Senin, 20 Maret 2023

Membantu Siswa Yang Kurang Percaya Diri Dengan Mengangkat Martabatnya

 

Salah satu permasalahan yang dihadapi siswa di dalam kelas adalah perasaan tidak percaya diri dan perasaan minder. Permasalahan ini memang tidak terlalu tampak di permukaan dan tidak mengganggu proses belajar mengajar secara umum, akan tetapi sifatnya sangat destruktif dan sangat menghambat perkembangan dan kemampuan kognitif siswa yang mengalami gangguan ini. Oleh karena itu permasalahan ini harus segera disadari oleh guru dan mendapatkan perhatian untuk pemecahannya. Salah satu hal yang bisa dilakukan guru untuk membantu siswa yang mengalami rasa tidak percaya diri atau minder ini adalah mengangkat martabat siswa yang bersangkutan. Kenapa kita harus mengangkat martabatnya? Ya karena orang tidak percaya diri dan minder itu adalah orang yang kehilangan atau tidak mampu mengangkat martabat dirinya sendiri di depan teman temannya. Oleh karena itu wajar kalau seorang guru harus membantu siswa yang seperti ini untuk mampu mengangkat dan membangkitkan martabat dirinya.

Untuk mengangkat martabat siswa yang mengalami gangguan tidak punya rasa percaya diri, guru tidak cukup hanya menaruh rasa hormat pada siswa, tapi harus lebih dari itu. Yaitu dengan memberikan perhatian yang lebih pada kehidupannya, kebiasaannya, hobinya, kelebihan kelebihannya, gagasan gagasannya, bidang bidang yang menarik hatinya, dan juga  kegiatan kegiatannya. Bentuk perhatian bisa ditunjukkan dengan cara menanyakan, memujinya ataupun mendiskusikannya dan memberi dorongan moril pada apa yang jadi kesenangan, ketertarikan dan aktivitasnya.   

Untuk memperkuat upaya guru mengangkat martabat dan rasa percaya diri siswa, guru bisa mengajak kerja sama orang tua untuk itu. Perhatian, dorongan, dan dukungan orang tua pada aktivitas dan ketertarikan, hobi dan keberhasilan siswa sangat besar memberi sumbangan pada penguatan peningkatan martabat dan harga diri senta kepercayaan diri siswa yang bersangkutan. Kalau kerja sama guru dan orang tua dalam peningkatan rasa percaya diri siswa ini berhasil maka siswa akan merasa diterima, dihargai, bernilai, dan didukung. Glasser (2000) bahkan menyarankan seorang guru, dalam hal ini, harus mampu melakukan tujuh kebiasaan hubungan sosial ( seven connecting habits_) yang baik; perhatian, mendengarkan, dukungan, sumbangan, dorongan, kepercayaan, dan pertemanan.


Minggu, 19 Maret 2023

Kenapa seorang guru Perlu Berlaku Adil Pada Siswanya?

 


Kenapa seorang guru perlu berlaku adil kepada siswanya? Perlakuan adil terhadap siswa bukan hanya akan membuahkan rasa hormat yang mendalam siswa pada guru, akan tetapi juga perlakuan adil terhadap siswa akan menghindarkan guru dan siswa di kelas dari masalah masalah rumit selanjutnya. Perlakuan adil guru kepada siswa memang akan mengundang rasa percaya (trust) dari siswa pada gurunya. Rasa percaya siswa kepada gurunya itu akan membuahkan kedekatan dan hormat siswa kepada gurunya yang pada gilirannya semua itu akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di ruang kelas yang bersangkutan. Namun apabila yang terjadi adalah sebaliknya. Guru tidak bisa menegakkan keadilan di antara siswa siswanya, maka korban ketidakadilan perlakuan guru ini rentan jadi bahan tertawaan teman temannya. Kalau tidakadilan berlanjut siswa lain tak cukup hanya menjadikan siswa itu bahan lelucon dan tertawaan, mereka akan mulai membuli siswa yang bersangkutan. Tentu saja kelas akan kacau dan tidak kondusif untuk belajar lagi bila pelecehan dan bullying sudah terjadi di dalam kelas. Itulah kenapa guru wajib berhati hati dalam bertindak dan menghindarkan diri dari berlaku tidak adil pada siswanya.

Ketidakadilan perlakuan guru terhadap siswa yang berujung bullying, kalau kasusnya bertambah parah, bisa juga memicu perlawanan dari siswa korban buli baik pada teman sekelas maupun kepada guru yang memulai semua kekacauan itu. Pada kasus tertentu perlawanan siswa korban bullying itu bisa sangat agresif bahkan sangat kriminal. Itulah kenapa diperlukan kehati-hatian guru dalam bertindak terhadap siswanya.

Jumat, 17 Maret 2023

Guru Juga Wajib Menghargai Dan Menjaga Kehormatan Siswa

 


Bekerja tanpa ada masalah adalah dambaan semua orang. Seorang guru pun juga mendambakan bisa bekerja tanpa masalah. Guru juga menginginkan disambut hangat siswanya saat masuk ruang kelas. Kemudian siswa pun patuh dan hormat pada perintah dan petunjuk guru, serta langsung bisa siap belajar saat guru masuk ruang kelas. Mereka pun tidak membuat kegaduhan dan gangguan pada proses belajar mengajar, dan selalu dalam kondisi on-task selama jam pelajaran. Kalau digambarkan kira kira seperti itulah harapan seorang guru yang masuk dalam ruang kelas untuk mengajar, namun kenyataan sering sekali tak seindah yang kita harapkan, oleh karena itu guru harus punya rencana dan cara untuk mewujudkan keinginannya itu.

Apakah setelah kita punya setumpuk perencanaan pengajaran, semua akan baik baik saja? Belum tentu, semua jenis rencana pengajaran hanya akan berhasil kalau seorang guru mendasari program kerjanya itu dengan meletakkan rasa hormat kepada siswanya. Seperti yang kita tahu, seorang guru tak boleh memilih siswa sesuai dengan keinginannya, tapi harus mau dan bisa menerima semua siswa di ruang kelasnya tanpa memilah dan memilihnya. Guru harus menerima seluruh siswa yang ada di dalam ruang kelas seluruhnya dan apa adanya, tidak bisa memilih. Seluruh siswa tersebut harus diterima secara setara dan diperlakukan secara sama. Lebih jauh lagi guru wajib menjaga rasa hormat terhadap siswa dan juga harus mampu menjaga kehormatan siswanya, sehingga seorang guru tidak boleh bertindak dan berbicara sembarangan atas dan tentang siswanya. Guru wajib bisa menghindarkan dari perbuatan yang melecehkan dan bertutur kata yang merendahkan kehormatan siswanya. Kalau seorang guru mampu menjaga rasa hormatnya pada siswa dan mampu menegakkan kehormatan mereka tanpa memandang suku, ras, agama, kondisi fisik, maupun kondisi intelektualitasnya, maka guru itu akan memanen rasa hormat juga dari siswanya. Keinginan untuk bisa bekerja dengan tanpa gangguan di ruang kelas, pada akhirnya akan di dapat juga oleh guru itu.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...