Banyak guru yang pernah penulis temui yang
mengeluhkan tingkah laku siswanya dan tidak tahu bagaiaman cara berkomunikasi,
mengajarkan tingkah laku yang baik pada mereka. Murid murid ini sepertinya
tidak mau mendengarkan nasihat sama sekali ibaratnya nasihat itu Cuma masuk
telinga kanan dan keluar lagi dari telinga kiri. Mereka tetap saja berkelakuan
yang sama, tidak peduli pada guru, tidak peduli pada orang lain bahakan
sepertinya mereka juga tidak terlalu mau tahu tentang diri dan masa depannya. Kondisi
ini sering membuat guru gondok, sakit hati dan putus asa yang diakhiri dengan
sikap apatis, bodo amat akan kondisi siswa dan masadepan mereka. “Amat aja
kagak bodo” kata bapak dan ibu guru kita.
Salah satu kelemahan apa yang dilakukan
kebnyakan bapak dan ibu guru kita adalah fakta bahwa mereka hanya memberikan
informasi pada siswa siswinya. Tiap hari siswa siswi ini dikasih ceramah yang
sama tentang pentingya belajar, pentingnya berbuat baik baik, pentingnya sopan
santun, pentingnya memeperhatikan perintah guru dan peraturan sekolah yang
lain. Pada kenyataannya sisw siswi kita ini sudah tahu dan bahkan sudah hafal
akan itu semua karena mereka tipa hari mendengarkan nasihat nasihat itu dari
semua gurunya. Jadi untuk apa kita ulang lagi nasihat itu? Bukannya itu buang
bauang tenaga dan waktu secara mubadzir? ‘loh, tapikan mereka masih badung
juga. Dinasihati saja merka kurang ajar bagaimana kalau tidak?” iya itu juga
sudah betul. Namun seperti yang penulis sebutkan diatas, mereka sudah hafal
sudah mengerti. Kalau nasihat yang diberikan selama ini tidak mempan berarti
ada yang salah atau ada yang kurang dari nasihat nasihat itu. Terus apa dong
yang kurang?
Nah mari kita perhatikan apa yang dikatakan
Mehmed C. Os. MD dan Michael F. Roizen MD. Mereka mengatakan bahwa benar
nasihat nasihat dan perktaan kita itu mengandung informasi penting. Namun itu tidak cukup. Karena
informasi yang kering tidak akan bermakna dan tidak akan ngepek ke anak anak kita. Agar kata kata kita itu bermakna maka
kita harus menambahkan perasaan saat kita menyampaikan. Pendek kata perkataan
itu mengandung informasi tapi perasaanlah yang membuatnya jadi bermakna dan
berarti. Itulah rahasia bagaimana
menyampaikan nasihat yang bermakna dan berarti yang dilakukan oleh orang orang
tua yang cerdas. Sudahkah pak dan ibu guru melakukannya?
Lebih jauh kedua ahli yang saya sebutkan
namanya diatas memberikan tips bagaiana cara menyertakan perasaan pada nasihat
nasihat kita pada anak anak dan siswa siswa kita, agar apa yang kita katakana bisa
berarti dan bermakna dan akhirnya bisa memepengaruhi pola tingkah laku mereka. Silahkan
simak tips mereka dibawah ini;
1.
Kontak
mata. Pada saat bicara pastikan terjadi kontak mata antara anda dengan siswa siswi
anda. Kontak mata akan membuat proses penyampaian informasi terasa hangat,
serius, menunjukkan kepedulian dan kasih saying dan kepercayaan diri yang kuat
dari pembicara. Hal ini membuat si pendengar jadi merasa tenang relax, aman
namun merasa sanagt perlu memahami apa yang akan disampaikan.
2. Expresi
wajah. Ekpresikan keseriusan tapi jangan tampakan sedikitpun ada kemarahan
diwajah anda. Justru sebaliknya tampakan bahwa anda bersahabat, perhatian,
jangan lupa sunggingkan senyuman pada waktu dan kondisi yang tepat. Semua itu
akan menyiratkan keramahan, kebahagiaan, dan dan kedekatan anatara anda dan
anak atau siswa anda. Ini akan membuat anak anak merasa wajib mendengarkan dan
mencerna nasihat yang diberikan, karena mereka takut kehilangan rasa dekat dan
perhatian anda.
3.
Isyarat
gerak. Gerak tangan, anggukan kepala, kial tubuh yang lain bisa membantu betapa
seriusnya anda dalam memeberikan nasihat, dan betapa berharganya nasihat yang
anda berikan, dan ini akan memebrikan penguatan yang positif pada anak dananakpun
merasa benar diperhatikan dan didengarkan saat mereka berbicara.
4.
Postur
dan orientasi tubuh. Cara anda berjalan, berbicaara, berdiri dan duduk itu
menambah makan dari apa yang anda katakana. Missal saja saat anda duduk dengan
sedikit tegak tapi tidak kaku dan sedikit mencondongkan tubuh kedepan sambil
muka ditekuk sedikit kesamping dan mata melihat langsung ke anak yang diajak
bicara akan menunjukan kondisi bahwa anda saying, ramah dan mau menerima anak
tersebut. Sehingga si anak tidak akan mengeluarkan pikiran curiga pada
anda. Dengan tidak adanya rasa curiga
dipikiran anak, maka nasihat anda akan lebih cepat dicerna bukan?
5. Nada
suara. Memeberi nasihat dengan suara daatar, apalgi dengan intonasi yg tinggi
tentu sangat memuakkan. Oleh karena itu pilihlah intonasi dan nada yang tepat
saat memebri nasihat pada anak dan siswa anda.
Begitulah nasihat yang bisa kita
mabil dari kedua ahli diatas. Dan ada baiknya kalau kita tambah dengan tips
yang ke 6;
6.
Berilah
contoh pada mereka, contoh akan lebih bermakna dari pada nasihat. Anak anak
tidak berbuat berdasarkan nasihat tapi berdasarkan apa yang bisa dicontoh dari
orang dewasa.
Semoga berguna….
Pada intinya menjadi seorang pendidik itu adalah pilihan menurut saya. Pilihan antara menjadi pendidik yang CUMA dianggap sebagai GURU SAJA disekolah yang seringkali DILUPAKAN begitu mereka LULUS ataukah menjadi pendidik yang DIINGAT karena inspirasi-inspirasinya yang sangat berpengaruh untuk memotivasi anak didik, bahkan mereka ingat dan kata-kata pendidiknya tersebut mereka jadikan salah satu pedoman untuk menjadi sukses. Termasuk salah satunya adalah, bagaimana cara seorang pendidik menyelesaikan masalah yang seringkali timbul di sekolah pada saat KBM maupun pada saat siswa-siswa mereka berinteraksi dengan teman dan guru di sekolah. Pendidik yang baik memang harus melakukan point-point yang diutarakan oleh Mehmed C. Os. MD dan Michael F. Roizen MD yang intinya. Ketika masalah timbul yang paling penting diketahui adalah akar dari masalah tersebut. jangan terburu-buru menempelkan kata-kata BADUNG, BANDEL, NAKAL atau sebutan-sebutan yang sejenis pada anak. KArena sejatinya tidak ada anak yang mau diberi embel-embel kata-kata itu. Jadi akan lebih bijak jika seorang pendidik yang bisa menempatkan diri sebagai pendidik yang disegani tetapi anak didik tidak menjadi TAKUT atau bahkan BENCI untuk mendekat dan bercerita tentang masalah mereka. Karena sejatinya menjadi seorang pedidik itu tidak hanya mengamalkan/.sharing keilmuan saja. Tetapi lebih daripada itu mereka harus mampu menguasai kelas sebelum mereka menyampaikan materi dan menerapkan metode dengan berbagai macam latar belakang anak didik yang akan mereka didik dan bimbing yang tentu saja dengan berbagai macam karakter dan masalah yang mereka punyai. Itulah hebatnya menjadi seorang pendidik....:)
BalasHapusTerima kasih. Tulisan anda bagus dan memberi banyak tambahan referensi kepada saya sebagai seorang pendidik.
BalasHapusterimaksih kunjungannya juga semoga bermanfaat
Hapus