Jumat, 14 Februari 2014

Manajemen Tingkah Laku: Membangun dan Menjaga Suasana Kelas Agar Kegiatan Belajar dan Mengajar Berjalan Positif dan Efektif

Ibarat sepasang kekasih yang akan terikat pada hubngan perjodohan yang langgeng, guru dan siswa sebetulnya sudah memasang standard kwalitas yang diharapkan ada pada masing masing pihak. Kalau sepasang kekasih masing masing pihak bermimpi, berharap,  berdoa, mencari,  dan bahkan sedikit memaksakan agar mendapatkan jodoh dengan criteria tertentu, hal itu juga berlaku pada hubungan siswa dan guru. Siswa jelas punya daftar panjang criteria guru yang baik yang diharapkan akan jadi gurunya yang membimbing dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, dipihak guru juga terjadi pengharapan yang serupa. Guru juga sangat berharap memiliki segudang criteria yang harus dipunya siswanya dengan harapan proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan bisa berbuah sesuai dengan apa yang diimpikan yang tertulis pada tujuan belajar mengajar di RPPnya.

Namun lacur, mimpi tinggal mimpi, harapan akan tetap Cuma harapan, siswa lebih sering mendapat guru yang sama sekali tidak mirip dengan yang mereka harapakan dan gurupun sanagt jarang bertemu murid ideal seperti yang tergambar pada keinginan hatinya. Kondisi ini tentu saja sering menimbulkan kekecewaan di masing masing pihak. Kekecewaan ini sering sekali berbuntut pada rasa depresi di kedua belah pihak. Tekanan batin yang dirasakan oleh kedua belah pihak sering berbuntut pada kondisi malas belajar dan kenakalan serta keisengan siswa, pada guru juga berimbas pada rasa malas mengajar dan marah marah kalau merasa capai. Ujungnya adalah konfrontasi antara siswa dan guru dan sangat tidak sedikit yang berujung pada sedikit  bicara banyak saling tonjok antara siswa dan guru.
 Hal ini nampak jelas tergambar pada curhatan pemilik account facebook bernama senyum di grup KOMUNITAS GURU INDONESIA periode tanggal 13-14 Februari 2014 kemarin. Terkisah siswa bernama “senyum” ini saling tonjok dengan gurunya karena dendam yang sudah tertanam sejak awal masa pertemuan di kelas. Perang terbuka seperti ini tentu tidak etis kalau terjadi dilingkungan pendidikan, namun factual itu terjadi. Tulisan ini tentu bukan saya maksudkan untuk mebahas masalahnya “senyum”, apalagi untuk menghakimi siapa yang salah siapa yang benar. Bukan itu sama sekali.
Dengan tulisan ini saya berharap bisa mengajukan gagasan bagaimana agar kejadian kejadian seperti itu tidak terjadi lagi dengan mengajak siding pembaca untuk membenahi metodologi pengajarannya dengan pengaturan tingkah laku yang lebih baik sebagi bagian dari managemen kelas secara keseluruhannya.
Kalau boleh saya ambil kesimpulan, terjadinya konflik anatar siswa dan guru sebagian besar disebabkan oleh tidak efektifnya proses belajar mengajar disebabkan oleh management kelas yang amburadul sehingga atmosphere positif di ruang kelas yang biasanya ditandai dengan suasana aman dan nyaman tidak nampak sama sekali. Kalau sebuah kelas sudah tidak ada rasa aman dan nyaman baik bagi guru maupun siswanya, apalagi yang masih bisa diharapakan dari kelas tersebut?

Nah untuk menghindari punya kelas yang beraroma neraka tersebut, bapak dan ibu guru sudah selayaknya memperhatikan hal hal berikut ini, agar bapak dan ibu guru mampu membangun situasi kelas yang hangat bersahabat penuh cinta dan memberi gairah pada siswa untuk belajar dan guru untuk mengajar:


  1.           Mulailah tahun ajaran baru dengan persiapan yang matang dengan meyakinkan diri bahwa sebagai guru sudah sangat menguasai semua bahan ajar yang akan disampaikan, jangan pernah terfikir bahwa cukuplah nanti baca buku sebentar sebelum mengajar. Mendahului semalam mempelajari materi sebeleum siswanya belajar tidak menjamin guru bakal menguasai materi dengan tuntas. Hal ini bisa menyebabkan guru Nampak bodoh didepan siswanya. Mereka tidak akan mentoleriri guru yang kelihatan bodoh. Mereka akan mentertawakan dan meremehkan guru. Dan inilah awal tidak nyamannya situasi kelas baik bagi guru maupun siswanya. Selain itu persiapkan juga semua administrasi kelas baik yang berupa kurikulum, silabus, RPP, metode pengajarannya, alat peraga, alat evaluasi dst.
  2.   Pada tahap perkenalan jangan Cuma memerkenalkan orangnya, tapi yang paling penting memeperkenalkan pelajaran yang akan diajarkan semester itu beserta guna dan manfaatnya kalau menguasai materi tersebut.
  3.  ..  Kembangkan seperangkat harapan dalam bentuk aturan tertulis beserta konsekwensinya untuk kelas tersebut. Jangan lupa melibatkan seleuruh komponen kelas untuk menentukan harapan, aturan dan konsekwensi atas pelanggran aturan yang mereka buat bersama. Hal ini sangat penting bagi guru sebagi rujukan untuk membenahi tingkah laku siswanya.
  4.      .Jagalah konsistensi ucapan, tindakan dan hukuman yang diberikan pada siswa yang sesuai dengan aturan yang dibuat bersama (lihat no.3)
  5.          Guru harus memiliki kesabaran ekstra, ingat siswa yang ada memiliki kedewasaan dan kondisi kejiwaan yang berbeda beda, oleh karena itu guru wajib menyadari dan bersabar mengadapi siswa dengan karakter yang berbeda beda tersebut. Kesbaran juga berarti bawa guru wajib memiliki solusi yang beraneka ragam bagi aneka warna kejadian dan masalah yang muncul di kelas.
  6. .      Hubungan yang intens  dengan orangtua siswa sering kali menjadi jalan keluar dari permaslahan yang timbul di kelas
  7.       Guru yang banyak bicara, apalagi membicarakan diri sendiri dan kelurganya akan membuat bosan siswanya dan perlu diingat kebosanan siswa adalah induk dari seleuruh permaslahan yang terjadi di kelas, oleh karena itu gunakan waktu sebaik mungkin jangan dihabiskan untuk bicara sendiri. Ada baiknya guru membagi waktu mengajar menjadi 3 bagian atau lebih. Missal saja guru berbicra atau menerangkan Cuma mengambil sepertiga waktu dan sisanya diisi dengan metode belajar lain yang melibatkan aktifitas siswanya. Pastikan setiap pergantian periode belajar itu berjalan halus dan tidak disadari oleh siswa.
  8. .      Pastikan semua siswa terlibat secara aktif dalam belajar, missal salah satu siswa presentasi ajaklah semua siswa terlibat dalam memberikan evaluasi, sehingga tidak ada siswa yang nganggur. Siswa nganggur adalah sumber masalah dalam kelas.
  9. .      Guru tidak boleh asyik sendiri. Pastikan selalu mengawasi semua siswa seluruhnya mulai dari awal sampai selesainya pelajaran. Jangan pernah membiarkan ada satu siswapun yang tidak terawasi selama pelajaran. Siswa yang lepas dari pengawasan adalah sumber masalah dalam kelas. Oleh karena itu jangan pernah ada guru berbicara terlalu lama dengan salah satu siswanya.
  10. .  .     Guru harus punya juga sense of humor, tapi jangan pernah becanda dengan hal yang berbau porno, tak satupun siswa menghormati guru yang porno. Dan itu akan jadi masalah bagi guru dan kelasnya.
  11. .  .      Jaga kedisiplinan dan jangan pernah mengabsen siswanya sat si siwa sedang mengerjakan sesuatu.
  12. .  .   Bagikan senyum, penghormatan dan pujian pada kebaikan dan prestasi yang ditunjukan siswa pada anda sebagi guru.

Semoga berguna.

Rabu, 08 Januari 2014

Cara Menasihati Siswa Nakal bin Bandel Bin Badung Yang sesuai Dengan Leaderpreneurship Program



Banyak guru yang pernah penulis temui yang mengeluhkan tingkah laku siswanya dan tidak tahu bagaiaman cara berkomunikasi, mengajarkan tingkah laku yang baik pada mereka. Murid murid ini sepertinya tidak mau mendengarkan nasihat sama sekali ibaratnya nasihat itu Cuma masuk telinga kanan dan keluar lagi dari telinga kiri. Mereka tetap saja berkelakuan yang sama, tidak peduli pada guru, tidak peduli pada orang lain bahakan sepertinya mereka juga tidak terlalu mau tahu tentang diri dan masa depannya. Kondisi ini sering membuat guru gondok, sakit hati dan putus asa yang diakhiri dengan sikap apatis, bodo amat akan kondisi siswa dan masadepan mereka. “Amat aja kagak bodo” kata bapak dan ibu guru kita.
Salah satu kelemahan apa yang dilakukan kebnyakan bapak dan ibu guru kita adalah fakta bahwa mereka hanya memberikan informasi pada siswa siswinya. Tiap hari siswa siswi ini dikasih ceramah yang sama tentang pentingya belajar, pentingnya berbuat baik baik, pentingnya sopan santun, pentingnya memeperhatikan perintah guru dan peraturan sekolah yang lain. Pada kenyataannya sisw siswi kita ini sudah tahu dan bahkan sudah hafal akan itu semua karena mereka tipa hari mendengarkan nasihat nasihat itu dari semua gurunya. Jadi untuk apa kita ulang lagi nasihat itu? Bukannya itu buang bauang tenaga dan waktu secara mubadzir? ‘loh, tapikan mereka masih badung juga. Dinasihati saja merka kurang ajar bagaimana kalau tidak?” iya itu juga sudah betul. Namun seperti yang penulis sebutkan diatas, mereka sudah hafal sudah mengerti. Kalau nasihat yang diberikan selama ini tidak mempan berarti ada yang salah atau ada yang kurang dari nasihat nasihat itu. Terus apa dong yang kurang?
Nah mari kita perhatikan apa yang dikatakan Mehmed C. Os. MD dan Michael F. Roizen MD. Mereka mengatakan bahwa benar nasihat nasihat dan perktaan kita itu mengandung  informasi penting. Namun itu tidak cukup. Karena informasi yang kering tidak akan bermakna dan tidak akan ngepek ke anak anak kita. Agar kata kata kita itu bermakna maka kita harus menambahkan perasaan saat kita menyampaikan. Pendek kata perkataan itu mengandung informasi tapi perasaanlah yang membuatnya jadi bermakna dan berarti.  Itulah rahasia bagaimana menyampaikan nasihat yang bermakna dan berarti yang dilakukan oleh orang orang tua yang cerdas. Sudahkah pak dan ibu guru melakukannya?
Lebih jauh kedua ahli yang saya sebutkan namanya diatas memberikan tips bagaiana cara menyertakan perasaan pada nasihat nasihat kita pada anak anak dan siswa siswa kita, agar apa yang kita katakana bisa berarti dan bermakna dan akhirnya bisa memepengaruhi pola tingkah laku mereka. Silahkan simak tips mereka dibawah ini;

1.       Kontak mata. Pada saat bicara pastikan terjadi kontak mata antara anda dengan siswa siswi anda. Kontak mata akan membuat proses penyampaian informasi terasa hangat, serius, menunjukkan kepedulian dan kasih saying dan kepercayaan diri yang kuat dari pembicara. Hal ini membuat si pendengar jadi merasa tenang relax, aman namun merasa sanagt perlu memahami apa yang akan disampaikan.

2.     Expresi wajah. Ekpresikan keseriusan tapi jangan tampakan sedikitpun ada kemarahan diwajah anda. Justru sebaliknya tampakan bahwa anda bersahabat, perhatian, jangan lupa sunggingkan senyuman pada waktu dan kondisi yang tepat. Semua itu akan menyiratkan keramahan, kebahagiaan, dan dan kedekatan anatara anda dan anak atau siswa anda. Ini akan membuat anak anak merasa wajib mendengarkan dan mencerna nasihat yang diberikan, karena mereka takut kehilangan rasa dekat dan perhatian anda.

3.       Isyarat gerak. Gerak tangan, anggukan kepala, kial tubuh yang lain bisa membantu betapa seriusnya anda dalam memeberikan nasihat, dan betapa berharganya nasihat yang anda berikan, dan ini akan memebrikan penguatan yang positif pada anak dananakpun merasa benar diperhatikan dan didengarkan saat mereka berbicara.

4.       Postur dan orientasi tubuh. Cara anda berjalan, berbicaara, berdiri dan duduk itu menambah makan dari apa yang anda katakana. Missal saja saat anda duduk dengan sedikit tegak tapi tidak kaku dan sedikit mencondongkan tubuh kedepan sambil muka ditekuk sedikit kesamping dan mata melihat langsung ke anak yang diajak bicara akan menunjukan kondisi bahwa anda saying, ramah dan mau menerima anak tersebut. Sehingga si anak tidak akan mengeluarkan pikiran curiga pada anda.  Dengan tidak adanya rasa curiga dipikiran anak, maka nasihat anda akan lebih cepat dicerna bukan?

5.    Nada suara. Memeberi nasihat dengan suara daatar, apalgi dengan intonasi yg tinggi tentu sangat memuakkan. Oleh karena itu pilihlah intonasi dan nada yang tepat saat memebri nasihat pada anak dan siswa anda.

Begitulah nasihat yang bisa kita mabil dari kedua ahli diatas. Dan ada baiknya kalau kita tambah dengan tips yang ke 6;

6.       Berilah contoh pada mereka, contoh akan lebih bermakna dari pada nasihat. Anak anak tidak berbuat berdasarkan nasihat tapi berdasarkan apa yang bisa dicontoh dari orang dewasa.

Semoga berguna….



Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...