Sudah tiga tahun ini, penulis bicara tentang
program leaderpreneurship di blog ini. Tentu program ini tidak terlalu jelas
untuk sebagian besar pembaca, namun itu tidak jadi mengapa bagi penulis toh
tujuan penulis memang bukan untuk menjelaskan program ini sejelas jelasnya di
blog ini. Tujuan utama dari blog ini adalah mengajak sidang pembaca untuk mulai
belajar mengerti bahwa di luar sana sudah berkembang begitu pesat pengetahuan
dan tehnologi pengajaran, sehingga kita perlu sedikit demi sedikit meninggalkan
gaya pembelajaran dan pengajaran tradisonal. Apakah kalau sudah meninggalkan
gaya, pendekatan dan methodology pengajaran tradisional harus menerapkan
prograleaderpreneurship? Tentu saja tidak. Kalau kita mau belajar dan mau
sedikit meluangkan waktu untuk melihat ke dunia luar, kita akan temukan begitu
banyaknya pengetahuan tentang pendididkan modern dan kita hanya perlu
memepelajarinya agar kita tidak tertinggal. Perlu diingat ketertinggalan guru
akan berakibat akan tertinggalnya murid muridnya. Artinya kalau sampeyan
sebagai seorang guru tidak terlalu peduli akan perkembangan dunia pendidikan
dan tetap berpegang pada gaya pengajaran tradisional, sampeyan bertanggungjawab
atas ketertinggalan dari ratusan atau bahakn ribuan anak didik sampeyan.
Nah, pembaca yang terhormat, walau blog ini dan
ahkan tulisan ini berjudul “leaderpreneurship”, bukan berarti penulis ingin
memkasakan semua orang paham tentang program ini. Dengan tulisan yang bersifat
acak seperti semua tulisan yang ada di dalam blog ini, tentu tidaklah mudah
memahami program leaderpreneurship tersebut, nmun begitu setiap keeping tulisan
saya, akan selau berisi hala hal yang bisa dipelajari tersendiri, dengan begitu
kalau semua tulisan dibaca dan dimengerti, bisa diharapkan para siding pembaca
akan memiliki persepsi yang benar tentang pendidikan modern atau pendidikan
abad 21.
Sekali ini, penulis akan ajak pembaca
mendiskusikan bagaimana program leaderpreneurship bisa dijalankan disekolah
sekolah bapak dan ibu semua. Untuk bisa menjalankan program leaderpreneurship
diperlukan beberapa hal yang harus disiapkan dan dilakukan sekolah:
1.
Perubahan
paradigma dan pola pikir guru.
Sebetulnya program ini bukanlah
program baru, namun hanyalah pengembangan dari inquiry based-learning, problem
based-learning dan project based learning. Secara terminology ketiga pendekatan
pembelajaran itu sangat gampang dijelaskan, namun tidaklah mudah untuk
dijalankan sebagi sebuah pola pengajaran yang baik untuk semua siswa, kalau
paradigm guru tentang pendidikan dan pola pikirnya tidak dirubah. Ketiga
pendekatan yang menjadi dasar munculnya leaderpreneurship program itu
pelaksanaanya memerlukan pemahaman guru tentang pendidikan yang baik. Pendidikan
yang bukan saja mengajarkan anak didik untuk menghapal tapi pendidikan yang
memebri ruang bagi siswa untuk mengembangkan diri secara utuh, baik dari segi
kognitifnya, sifat dan karakternya serta pengembangan ketrampilan hidup dan
ketrampilan sosialnya. Bahkan dalam leaderpreneurship ditambah dengan
ketrampilan manajerila dan entrepreneurial.
Dalam hal ini merubah mind set dan
paradigm guru dari pemhaman mereka pada pengajaran yang masih sangat
tradisoonal kea rah yang modern tidaklah gampang. Bahkan lebih susah dari pada
memindahkan gunung.
Program yang sudah tersusun rapi
dengan konsep pendekatan dan methodology pengajaran yang sudah ditata rapi,
akan balik lagi ke cara cara tradisonal dimana guru jadi presenter dan siswanya
tidur kembali. Hal ini disebabkan guru yang tidak mau tahu dan tidak mau
berubah. Project yang dicanangkan dalam program leaderpreneurship yang
seharusnya bisa menjadi media bagi siswa untuk mengembangkan diri, engembangkan
intelektualitasnya, mengembangkan kepercayaan diri, kemampuan managerial dan
kemampuan entreprenerialnya, kemampuan sosial dan kemampuan inovasi dan
kreatifitasnya, bisa berubah lagi balik jadi seperti pelajaran seni kriya, atau
ketrampilan masak memasak, hanya karena guru yang tidak memahi bagaimana
membuat proses pendidikan yang benar. Oleh karena itu perubahn paradigm dan
mind set guru adalah hal yang sanagt penting dan nomer satu.
2.
Kemudahan
akses ke ilmu pengetahuan atau system informasi.
Pendidikan dan pengajaran modern
sudah tidak bisa lagi mengandalkan guru sebagai satu satunya sumber belajar,
sumber ilmu. Lalu lalang informasi dan pengetahuan yang begitu massif dan cepat telah terajadi akhir
akhir ini sejalan dengan perkembangan dan makin murahnya tehnologi informasi. dengan
tehnologi informasi yang semakin maju, sangat dimungkin gurupun akan ketinggala
informasi dan bahakan kalah cepat mendapatkan informasi terbaru disbanding siswanya,
oleh karena itu guru sudah tidak bisa mendominasi kelas sebagi orang yang
paling “tahu” lagi. Agar proses pendidikan bisa berjalan lancar tanpa
ketersendatan, adalah suatu hal yang bersifat wajib bagi sekolah untuk
menyedikan akses seluas luasnya bagi siswa dan guru gurunya untuk bisa
mengakses ilmu pengetahuan dan informasi lain secepat cepatnya dan sebanyak
banyaknya dengan system informasi yang baik, selain sekolah harus menyediakan
perpustakaan yang baik dengan koleksi buku yang lengkap.
3.
Memastiakn
terciptanya jalur pendidikan yang lentur.
Terkait dengan masifnya arus
informasi yang kita diskusikan diatas, kita juga harus menyadari bahwa setiap
siswa adalah pribadi yang unik. Mereka memiliki sifat, kemampuan, bakat dan
ketertarikan yang sama sekali tidak sama. Bahkan pada kasus dimana dua siswa
punya ketertarikan pada hal yang sama pun mereka masih punya cara belajar yang
berbeda. Oleh karena itu cara pengajaran dan pembelajaran yang sama bagi semua
siswa seperti terjadi pada pendidikan tradisional pada umumnya tidaklah sesuai
dengan kondisis dan kenyataan ini. Pendekatan yang samam bagi semua siswa hanya
akan memandulkan kemampuan sebagin besar siswa di kelas. Oleh karena itu guru
wajib mulai memikirkan tercipta proses pendidikan yang lentur dan flexible di
dalam ruang kelasnya. Pendekatan pendidikan
yang fleksibel memungkinkan siswa untuk mengembangkan dirinya masing masing
secara bersamaan. Tentu saja semua siswa wajib mencapai hasil yang ditargetkan,
namun mereka bisa memilih dengan cara dan ketertarikan masing masing.
4.
Mendorong
kreatifitas guru dalam mengajar
Nah untuk menjawab persoalan nomer
tiga diatas, guru wajib belajar lagi memeperdalam pengetahuan tentang
pendidikan dan psikologi perkembangan, sehingga guru mampu member pendekatan
yang tepat untuk tiap tiap siswa yang harus diajar. Dengan pengetahaun itu guru
akan makin kreatif dalam menciptakan pendekatan dan metode pengajaran, sehingga
terhindar dari cara pengajaran yang monoton yang memebuat siswanya capai suntuk
dan ngantuk.
5.
Mengutamakan
proses dari pada hasil
Pandangan tradisioanal yang
beranggapan kalau siswa bisa mencapai nilai yang bagus, apalagi mamapu menjadi
juara kelas adalah siswa yang sukses, haruslah segera dibuang jauh jauh, agar
siswa tidak terjebak pada perlombaan mengumpulkan nilai bagus. Pendidikan yangsesungguhnya
adalah menciptakan siswa yang berkembang dengan baik dan cepat baik kemampuan
intelektualitasnya, emosinya, sifat dan karakternya, kemampuan sosialnya dan
kemapuan atau ketrampilan hidupnya. Hanya dengan perkembangan yang seperti
itulah siswa akan mampu menghadapi masadepannya dengan cerah ceria. Semua ketrampilan
yang dibutuhkan siswa itu hanya bisa dicapai dengan proses yang baik, karena
dari proses itulah siswa belajar semua ketrampilan tersebut. Oleh karean itu
guru wajib memperhatikan proses belajar dari siswa siswinya, jangan lagi guru
hanya terfokus pada upaya mencatat dan mengumpulkan nilai evaluasi siswa
siswinya.
6.
System
pengajaran yang bervariasi
Mencoba mencampurkan system pengajaran
dengan ceramah, pengalaman lapangan, praktek laboratorium, serta pencarian data
secara off line dan online serta pelibatan orangtua dalam proses belajar sepertinya
haruslah mulai diaplikasikan oleh guru untuk mendapatkan variasi pengajaran
yang berbeda beda dan sesuai dengan keperluaan siswa untuk memahami masing masing topic pembelajaran.
7.
Keterlibatan
orang tua dalam proses belajar.
Seperti yang sudah saya singgung
diatas bahwa orangtua sudah selayaknya dilibatkan dalam proses belajar mengajar
siswa. Kita tidak bisa lagi mengandalkan sekolah untuk mendidik siswa. Siswa belajar
bukan saja hanya disekolah tapi juga di keluarga dan masyarakat. Kemampuan guru
untuk memantau siswa sangat terbatas oleh jam pelajaran, selebihnya adalah
tugas orantua dirumah untuk mendidik sendiri anak anak mereka. Kerja sama
orangtua dan guru sangat diperlukan setidaknya agar anatara guru dan orangtu
seia sekata dalm semua hal yang diajarkan pada siswa. Jangan sampai disekolah
siswa diajari disiplin umpanya, ehh dirumah siswa dibiarkan seenak perutnya
bertindak. Disekolah siswa terpaksa mendapatkan konsekwensi dari kesalahan yang
mereka perbuat, ehhhhh samapai dirumah malah mereka didukung orangtuanya dan
menyalahkan gurunya. Kalau hal ini terus terjadi siswa akan kehilangan
orientasi akan nilai nilai yang baik dalam masyarakat. Nantinya siswa Cuma akan
berkembang jadi manusia yang mentah dan tidak berguna.
8.
System
evaluasi dan penilaian yang tepat.
Untuk mendukung semua proses dan
pendekatan pembelajaran yang kita diskusikan di atas, sudah selayaknya sekolah
mulai menghilangkan nialai angka. Nilai angka itu hapir tidak ada artinya dan
cenderung menyesatkan semua pihak. Penilaian authentic adalah pilihan yang
lebih rasional untuk saat saat ini.
9.
Kemampuan
merefleksi diri dan menerima masukan
Sekolah dan guru haruslah memeiliki
kemampuan mengevaluasi diri. Melihat keberhasilan dan kegagalan di masa lalu
untuk direfleksikan dan dijadikan referensi untuk tindakan di masa depan agar
kinerja guru dan sekolah akan semakin bagus kedepannya. Oleh karena itu guru
dan sekolah harus tidak alergi dengan kritik dan masukan dari luar maupun
self-critics dari dalam. Kemampuan merefleksikan
diri, mengevaluasi diri dan menerima kristik juga mencerminkan kedewasaan kita
sebagi guru dan atau kedewasaan sekolah sebagi sebuah organisasi.
10.
Pengumpulan
best practices.
Dalam menjalankan misi pendidikan,
guru pasti pernah mencoba metode, cara , dan pendekatan pengajaran yang
beragam. Hal ini dimungkin bagi guru untuk mendapatkan atau menemukan sebuah
cara, metode maupun pendekatan yang jitu dalm mendidik siswa siswinya. Kalau semua
praktek praktek terbaik ini dikumpulkan dalm sebuah best practices bank, maka
sekolah akan mempunyai referensi yang sangat banyak dan berguna untuk
mengembangkan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
tuntutan jamannya.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?