Siswa yang terlantarkan, kurang
perhatian dan kurang kasih sayang di rumah, kebetulan disekolah juga tidak
berprestasi biasanya sangat jarang mendapatkan perhatian dari orang lain. Siswa
yang bernasib seperti ini biasanya sangat merindukan datangnya perhatian dari
orang lain. Kadang-kadang, saking kepinginnya dapat perhatian, mereka
menghalalkan perhatian negatif kalau mereka merasa tidak mungkin mendapat perhatian positif. Terkenal
jadi siswa badung, tukang bikin ricuh, tukang berkelahi, siswa bermasalah, suka
bolos apa pun orang lain akan kasih sebutan ke mereka, mereka tidak peduli,
yang penting bagi mereka adalah perhatian dari orang lain dan eksistensinya
diakui orang lain dan gurunya, Oleh karena itu guru yang menginginkan
ketenangan di dalam ruang kelasnya, jangan melupakan memberi perhatian kepada
seluruh siswa yang ada di ruang kelas, dengan sesekali menyebutnya namanya,
atau memberikan pujian yang terbuka bila siswa berhasil melakukan sesuatu yang
sangat sepele sekalipun. Pujian terbuka di depan kawan kawannya sangat penting
agar siswa merasa diperhatikan dan eksistensinya diakui gurunya.
Ada sebuah kasus yang pernah
terjadi, seorang guru wanita mampu menaklukkan siswa yang paling badung dan
paling berani melawan pada gurunya. Pada awalnya guru wanita ini kesulitan mau
memberi pujian pada siswanya itu, karena siswanya itu sangat badung dan tak
punya prestasi. Guru wanita ini tak punya kesempatan sama sekali untuk memberi
perhatian siswa ini dengan memberi pujian, karena siswanya memang jauh dari
sifat terpuji. Guru ini tak kehilangan akal, Tidak ada kesempatan memuji, tidak
mengurungkan niatnya memberi perhatian siswanya yang badung dan tidak disiplin
itu. Setiap masuk ruang kelas guru itu belum akan bicara apa pun sebelum
memberi perhatian siswa istimewanya itu dengan bertanya. “Selamat pagi, Tommy duduk di sebelah mana ya?” Setelah ditunjukkan
oleh siswa siswanya yang lain di mana siswa istimewa itu berada, guru itu
langsung mengarahkan pandangan ke siswa itu sambil berujar. “Mas Tommy, ibu mau
mulai mengajar ya, tolong kamu jangan
ganggu ibu selama ibu mengajar ya, OK?” Kalimat yang diucapkan guru itu
sederhana, tapi itu sudah menunjukkan
perhatian dia sebagai guru dan pengakuan bahwa siswa itu memang siswa yang
badung. Terbukti apa yang dilakukan ibu guru ini sukses, siswa sudah
mendapatkan apa yang dicari, perhatian dan pujian, guru pun sukses mengajar
dengan baik di ruang kelas tersebut.
Lebih jauh, guru itu sebetulnya
sudah pula mampu menunjukkan perilaku yang lebih baik dan bisa diterima
lingkungan pada siswa itu tanpa harus mengatakan secara langsung apa adanya.
Itu artinya guru mampu mengoreksi tingkah laku siswanya, tanpa harus membuat
siswanya tersinggung atau malu karena sudah besar tapi masih harus dinasihati
di depan teman temanya. Strategi strategi macam inilah yang perlu digali guru
untuk menenangkan siswa dan membuat kondusif ruang kelasnya untuk melanjutkan
belajar.