ujian paket C saja”, begitu kurang lebih jawaban siswa ini. Menurut pengamatan
guru ini, siswa yang punya pikiran seperti ini ternyata banyak. Bagaiamana bisa
sekolah sekolah mengajarkan ilmu pengetahuan untuk pengembangan sumber daya
manusia Indonesia pada siswanya yang
berfikir cari mudah yang ternyata difasilitasi Negara seperti ini? Belum lagi
kalau kita bicara pengembangan karakter. Karakter macam apa yang bisa ditanam
pada siswa yang sudah melihat jalan keluar mudah dari segala persoalan
pendidikannya lewat ujian paket seperti ini?
Apakah Cuma seperti ini
permasalahannya? Tidak!!!, ada yang
lebih mengerikan dari itu. Pada suatu hari di awal semester pertama dari tahun
ajaran sekolah, seorang kepala sekolah didatangi anak kelas 10 yang baru
belajar di SMA 2 bulan. Sang siswa minta ijin kepala sekolah untuk meninggalkan
sekolah dengan alasan untuk mendaftar diperguruan tinggi. Wowww kepala
sekolahnya melotot besar…bagaimana bisa anak yang baru lulus SMP yang ijasahnya
saja belum jadi mau masuk perguruan tinggi? Ahhhh sekali lagi kita boleh
terperangah, ternyata itu terjadi Karen efek adanya ujian paket C. Ternyata ada
banyak perguruan tinggi swasta yang berbayar mahal sanggup menerima siapa saja
yang ingin sekolah tanpa melihat umur calon mahasiswanya yang penting si calon
siswa mau ikut ujian paket C nantinya. Untuk kasus anak yang baru lulus SMP,
boleh iku kuliah asal berjanji nanti mereka akan mengurus ujian paket Cnya. Jadi
anak anak ini boleh kulaih dulu terus nanti pas ada kesempatan ujian paket C
mereka harus ikut. Saya tidak perlu menyampaikan banyak opini tentunya siding pembaca
bisa memikirkan kira kira apa akibatnya kalau anak lulusan SMP, sekolah di SMA
2 bulan terus kuliah jadi mahasiswa? Mampukah mereka secara mental spiritual
berada di lingkungan yang seharusnya mereka belum berada disana? Bagaimana dengan
kemampuan kognitifnya? Siapkah mereka disana? Sebagai catatan siswa yang ambil
jalan pintas seperti ini kebanyakan malah siswa yang tidak pintar secara
akademik disekolah, tapi malah mereka merusaha memangkas satu jenjang
pendidikan (SMA) dan langsung naik di jenjang selanjutnya. Dan kasus seperti
ini sudah buuuuuuanyak terjadi. Akankah pemerintah diam saja? Atau benarkah hal
seperti ini biasa saja? …