Selasa, 11 Maret 2014

APA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENDAPATKAN SUASANA KELAS IDEAL YANG SELARAS DENGAN PROGRAM LEADERPRENEURSHIP DI SEKOLAH.


Sudah tiga tahun ini, penulis bicara tentang program leaderpreneurship di blog ini. Tentu program ini tidak terlalu jelas untuk sebagian besar pembaca, namun itu tidak jadi mengapa bagi penulis toh tujuan penulis memang bukan untuk menjelaskan program ini sejelas jelasnya di blog ini. Tujuan utama dari blog ini adalah mengajak sidang pembaca untuk mulai belajar mengerti bahwa di luar sana sudah berkembang begitu pesat pengetahuan dan tehnologi pengajaran, sehingga kita perlu sedikit demi sedikit meninggalkan gaya pembelajaran dan pengajaran tradisonal. Apakah kalau sudah meninggalkan gaya, pendekatan dan methodology pengajaran tradisional harus menerapkan prograleaderpreneurship? Tentu saja tidak. Kalau kita mau belajar dan mau sedikit meluangkan waktu untuk melihat ke dunia luar, kita akan temukan begitu banyaknya pengetahuan tentang pendididkan modern dan kita hanya perlu memepelajarinya agar kita tidak tertinggal. Perlu diingat ketertinggalan guru akan berakibat akan tertinggalnya murid muridnya. Artinya kalau sampeyan sebagai seorang guru tidak terlalu peduli akan perkembangan dunia pendidikan dan tetap berpegang pada gaya pengajaran tradisional, sampeyan bertanggungjawab atas ketertinggalan dari ratusan atau bahakn ribuan anak didik sampeyan.
Nah, pembaca yang terhormat, walau blog ini dan ahkan tulisan ini berjudul “leaderpreneurship”, bukan berarti penulis ingin memkasakan semua orang paham tentang program ini. Dengan tulisan yang bersifat acak seperti semua tulisan yang ada di dalam blog ini, tentu tidaklah mudah memahami program leaderpreneurship tersebut, nmun begitu setiap keeping tulisan saya, akan selau berisi hala hal yang bisa dipelajari tersendiri, dengan begitu kalau semua tulisan dibaca dan dimengerti, bisa diharapkan para siding pembaca akan memiliki persepsi yang benar tentang pendidikan modern atau pendidikan abad 21.
Sekali ini, penulis akan ajak pembaca mendiskusikan bagaimana program leaderpreneurship bisa dijalankan disekolah sekolah bapak dan ibu semua. Untuk bisa menjalankan program leaderpreneurship diperlukan beberapa hal yang harus disiapkan dan dilakukan sekolah:
1.       Perubahan paradigma dan pola pikir guru.
Sebetulnya program ini bukanlah program baru, namun hanyalah pengembangan dari inquiry based-learning, problem based-learning dan project based learning. Secara terminology ketiga pendekatan pembelajaran itu sangat gampang dijelaskan, namun tidaklah mudah untuk dijalankan sebagi sebuah pola pengajaran yang baik untuk semua siswa, kalau paradigm guru tentang pendidikan dan pola pikirnya tidak dirubah. Ketiga pendekatan yang menjadi dasar munculnya leaderpreneurship program itu pelaksanaanya memerlukan pemahaman guru tentang pendidikan yang baik. Pendidikan yang bukan saja mengajarkan anak didik untuk menghapal tapi pendidikan yang memebri ruang bagi siswa untuk mengembangkan diri secara utuh, baik dari segi kognitifnya, sifat dan karakternya serta pengembangan ketrampilan hidup dan ketrampilan sosialnya. Bahkan dalam leaderpreneurship ditambah dengan ketrampilan manajerila dan entrepreneurial. 
Dalam hal ini merubah mind set dan paradigm guru dari pemhaman mereka pada pengajaran yang masih sangat tradisoonal kea rah yang modern tidaklah gampang. Bahkan lebih susah dari pada memindahkan gunung.
Program yang sudah tersusun rapi dengan konsep pendekatan dan methodology pengajaran yang sudah ditata rapi, akan balik lagi ke cara cara tradisonal dimana guru jadi presenter dan siswanya tidur kembali. Hal ini disebabkan guru yang tidak mau tahu dan tidak mau berubah. Project yang dicanangkan dalam program leaderpreneurship yang seharusnya bisa menjadi media bagi siswa untuk mengembangkan diri, engembangkan intelektualitasnya, mengembangkan kepercayaan diri, kemampuan managerial dan kemampuan entreprenerialnya, kemampuan sosial dan kemampuan inovasi dan kreatifitasnya, bisa berubah lagi balik jadi seperti pelajaran seni kriya, atau ketrampilan masak memasak, hanya karena guru yang tidak memahi bagaimana membuat proses pendidikan yang benar. Oleh karena itu perubahn paradigm dan mind set guru adalah hal yang sanagt penting dan nomer satu.
2.       Kemudahan akses ke ilmu pengetahuan atau system informasi.
Pendidikan dan pengajaran modern sudah tidak bisa lagi mengandalkan guru sebagai satu satunya sumber belajar, sumber ilmu. Lalu lalang informasi dan pengetahuan yang  begitu massif dan cepat telah terajadi akhir akhir ini sejalan dengan perkembangan dan makin murahnya tehnologi informasi. dengan tehnologi informasi yang semakin maju, sangat dimungkin gurupun akan ketinggala informasi dan bahakan kalah cepat mendapatkan informasi terbaru disbanding siswanya, oleh karena itu guru sudah tidak bisa mendominasi kelas sebagi orang yang paling “tahu” lagi. Agar proses pendidikan bisa berjalan lancar tanpa ketersendatan, adalah suatu hal yang bersifat wajib bagi sekolah untuk menyedikan akses seluas luasnya bagi siswa dan guru gurunya untuk bisa mengakses ilmu pengetahuan dan informasi lain secepat cepatnya dan sebanyak banyaknya dengan system informasi yang baik, selain sekolah harus menyediakan perpustakaan yang baik dengan koleksi buku yang lengkap.
3.       Memastiakn terciptanya jalur pendidikan yang lentur.
Terkait dengan masifnya arus informasi yang kita diskusikan diatas, kita juga harus menyadari bahwa setiap siswa adalah pribadi yang unik. Mereka memiliki sifat, kemampuan, bakat dan ketertarikan yang sama sekali tidak sama. Bahkan pada kasus dimana dua siswa punya ketertarikan pada hal yang sama pun mereka masih punya cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu cara pengajaran dan pembelajaran yang sama bagi semua siswa seperti terjadi pada pendidikan tradisional pada umumnya tidaklah sesuai dengan kondisis dan kenyataan ini. Pendekatan yang samam bagi semua siswa hanya akan memandulkan kemampuan sebagin besar siswa di kelas. Oleh karena itu guru wajib mulai memikirkan tercipta proses pendidikan yang lentur dan flexible di dalam ruang kelasnya.  Pendekatan pendidikan yang fleksibel memungkinkan siswa untuk mengembangkan dirinya masing masing secara bersamaan. Tentu saja semua siswa wajib mencapai hasil yang ditargetkan, namun mereka bisa memilih dengan cara dan ketertarikan masing masing.
4.       Mendorong kreatifitas guru dalam mengajar
Nah untuk menjawab persoalan nomer tiga diatas, guru wajib belajar lagi memeperdalam pengetahuan tentang pendidikan dan psikologi perkembangan, sehingga guru mampu member pendekatan yang tepat untuk tiap tiap siswa yang harus diajar. Dengan pengetahaun itu guru akan makin kreatif dalam menciptakan pendekatan dan metode pengajaran, sehingga terhindar dari cara pengajaran yang monoton yang memebuat siswanya capai suntuk dan ngantuk.
5.       Mengutamakan proses dari pada hasil
Pandangan tradisioanal yang beranggapan kalau siswa bisa mencapai nilai yang bagus, apalagi mamapu menjadi juara kelas adalah siswa yang sukses, haruslah segera dibuang jauh jauh, agar siswa tidak terjebak pada perlombaan mengumpulkan nilai bagus. Pendidikan yangsesungguhnya adalah menciptakan siswa yang berkembang dengan baik dan cepat baik kemampuan intelektualitasnya, emosinya, sifat dan karakternya, kemampuan sosialnya dan kemapuan atau ketrampilan hidupnya. Hanya dengan perkembangan yang seperti itulah siswa akan mampu menghadapi masadepannya dengan cerah ceria. Semua ketrampilan yang dibutuhkan siswa itu hanya bisa dicapai dengan proses yang baik, karena dari proses itulah siswa belajar semua ketrampilan tersebut. Oleh karean itu guru wajib memperhatikan proses belajar dari siswa siswinya, jangan lagi guru hanya terfokus pada upaya mencatat dan mengumpulkan nilai evaluasi siswa siswinya.
6.       System pengajaran yang bervariasi
Mencoba mencampurkan system pengajaran dengan ceramah, pengalaman lapangan, praktek laboratorium, serta pencarian data secara off line dan online serta pelibatan orangtua dalam proses belajar sepertinya haruslah mulai diaplikasikan oleh guru untuk mendapatkan variasi pengajaran yang berbeda beda dan sesuai dengan keperluaan siswa untuk memahami  masing masing topic pembelajaran.
7.       Keterlibatan orang tua dalam proses belajar.
Seperti yang sudah saya singgung diatas bahwa orangtua sudah selayaknya dilibatkan dalam proses belajar mengajar siswa. Kita tidak bisa lagi mengandalkan sekolah untuk mendidik siswa. Siswa belajar bukan saja hanya disekolah tapi juga di keluarga dan masyarakat. Kemampuan guru untuk memantau siswa sangat terbatas oleh jam pelajaran, selebihnya adalah tugas orantua dirumah untuk mendidik sendiri anak anak mereka. Kerja sama orangtua dan guru sangat diperlukan setidaknya agar anatara guru dan orangtu seia sekata dalm semua hal yang diajarkan pada siswa. Jangan sampai disekolah siswa diajari disiplin umpanya, ehh dirumah siswa dibiarkan seenak perutnya bertindak. Disekolah siswa terpaksa mendapatkan konsekwensi dari kesalahan yang mereka perbuat, ehhhhh samapai dirumah malah mereka didukung orangtuanya dan menyalahkan gurunya. Kalau hal ini terus terjadi siswa akan kehilangan orientasi akan nilai nilai yang baik dalam masyarakat. Nantinya siswa Cuma akan berkembang jadi manusia yang mentah dan tidak berguna.
8.       System evaluasi dan penilaian yang tepat.
Untuk mendukung semua proses dan pendekatan pembelajaran yang kita diskusikan di atas, sudah selayaknya sekolah mulai menghilangkan nialai angka. Nilai angka itu hapir tidak ada artinya dan cenderung menyesatkan semua pihak. Penilaian authentic adalah pilihan yang lebih rasional untuk saat saat ini.
9.       Kemampuan merefleksi diri dan menerima masukan
Sekolah dan guru haruslah memeiliki kemampuan mengevaluasi diri. Melihat keberhasilan dan kegagalan di masa lalu untuk direfleksikan dan dijadikan referensi untuk tindakan di masa depan agar kinerja guru dan sekolah akan semakin bagus kedepannya. Oleh karena itu guru dan sekolah harus tidak alergi dengan kritik dan masukan dari luar maupun self-critics dari dalam.  Kemampuan merefleksikan diri, mengevaluasi diri dan menerima kristik juga mencerminkan kedewasaan kita sebagi guru dan atau kedewasaan sekolah sebagi sebuah organisasi.
10.   Pengumpulan best practices.
Dalam menjalankan misi pendidikan, guru pasti pernah mencoba metode, cara , dan pendekatan pengajaran yang beragam. Hal ini dimungkin bagi guru untuk mendapatkan atau menemukan sebuah cara, metode maupun pendekatan yang jitu dalm mendidik siswa siswinya. Kalau semua praktek praktek terbaik ini dikumpulkan dalm sebuah best practices bank, maka sekolah akan mempunyai referensi yang sangat banyak dan berguna untuk mengembangkan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tuntutan jamannya.


Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jumat, 14 Februari 2014

Manajemen Tingkah Laku: Membangun dan Menjaga Suasana Kelas Agar Kegiatan Belajar dan Mengajar Berjalan Positif dan Efektif

Ibarat sepasang kekasih yang akan terikat pada hubngan perjodohan yang langgeng, guru dan siswa sebetulnya sudah memasang standard kwalitas yang diharapkan ada pada masing masing pihak. Kalau sepasang kekasih masing masing pihak bermimpi, berharap,  berdoa, mencari,  dan bahkan sedikit memaksakan agar mendapatkan jodoh dengan criteria tertentu, hal itu juga berlaku pada hubungan siswa dan guru. Siswa jelas punya daftar panjang criteria guru yang baik yang diharapkan akan jadi gurunya yang membimbing dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, dipihak guru juga terjadi pengharapan yang serupa. Guru juga sangat berharap memiliki segudang criteria yang harus dipunya siswanya dengan harapan proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan bisa berbuah sesuai dengan apa yang diimpikan yang tertulis pada tujuan belajar mengajar di RPPnya.

Namun lacur, mimpi tinggal mimpi, harapan akan tetap Cuma harapan, siswa lebih sering mendapat guru yang sama sekali tidak mirip dengan yang mereka harapakan dan gurupun sanagt jarang bertemu murid ideal seperti yang tergambar pada keinginan hatinya. Kondisi ini tentu saja sering menimbulkan kekecewaan di masing masing pihak. Kekecewaan ini sering sekali berbuntut pada rasa depresi di kedua belah pihak. Tekanan batin yang dirasakan oleh kedua belah pihak sering berbuntut pada kondisi malas belajar dan kenakalan serta keisengan siswa, pada guru juga berimbas pada rasa malas mengajar dan marah marah kalau merasa capai. Ujungnya adalah konfrontasi antara siswa dan guru dan sangat tidak sedikit yang berujung pada sedikit  bicara banyak saling tonjok antara siswa dan guru.
 Hal ini nampak jelas tergambar pada curhatan pemilik account facebook bernama senyum di grup KOMUNITAS GURU INDONESIA periode tanggal 13-14 Februari 2014 kemarin. Terkisah siswa bernama “senyum” ini saling tonjok dengan gurunya karena dendam yang sudah tertanam sejak awal masa pertemuan di kelas. Perang terbuka seperti ini tentu tidak etis kalau terjadi dilingkungan pendidikan, namun factual itu terjadi. Tulisan ini tentu bukan saya maksudkan untuk mebahas masalahnya “senyum”, apalagi untuk menghakimi siapa yang salah siapa yang benar. Bukan itu sama sekali.
Dengan tulisan ini saya berharap bisa mengajukan gagasan bagaimana agar kejadian kejadian seperti itu tidak terjadi lagi dengan mengajak siding pembaca untuk membenahi metodologi pengajarannya dengan pengaturan tingkah laku yang lebih baik sebagi bagian dari managemen kelas secara keseluruhannya.
Kalau boleh saya ambil kesimpulan, terjadinya konflik anatar siswa dan guru sebagian besar disebabkan oleh tidak efektifnya proses belajar mengajar disebabkan oleh management kelas yang amburadul sehingga atmosphere positif di ruang kelas yang biasanya ditandai dengan suasana aman dan nyaman tidak nampak sama sekali. Kalau sebuah kelas sudah tidak ada rasa aman dan nyaman baik bagi guru maupun siswanya, apalagi yang masih bisa diharapakan dari kelas tersebut?

Nah untuk menghindari punya kelas yang beraroma neraka tersebut, bapak dan ibu guru sudah selayaknya memperhatikan hal hal berikut ini, agar bapak dan ibu guru mampu membangun situasi kelas yang hangat bersahabat penuh cinta dan memberi gairah pada siswa untuk belajar dan guru untuk mengajar:


  1.           Mulailah tahun ajaran baru dengan persiapan yang matang dengan meyakinkan diri bahwa sebagai guru sudah sangat menguasai semua bahan ajar yang akan disampaikan, jangan pernah terfikir bahwa cukuplah nanti baca buku sebentar sebelum mengajar. Mendahului semalam mempelajari materi sebeleum siswanya belajar tidak menjamin guru bakal menguasai materi dengan tuntas. Hal ini bisa menyebabkan guru Nampak bodoh didepan siswanya. Mereka tidak akan mentoleriri guru yang kelihatan bodoh. Mereka akan mentertawakan dan meremehkan guru. Dan inilah awal tidak nyamannya situasi kelas baik bagi guru maupun siswanya. Selain itu persiapkan juga semua administrasi kelas baik yang berupa kurikulum, silabus, RPP, metode pengajarannya, alat peraga, alat evaluasi dst.
  2.   Pada tahap perkenalan jangan Cuma memerkenalkan orangnya, tapi yang paling penting memeperkenalkan pelajaran yang akan diajarkan semester itu beserta guna dan manfaatnya kalau menguasai materi tersebut.
  3.  ..  Kembangkan seperangkat harapan dalam bentuk aturan tertulis beserta konsekwensinya untuk kelas tersebut. Jangan lupa melibatkan seleuruh komponen kelas untuk menentukan harapan, aturan dan konsekwensi atas pelanggran aturan yang mereka buat bersama. Hal ini sangat penting bagi guru sebagi rujukan untuk membenahi tingkah laku siswanya.
  4.      .Jagalah konsistensi ucapan, tindakan dan hukuman yang diberikan pada siswa yang sesuai dengan aturan yang dibuat bersama (lihat no.3)
  5.          Guru harus memiliki kesabaran ekstra, ingat siswa yang ada memiliki kedewasaan dan kondisi kejiwaan yang berbeda beda, oleh karena itu guru wajib menyadari dan bersabar mengadapi siswa dengan karakter yang berbeda beda tersebut. Kesbaran juga berarti bawa guru wajib memiliki solusi yang beraneka ragam bagi aneka warna kejadian dan masalah yang muncul di kelas.
  6. .      Hubungan yang intens  dengan orangtua siswa sering kali menjadi jalan keluar dari permaslahan yang timbul di kelas
  7.       Guru yang banyak bicara, apalagi membicarakan diri sendiri dan kelurganya akan membuat bosan siswanya dan perlu diingat kebosanan siswa adalah induk dari seleuruh permaslahan yang terjadi di kelas, oleh karena itu gunakan waktu sebaik mungkin jangan dihabiskan untuk bicara sendiri. Ada baiknya guru membagi waktu mengajar menjadi 3 bagian atau lebih. Missal saja guru berbicra atau menerangkan Cuma mengambil sepertiga waktu dan sisanya diisi dengan metode belajar lain yang melibatkan aktifitas siswanya. Pastikan setiap pergantian periode belajar itu berjalan halus dan tidak disadari oleh siswa.
  8. .      Pastikan semua siswa terlibat secara aktif dalam belajar, missal salah satu siswa presentasi ajaklah semua siswa terlibat dalam memberikan evaluasi, sehingga tidak ada siswa yang nganggur. Siswa nganggur adalah sumber masalah dalam kelas.
  9. .      Guru tidak boleh asyik sendiri. Pastikan selalu mengawasi semua siswa seluruhnya mulai dari awal sampai selesainya pelajaran. Jangan pernah membiarkan ada satu siswapun yang tidak terawasi selama pelajaran. Siswa yang lepas dari pengawasan adalah sumber masalah dalam kelas. Oleh karena itu jangan pernah ada guru berbicara terlalu lama dengan salah satu siswanya.
  10. .  .     Guru harus punya juga sense of humor, tapi jangan pernah becanda dengan hal yang berbau porno, tak satupun siswa menghormati guru yang porno. Dan itu akan jadi masalah bagi guru dan kelasnya.
  11. .  .      Jaga kedisiplinan dan jangan pernah mengabsen siswanya sat si siwa sedang mengerjakan sesuatu.
  12. .  .   Bagikan senyum, penghormatan dan pujian pada kebaikan dan prestasi yang ditunjukan siswa pada anda sebagi guru.

Semoga berguna.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...