Jumat, 24 Februari 2023

Pengaturan Tingkah Laku Siswa (Behavior Management), Dari mana Kita Memulainya?


Untuk keberhasilan setiap usaha mendisiplinkan kelas, pengendalian dan pengaturan ruang kelas (classroom management) pada akhirnya akan memerlukan pengendalian dan pengaturan pola tingkah laku (behavior management) yang baik dan tepat di dalam ruang kelas. Selain efektivitas pengaturan ruang kelas, keteraturan pola tingkah laku seluruh penghuni kelas akan sangat menentukan kondusifitas ruang dan lingkungan kelas untuk belajar. Sebuah ruang kelas dengan pola tingkah laku yang tertib dan teratur tentu akan memberikan rasa aman dan nyaman untuk belajar dengan serius, sebaliknya sebuah ruang kelas dengan penghuni yang berperilaku tanpa aturan, tidak disiplin dan kacau, tentu akan menimbulkan kegaduhan yang sama sekali tidak mendukung proses belajar mengajar di dalamnya. Pengaturan tingkah laku di dalam ruang kelas haruslah terpola, dan terencana dengan jelas dan sistematis. Pengaturan tingkah laku di dalam ruang kelas tak bisa hanya bersifat reaktif, bertindak dan berbuat berdasarkan apa yang terjadi, cari solusi kalau ada permasalahan muncul saja. Lebih dari itu, pengaturan tingkah laku ini sangat memerlukan perencanaan yang matang dengan melibatkan penyiapan sebuah sistem tingkah laku yang secara efektif mampu mengelola dan mengendalikan siswa di dalam ruang kelas dengan menggunakan prinsip-prinsip teori perilaku. Otoritas seorang guru memang sangat penting untuk pengendalian tingkah laku siswa, namun seorang guru tidak cukup hanya bermodal otoritas untuk bisa mendapatkan pengaturan tingkah laku yang baik. Pengaturan tingkah laku siswa dengan mengedepankan otoritas hanya akan menimbulkan kekakuan, ketegangan dan kesumpekan di dalam ruang kelas yang pada gilirannya nanti akan menimbulkan rasa capai dan bosan pada siswa yang membuatnya tidak bisa belajar. Itulah kenapa pengaturan tingkah laku siswa di dalam ruang kelas wajib memperhatikan prinsip prinsip teori tingkah laku seperti yang disebutkan sebelumnya. Itu artinya seorang guru wajib paham dan tahu ilmu pedagogi dan psikologi, setidaknya psikologi pendidikan. Keberhasilan pendisiplinan, pengendalian dan pengaturan tingkah laku siswa tergantung pemahaman guru akan kejiwaan dan aspek psikologis siswa ini.

Sebelum pendisiplinan dan pengaturan tingkah laku siswa dimulai wajib diingat bahwa yang disebut tingkah laku siswa adalah semua tindakan dan gerak siswa yang dapat kita lihat, kita bisa ukur dampaknya terhadap siswa itu sendiri dan lingkungannya, kita bisa prediksi akibat yang mungkin ditimbulkannya, sehingga kita punya alasan yang tepat untuk setuju atau tidak setuju dengan perbuatan atau perilaku itu, dan yang tak kalah pentingnya adalah bahwa guru wajib menyadari ada batasan waktu di mana dia boleh intervensi dan mengatur apa yang boleh dan tak boleh lakukan di dalam ruang kelas.  Penekanan tingkah laku pada hal hal yang terlihat dan terukur ini penting, agar guru tidak terlalu jauh memasuki hal hal yang bersifat pribadi pada siswanya. Juga jangan sampai siswa lagi bersedih malah dimarahi oleh gurunya dengan alasan tangisannya mengganggu proses belajar, misalnya, atau ketika siswa merasa ada yang lucu kemudian tak sengaja tersenyum, gurunya mengomel. Tidak boleh terjadi juga, ada siswa yang lagi mencoba mengungkapkan pemikirannya baik dengan menjelaskan apa yang dipikirkan maupun mempertanyakan sesuatu pada gurunya, bukannya didengarkan dan ditanggapi dengan baik, malah siswa dipersalahkan oleh gururnya dengan alasan pikiran dan pertanyaannya tak sejalan dengan pelajaran. Semua hal itu berlebihan dan harus dihindari seorang guru dalam upayanya mengatur tingkah laku siswa di dalam kelasnya. Sekali lagi, tingkah laku selalu terkait dengan hal hal yang tampak, terukur dan bisa diprediksi akibatnya, perilaku bukanlah perasaan, pikiran, atau niat hal-hal yang memiliki interpretasi berbeda jika dipersepsi oleh orang yang berbeda. Dengan demikian jelas, bahwa kita harus memulai manajemen tingkah laku ini dari pemahaman yang tepat akan batasan apa yang disebut tingkah laku itu, agar kita tak bertindak terlalu jauh dan malah mengacaukan manajemen tingkah laku yang kita rencanakan.

Dalam pelaksanaannya manajemen tingkah laku siswa seharusnya tidak dipegang sendiri tanggung jawabnya oleh guru. Pembentukan hierarki hak dan tanggung jawab dalam pengaturan tingkah laku di dalam ruang kelas bisa sangat membantu keberhasilan tercapainya kondisi aman dan nyaman di dalam ruang kelas dengan siswa bertingkahku yang bertanggungjawab. Oleh karena itu pembentukan perangkat struktur organisasi kelas beserta job desc-nya, tugas administrasi ringan yang terkait dengan aktivitas kelas dan pelanggaran peraturan kelas yang dibebankan ke struktur kelas dan siswa yang piket bisa sangat membantu pelaksanaan manajemen tingkah laku ini. Dengan adanya hierarki dalam pengaturan tingkah laku siswa menunjukkan bahwa pengaturan ini sistematis. Selain itu hierarki yang kita buat di dalam kelas, juga memungkinkan kita menganalisis di mana titik lemah dari sistem tingkah laku kita secara keseluruhan, dan kita tahu bagaimana kita memecahkan permasalahan yang terjadi di sistem tingkah laku yang kita bangun di dalam ruang kelas. Hal ini sekaligus mempertegas bahwa manajemen tingkah laku tak bisa dilakukan secara terpisah dari sistem pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan di dalam kelas. Kita sama sekali tidak boleh beranggapan bahwa tugas kita di dalam kelas itu hanya mengajar, menjelaskan materi pelajaran saja, kalau terjadi pelanggaran disiplin dan tingkah laku menyimpang, ya itu urusan nanti. Yang benar adalah kita harus memasukkan pola penanganan tingkah laku itu dalam sebuah rencana yang terintegrasikan pada sistem pendidikan dan pengajaran yang kita bangun.

 

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...