Jadi guru itu tidak mudah. Pekerjaan
seorang guru tidaklah sama dengan pekerjaan pada umumnya yang hanya berurusan
dengan benda benda mati semacam buku, alat tulis, laptop, printer, kertas
kertas, mesin, perkakas dan material lainnya; yang semua hanya memerlukan
penjagaan secara fisik saja. Guru adalah sebuah profesi unik yang bukan hanya
berurusan benda mati, tapi berurusan dengan manusia. Mungin banyak profesi yang
berurusan dengan manusia selain profesi seorang guru, namun tak ada yang mampu
mengalahkan penting dan uniknya menjadi seorang guru, karena guru itu berurusan
dengan masa depan manusia yang dihadapinya. Mengingat yang dikelola seorang
guru adalah masa depan siswa siswanya, maka mereka patut memperhatikan baik proses pertumbuhan maupun pengembangan
diri siswa siswanya. Itu artinya tugas guru itu berganda. Di satu sisi guru
harus memperhatikan pertumbuhan siswanya secara fisik. Untuk pertumbuhan secara
fisik ini, seorang guru harus memperhatikan
dan menjaga keamanan siswanya secara fisik, agar pertumbuhan badan siswa tidak
terhambat. Dilain pihak, guru juga bertanggung jawab bahwa secara psikis siswa
harus terjamin perkembangan mental spiritual dan karakternya agar kelak bisa
menjadi pribadi utuh yang berkembang sempurna menjadi manusia dewasa yang
paripurna. Dalam hal ini guru wajib memberikan rasa nyaman pada siswanya,
karena perkembangan psikis siswa hanya bisa terjadi dalam kenyamanan.
Kegagalan guru dalam mendidik siswa
siswanya bisa berakibat fatal bagi kehidupan dan masa depan peserta didik
tersebut. Hal inilah yang membuat tanggung jawab seorang guru terasa sangat
besar. Amanah yang guru emban sangatlah mulia tapi sangat berat. Kondisi ini
yang sering membuat guru meriang dan tak percaya diri di awal semester. Bayang
bayang kegagalan mengendalikan kelas dan mendisiplinkan siswa berkecamuk dalam
pikirannya, sewaktu pertama sekali seorang guru melangkahkan kaki menuju ke
ruang kelasnya di awal semester. Deg deg ser, jantung berdegup kencang, dada
terasa terkesiap, harap harap cemas, ada pertanyaan besar mampu tidak nanti
mengajar dengan baik dan mengendalikan kelas.
Kalau tatkala masuk kelas pertama
sekali ternyata guru mendapati kelasnya teratur dan siswanya cukup tertib, maka
guru akan segera percaya diri dalam pengendalian kelas, dan proses belajar
mengajar bisa mendapatkan performanya dengan cepat. Sebaliknya, kalau yang
terjadi siswanya gaduh tak disiplin,
susah diatur, guru bisa merasa cemas dan hilang kendali diri, bayangan kepala
sekolah yang tak suka dengan kinerjanya dan protes orang tua atas performanya
bisa memberatkan pikirannya. Dalam kondisi seperti ini, apa pun yang dilakukan
guru bisa salah dan tidak pas. Siswa yang tidak disiplin dan tidak on-task
kalau dibiarkan kelas akan semakin kacau dan proses belajar mengajar akan
sangat terganggu atau bahkan tidak terjadi. Sekali guru gagal menertibkan dan
mendisiplinkan kelas, guru itu akan hampir mustahil bisa melanjutkan mengajar
di kelas itu. Guru mau marah dan membentak siswa agar tertib pun tidak akan
efektif. Selain tak semua siswa takut dibentak, bentakan dari seorang guru hanya
akan menambah ketegangan pada suasana kelas. Suasana tegang yang disebabkan
amarah dan bentakan guru, bukan saja memancing keributan dengan siswa jagoan yang
merasa tertantang, tetapi sebetulnya juga merusak suasana hati dan gairah
belajar siswa yang tertib, disiplin dan yang sebetulnya punya keinginan kuat
untuk belajar. Jadi guru menggunakan jurus marah dan membentak sangat tidak
dianjurkan dalam manajemen ruang kelas.
Itulah kenapa guru memerlukan
perencanaan sebelum mulai mengajar, baik perencanaan dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar yang berupa rencana pengajaran, juga perencanaan manajemen
ruang kelas yang baik. Guru harus menyiapkan aturan kelas, prosedur, dan
rencana pendisiplinan kelas untuk bisa mendapatkan manajemen ruang kelas, pengendalian
serta disiplin kelas yang baik. Seorang guru harus mampu mengendalikan diri dan
emosinya, agar tidak merasa tertekan di dalam menjalankan tugasnya sebagai
pengajar. Guru yang secara mental tertekan akan memberi pengaruh yang kurang
baik pada kesehatan dan kondisi emosional dia sendiri secara umum, pada guru
guru lain di sekolah dan berdampak besar pada kondisi psikis siswa dikelasnya
(wood and Mccarty, 2002), dan bahkan pernah ada kasus yang menunjukkan ketertekanan
mental seorang guru bisa mempengaruhi suasana sekolah pada umumnya.
Oleh karena itu penting untuk
menjadi guru yang efektif yang tahu apa yang harus dilakukan pada siswanya
untuk bisa mengendalikan kelas dengan sempurna dan menanamkan disiplin kelas
dengan baik. Sekali lagi, guru yang baik haruslah guru yang mampu mengendalikan
suasana kelas dan kedisiplinan siswanya dengan metode dan perencanaan yang
matang dan bukan dengan emosi yang tak terkendali. Guru yang efektif mengatur
ruang kelasnya dengan peraturan, prosedur dan memupuk rutinitas yang baik. Guru
yang tidak efektif mencoba mendisiplinkan siswanya dengan marah, ancaman dan
hukuman (wong and wong, 1998)