Sabtu, 18 Februari 2023

PEMBUATAN PERATURAN KELAS DAN PEMBERIAN CONTOH YANG BAIK PENTING UNTUK MENDAPATKAN SISWA YANG PATUH DAN DISIPLIN.



Dari perspektif budaya Jawa yang senang dengan “kerata basa atau jarwa dosok” (mencoba mencari arti kata dengan menjadikan singkatan dari kata kata lain), maka diperoleh fakta bahwa guru itu bermakna “yang di guGU dan ditiRU”. Jadi guru itu haruslah seorang agent yang bisa dituruti semua petuah dan perintahnya, digugu. Pun pula guru harus bisa dijadikan tokoh panutan dalam hal sikap, tingkah laku dan tutur katanya, atau ditiru.

Seorang guru bisa digugu atau dipatuhi oleh siswanya kalau guru bisa menunjukkan sikap, kemauan serta perintah dan perkataannya jelas. Selain semuanya harus jelas guru pun harus konsisten dengan semua sikap, kemauan, perintah dan perkataannya itu. Tidak konsistennya sikap, kemauan, perintah dan perkataan guru tidak akan membuat guru menjadi sosok yang bisa digugu, yang bisa dipatuhi dan yang bisa dipegang perkataannya. Ketidakkonsistenan guru hanya akan membuat siswa bingung dengan apa maunya guru, dan siswa pada akhirnya akan bersikap bodo amat terhadap apa pun yang diperintahkan dan diucapkan guru, karena perintah dan ucapan guru bagi siswa tidak bisa dipercaya. Bagaimana guru bisa dipercaya sikapnya kalau kemarin ada yang tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya dihukum dengan berdiri di depan kelas, tapi hari ini ada yang tak bisa mengumpulkan pekerjaan rumahnya cuma disuruh mengumpulkan besok pagi? Bagaimana seorang guru bisa dipercaya petuah dan perintahnya kalau dia membeberkan pentingnya tepat waktu dan tidak terlambat, tapi dia sendiri datang terlambat masuk kelas? Jelas dan konsisten adalah kunci bagi seorang guru untuk mendapatkan rasa hormat, dan kepercayaan siswa, yang pada akhirnya akan mendatangkan kepatuhan siswa.

Inilah kenapa perlunya seorang guru mempersiapkan peraturan kelas yang jelas, singkat, padat namun mencakup semua persoalan yang mungkin muncul di ruang kelas. Jangan lupa juga tetapkan konsekuensi yang mengikuti kalau peraturan itu dilanggar. Lebih dari itu peraturan itu harus dijalankan dengan konsisten agar siswa mendapatkan kejelasan akan sikap dan kemauan guru, sehingga mudah bagi siswa untuk konsisten juga mematuhi perintah, anjuran dan nasihat guru.

Tak kalah pentingnya, guru harus memberi contoh yang baik pada siswanya. Siswa berperilaku buruk belum tentu karena mereka siswa yang buruk, akan tetapi bisa saja perilaku  yang buruk itu terjadi karena siswa tidak tahu bagaimana berbuat dan berperilaku yang baik. Contoh dari guru adalah jembatan bagi siswa untuk meninggalkan perilaku yang buruk ke perilaku yang baik. Siswa sering belum memahami bagaimana memperlakukan kawannya, gurunya dan orang yang lainnya, guru wajib memberi contoh dan mengarahkan siswa apa yang harus dilakukan dan sikap apa yang harus ditunjukkan pada mereka. Guru juga wajib mengarahkan siswa dan memberikan contoh bagaimana menghindari konflik dengan orang lain atau menyelesaikan konflik kalau konflik sudah terjadi. Untuk bisa menjadi role-model dan memberi contoh yang baik, guru wajib juga memperlakukan siswa siswanya dengan baik dan penuh hormat. Dengan perlakuan yang baik dan penuh hormat pada siswanya, bukan saja siswanya bisa mendapatkan contoh perilaku yang baik, tapi siswa juga bisa langsung merasakan dan mengalami bagaimana diperlakukan dengan baik itu, sehingga mereka bisa mengerti kenapa kita perlu berbuat baik, berperilaku sesuai aturan.

Perlu diingat siswa yang ada di dalam kelas tak mendapatkan pengalaman hidup yang sama dalam keluarganya. Ada yang pengalamannya menyenangkan, ada yang datar saja, ada yang pengalaman hidupnya dalam keluarga menyedihkan dan buruk. Perlakuan yang tidak tepat pada mereka, akan berakibat sangat fatal, siswa yang hidupnya sudah penuh tantangan, kalau tambah tertantang oleh perlakuan guru, maka amarahnya akan meledak dan akan jadi masalah di dalam ruang kelas.

 

Jumat, 17 Februari 2023

Perhatian Dan Pujian Merupakan Langkah Awal Mengurangi Perilaku buruk Dan Ketidakdisiplinan Siswa.

 


Sebelumnya kita sudah berbicara tentang siswa yang punya kepribadian yang tidak seimbang dan pada akhirnya menyebabkan kegaduhan dalam ruang kelas baik karena si siswa secara agresif mengganggu siswa lain, ataupun menjadi kurban bullying karena siswa yang bersangkutan menarik diri dari pergaulan dan merasa rendah diri. Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di https://satyawiyatama.blogspot.com/2023/02/siswa-mana-yang-bermasalah-dan.html . Dalam artikel itu, penulis dengan jelas menyampaikan bahwa guru harus menghentikan segala jenis kericuhan di dalam ruang kelas karena kericuhan dalam ruang kelas akan merusak disiplin dan suasana belajar semua siswa. Sedangkan guru sudah tentu tidak akan bisa menjalakan tugasnya untuk mendidik dan mengajar siswa kalau suasana di ruang kelas selalu ribut.

Sungguhpun demikian penulis peringatkan bedakan antara kenakalan dan ketidak-disiplinan itu dengan pelaku atau siswanya. Tugas guru adalah melawan tingkah laku yang tidak benar, kenakalan dan ketidak-disiplinan siswa itu, bukan melawan siswa dan merusak suasana belajar dan kejiwaannya. Terus bagaimana caranya?

Huber (2000) mengatakan “Children quickly learn that displeasing is also a way to get attention, and it often works quicker and more reliably than pleasing does”. Siswa siswa yang punya kepribadian tidak seimbang itu tetaplah siswa, manusia juga. Sebagai manusia, apalagi sebagai anak remaja yang lagi bertumbuh dan berkembang, perhatian dari orang lain itu sangat penting. Seperti layaknya orang lain mereka juga butuh perhatian. Seperti biasanya siswa siswa yang punya kepribadian kurang seimbang, selain suka bikin ribut dan bertingkah laku tidak disiplin, mereka juga biasanya gagal dalam belajarnya, karena tenaga dan pikirannya tidak difokuskan untuk belajar tapi untuk menyesali dan membenci dirinya sendiri. Ketidak-berhasilan dalam belajar bisa menambah makin dalam persoalan hidup siswa tersebut, karena siswa ini juga akan sulit mendapatkan perhatian dari orang lain. Hanya siswa pintar dan berhasillah yang akan memenangkan perhatian banyak orang. Kondisi seperti inilah yang membuat teori Huber di atas menemukan momentumnya. Siswa pengganggu lama lama akan menyadari bahwa berbuat buruk dan tidak menyenangkan juga mendatangkan perhatian dari orang orang sekitar, bahkan perhatian yang didapat bisa lebih spontan dan lebih cepat ketimbang perhatian yang didapat siswa yang berbuat baik, disiplin, pintar dan juara sekalipun.

Dengan demikian “perhatian” adalah kunci pendisiplinan siswa pengganggu dan nakal. Perhatian yang tulus dari guru, ketertarikan guru pada siswanya sebagai manusia dan kemauan guru untuk mendengarkan mereka akan mendamaikan kegundahan hati mereka. Apalagi kalau selain perhatian, guru juga sering memberikan pujian pada mereka, penulis jamin tabiat buruk siswa, kenakalan dan ketidak-disiplinan siswa bisa dikurangi sedikit demi sedikit dan mendorong mereka untuk berperilaku yang baik dan menjadikan siswa yang baik baik saja semua. Jelas ya bapa ibu guru, melawan kenakalan dan ketidak-disiplinan siswa itu, senjatanya cuma dua; perhatian dan pujian. Perhatian dan pujian juga efektif untuk mempercepat perkembangan penghargaan pada diri sendiri, kejiwaan dan kepribadian siswa biar mereka segera menjadi pribadi pribadi yang seimbang.

 

Senin, 13 Februari 2023

Tiga Syarat Utama Agar Guru Mampu Proaktif Dalam Pelaksanaan Manajemen Ruang Kelas yang Efektif.

 



Dengan merujuk ke Wikipedia kita bisa mengerti bahwa yang dimaksud dengan manajemen ruang kelas adalah merupakan kegiatan-kegiatan yang diupayakan oleh seorang guru untuk menciptakan situasi kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal. Sedangkan bagi penulis sendiri ketika mendengar istilah manajemen ruang kelas yang terbayang adalah upaya untuk mengatur seluruh elemen ruang kelas sedemikian rupa sehingga bisa membantu menggapai tujuan pendidikan yang dijalankan di dalamnya secara menyeluruh dan maksimal. Nah elemen elemen ruang kelas terpenting yang harus diatur oleh seorang guru sebagai manajer kelas adalah space dari ruang kelas itu sendiri, semua perlengkapan dan fasilitas yang ada, waktu, siswa dan guru itu sendiri.

Semua elemen itu perlu diatur bukan cuma tata letaknya akan tetapi juga bagaimana penggunaannya. Ini kalau kita bicara tentang ruang kelas dan fasilitas pendukungnya. Beda lagi kalau bicara tentang waktu. Dalam penggunaan waktu, guru harus mengusahakan agar waktu yang diberikan tergunakan secara efektif efisien dengan kebocoran waktu yang minimal. Jangan sampai waktu belajar yang memang hanya sedikit terbuang percuma dengan kuterlambat guru datang ke ruang kelas, guru sibuk dengan perlengkapan dan dirinya sendiri dengan duduk berlama lama di kursi guru tanpa menghiraukan siswanya, atau waktu terpakai percuma untuk membicarakan hal hal yang tidak penting lainnya. Sedangkan terkait dengan sumber daya manusia yang ada di dalam ruang kelas, guru dan siswa, haruslah ada kejelasan aturan main dalam berinteraksi dan bertingkah laku. Oleh karena itu manajemen tingkah laku (behavior management) adalah bagian dari manajemen ruang kelas (classroom management). Semua pengaturan ini dimaksudkan agar tujuan dari kegiatan belajar mengajar yang diharapkan dan ditargetkan oleh guru benar benar bisa terwujud dan siswa bisa belajar dan berkembang secara maksimal baik dari segi kognitif, psikomotorik, maupun afektifnya.

Sebegitu pentingnya pengaturan ruang kelas ini, guru sama sekali tidak boleh abai, bahkan harus jadi prioritas perhatian selama jam mengajarnya. Kegagalan manajemen ruang kelas ini adalah hancurnya tujuan belajar mengajar itu sendiri. Oleh karena itu manajemen ruang kelas tak bisa dilakukan sambil lalu, tapi harus direncanakan secara matang sebelum guru memulai semesternya. Pengajaran pengajaran tradisonal selalu tidak memperhatikan manajemen kelas ini, mereka bertindak kalau ada kejadian. Kebiasaan bertindak mendadak saat ada perkara seperti ini jarang bisa menyelesaikan permasalahannya dengan baik dan tuntas. Yang sering terjadi malah akan jadi permasalahn yang sangat lama bahkan melebihi waktu satu semeter yang seorang guru punya. Buktinya siswa yang badung banyak yang sembuh karena mereka lulus sekolah. Selama disekolah mereka tetap tak bisa diatur.  Andaikan guru berhasil meredam permasalahan yang timbul, guru itu akan memerlukan waktu yang lama yang membuang sia sia waktu belajar siswa. Siswa jadi tidak belajar gara gara persolan yang muncul di dalam kelas.

Itulah sebabnya guru perlu perencanaan untuk manajemen ruang kelasnya,guru harus tahu apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan di dalam kelas, guru harus paham arti penting peraturan kelas dan bagaimana membuatnya, guru harus paham sekali bahasa seperti apa yang harus dipakai di dalam kelas, guru harus tahu bagaimana pengaturan ruangan dan penempatan fasilitas belajar, serta bagaimana penggunaannya. Persiapan pesiapan seperti ini harus dikuasai dan dipunyai seorang guru sseblum guru melangkah masuk kedalam kelas. Kenapa guru harus memepersipakan semua sebelumnya? Ya karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Persiapan manajemen ruang kelas itu bisa mencegah timbulnya permasalahan di dalam kelas. Guru harus proaktif, dan jangan menunggu kejadian baru bertindak.

Agar guru bisa proaktif dalam manajemen ruang kelas. Gettinger memberikan arahan pada kita, semua guru. Menurutnya agar guru bisa proaktif dalam mempersiapkan manajemen ruang kelasnya, guru harus memperhatikan tiga hal:

1. Upayakan untuk memperkirakan permasalahan apa yang bisa timbul di ruang kelas tempat dia mengajar, serta kericuhan seperti apa yang bisa dibuat oleh siswa yang akan belajar. Setelah permasalahan yang dikawatirkan bisa terjadi itu terinventarisir, guru wajib membuat langkah langkah pencegahannya. Ini penting, agar yang dikawatirkan itu tidak benar terjadi, dan  malapetaka ditimbulkan bisa dihindari. Semua ini adalah bentuk dari proaktifnya seorang guru dalam perencanaan pencegahan masalah di ruang kelas.

2. Guru wajib mempertimbangkan dan merencanakan semua proses pembelajaran. Guru wajib merencanakan bagaimana pelajaran akan disampaikan, metode dan pendekatan seperti apa yang akan dipakai. Guru juga harus paham bagaimana memfasilitasi siswa yang selalu on-task, juga bagaimana memfasilitas siswa yang off-task, atau siswa yang tak pernah sungguh sungguh mau belajar dan malah mengganggu temannya yang belajar. Selain itu yang lebih penting lagi, seorang guru wajib memfasilitasi pencapaian semua siswanya, karena ini adalah tugas terpenting dari seorang guru yang harus diembannya.  Tentu saja hal ini juga perlu pemikiran dan perencanaan yang matang oleh seorang guru. Secara tradisional guru biasanya memisahkan kegiatan belajar instruksional dengan manajemen tingkah laku siswanya. Mereka datang ke kelas tahunya hanya mengajar, guru tak peduli dengan sikap dan tingkah siswanya, kalau timbul masalah barulah dipikirkan bagaimana menyelesaikannya. Guru yang proaktif tentu tidak akan melakukan seperti itu lagi. Antisipasi dan perencanaan seperti diuraikan di atas, akan diprioritaskan sebelum dia ketemu siswanya di ruang kelas.

3. Akhirnya, manajemen kelas proaktif harus berpikir, mengatur dan fokus pada kondisi seluruh kelas, bukan hanya memfokuskan perhatian pada satu atau dua siswa saja di dalam kelas. Perhatian seorang guru haruslah untuk kesejahteraan seluruh kelas, kedamaian seluruh kelas, ketenangan dan kenyamanan seluruh kelas, bukan pada siswa secara individual. Harus diingat seorang guru dikirim ke sebuah ruang kelas itu untuk semua siswa bukan untuk satu atau dua siswa saja, Tidak peduli bahwa siswa itu pintar sekali atau badung sekali, perhatian guru harus menyeluruh bukan individual. Oleh karena itu pendekatan seorang guru juga harus pendekatan kelompok, bukan pendekatan individual. Peraturan yang dibuat untuk semua orang, bukan cuma untuk satu dua orang siswa  saja. Itu artinya rewards dan punishments untuk semua siswa harus sama, adil, dan merata. Tidak boleh guru mempunyai anak emas di dalam kelas. Tidak boleh ada siswa yang selalu mendapat fasilitas baik dari gurunya dan kesalahannya selalu dimaafkan. Sebaliknya tidak boleh juga ada anak tiri di dalam kelas, yang selalu dapat salah dan hukuman seperti siswa yang tak pernah berlaku benar. Begitu sedikit ilustrasinya.

Dengan tiga langkah ini diharapkan guru mampu membangun lingkungan belajar yang aman dan nyaman serta kondusif untuk belajar, bertumbuh dan berkembang siswa. Pendek kata, semua hal yang harus dilakukan guru di dalam ruang kelas wajib bertujuan untuk mendorong keterlibatan dan kerja sama siswa dalam kegiatan kelas dan untuk membangun lingkungan kerja yang produktif".

Sabtu, 11 Februari 2023

MANAJEMEN RUANG KELAS, PENGUASAAN KELAS, DISIPLIN , MANFAAT DAN CARA MENDAPATKANNYA

 


Tak bisa disangkal lagi,  pembentukan dan pengembangan masa depan mayoritas dari anak anak kita itu berada terjadi di dalam ruang kelas. Di ruang kelas sekolah itulah anak anak kita menganyam helai helai masa depannya dengan belajar berbagai macam ketrampilan hidup, mulai dari belajar ilmu pengetahuan, belajar cara hidup bersama, belajar percaya diri, belajar mengendalikan emosi, belajar bertoleransi dengan berbagai macam keadaan dan manusia, belajar manajemen waktu, belajar mengatur orang lain, belajar adab, tingkah laku dan tata krama, belajar kepemimpinan dan vokasi , bahkan belajar membuat keputusan bisnis pun bisa terjadi di ruang kelas.  Dengan begitu jelaslah bagi kita kalau peran ruang kelas bagi anak anak kita itu sangatlah sentral dan penting. Fakta ini sudah selayaknya menyeret perhatian kita, baik sebagai orangtua, guru, kepala sekolah maupun pihak terkait lain untuk selalu memperhatikan dan menjaga kondisi kelas tetap dalam kondisi yang baik untuk tempat belajar mengajar. Menjadikan ruang kelas selalu dalam kondisi aman dan nyaman bagi siswa untuk mengembangkan intelektualitas dan dirinya adalah hal yang harus menjadi prioritas dan tak boleh dilupakan oleh para guru yang mengajar di ruang ruang kelas sekolah sekolah kita.

Penyakit utama yang merusak kondisi ideal sebuah ruang kelas untuk belajar adalah ketidakdisiplinan, baik ketidakdisiplinan yang dilakukan oleh siswa maupun yang dilakukan oleh gurunya sendiri. Guru yang baik pasti akan mengusahakan kedisiplinan terjadi terlebih dahulu di ruang kelas, sebelum memastikan siswa siswanya memulai belajarnya. Bukan saja kedisiplinan akan memastikankelancaran dan keberhasian proses pendidikan, juga kedisiplinan itu sendiri adalah pelajaran yang pertama  tama harus dipahami oleh siswa sebelum siswa belajar dan mengembangkan ketrampilan ataupun pengetahuan lain di ruang kelasnya. Di sinilah letak arti pentingnya sekolah untuk selalu mengevaluasi pelaksanaan disiplin dan manajemen ruang kelas yang dilakukan oleh para guru di ruang kelas masing masing, karena proses dinamis pembelajaran yang berada di dalam ruang ruang kelas itulah yang nantinya akan menjadi penentu keberhasilan belajar dan kejayaan masa depan siswa siswanya.

Ruang kelas dengan tingkat disiplin yang tinggi dan manajemen ruang kelas yang baik akan memastikan semua siswa dalam kondisi on-task selama di dalam kelas. Kondisi siswa yang selalu on-task menunjukkan kesiapan siswa untuk menyerap pelajaran dan sekaligus gambaran profesionalisme guru pengajarnya. Paduan siswa yang siap belajar dan guru yang profesional dalam tugasnya pada akhirnya akan menjamin lancar dan suksesnya proses belajar mengajar.

Untuk mencapai kondisi ideal ini seorang guru dituntut untuk  memastikan adanya lingkungan ruang kelas yang tertata dengan baik, disiplin yang tinggi dengan menerapkan manajemen tingkah laku dengan benar, dan manajemen ruang kelas yang handal.  Hanya dengan memastikan ketiga hal itu seorang guru bisa menguasai kelas dengan sempurna sehingga siswa siswinya benar benar bisa mengalami proses belajar mengajar yang efektif dalam kedisiplinan. Selain itu hal baik yang bisa didapat dari upaya pendisiplinan siswa dengan manajemen yang baik adalah hubungan antara guru dan siswa yang akan terjaga baik, serta dimungkinkanya terjalin kerja sama yang baik antar siswa dalam proses peningkatan kualitas dan kecakapan mereka masing masing.

Siswa Mana Yang Bermasalah Dan Bagaimana Sebaiknya Sikap Guru Dalam Menanganinya?

 



Siapa sih yang tak menginginkan punya siswa yang cerdas, disiplin, berkepribadian seimbang, selalu menghormati guru dan orang lain, tak suka bikin onar, selalu on-task, dan bertanggungjawab? Tapi sayangnya harapan sering tak tersampai, Dari sekian banyak siswa di dalam ruang kelas, kadang hanya ada 2-3 saja murid ideal seperti yang kita harapkan. Selebihnya kita hanya mendapati siswa yang kurang seimbang kepribadiannya dengan ciri ciri kurang mengenal dirinya sendiri bahkan ada yang membenci diri sendiri, kurang tertarik untuk mengembangkan dirinya sendiri karena menganggap diri sendiri tidak penting, dan akhirnya mereka benar benar mengabaikan diri sendiri, tak peduli apa pun yang akan terjadi pada dirinya dan juga tak mau memikirkan masa depannya. Satu satunya kesadaran tentang dirinya adalah bahwa dirinya tidak beruntung, menyedihkan dan menyakitkan.

Kebetulan siswa dengan kondisi psikologis macam ini, tentu dengan derajat yang berbeda dari satu individu ke individu yang lain, sering lebih banyak kita jumpai di ruang kelas ketimbang siswa yang punya kepribadian yang seimbang sehingga mampu berpikir logis, kritis dan dewasa dalam menghadapi setiap persoalan. Itulah kenapa ruang kelas kita sangat jarang dalam kondisi baik baik saja, karena siswanya juga hanya sedikit yang baik baik saja, dan inilah gunanya kenapa penulis selalu menekankan bahwa seorang guru harus selalu menyiapkan segala sesuatunya jauh jauh hari sebelum pertama kali kaki menginjakkan kaki di ruang kelas. Aturan kelas, prosedur kelas, rutinitas kelas, konsekuensi kelas, aturan disiplin kelas dan juga langkah langkah penanganan siswa bermasalah, semua sudah harus siap sebelum kita bertatap muka dengan siswa. Tentu sajapersipana kurikulum, bahan ajar, silabus, rencana pengajaran juga tak kalah pentingnya.

Siswa dengan masalah pribadi tidak seimbang ini akan bisa kita bagi menjadi dua macam. 1) Siswa dengan kepribadian tidak seimbang yang cenderung agresif, hiperaktif dan suka mengganggu siswa lain. Pekerjaan mereka setiap hari bikin gaduh ruang kelas dengan teriakan, tarikan dan dorongan meja dan kursi, mengganggu siswa lain (bullying), tidak mau diam, tidak bisa menghargai orang lain, tidak disiplin, tidak bisa kerja sama dengan siswa lain. 2) Siswa dengan ketidakseimbangan kepribadian tipe ke dua, adalah siswa yang punya kecenderungan pasif, cuek, malas, menyendiri atau menarik diri dari pergaulan, tidak ribut tapi diam masa bodoh, ketakutan dan distressed. Nah siswa kelompok kedua ini adalah yang selalu jadi korban perudungan (bully) atau gangguan dari kelompok pertama.

Kelompok pertama hanya berani mengganggu kelompok kedua ini, untuk menggagu kelompok siswa dengan kepribadian seimbang mereka merasa segan. Itulah kenapa kalau terjadi perudungan (bullying) guru wajib menangani baik pelaku maupun korbannya. Kedua belah pihak itu sama sama bermasalah. Jadi tidaklah tepat kalau terjadi perudungan, guru hanya ambil pelakunya untuk ditangani tapi melupakan korbannya. Ingat siswa yang baik baik saja tak akan pernah jadi korban perudungan. Korban perudungan bukanlah siswa yang baik baik saja, mereka tak kalah bermasalah dari pelakunya.

Namun begitu perlu diingat, tugas guru adalah menangani tingkah laku yang salah, bukan menangani pelakunya. Jadi segala upaya untuk penanganan keributan dan ketidakdisiplinan di dalam kelas harus terfokus pada penghentian keributan itu sendiri, bukan untuk menghukum  siswa atau orangnya. Guru harus tetap menjaga harga diri dan martabat siswa apa pun yang mereka lakukan. Guru wajib membuat pemisahan yang tegas antara pelaku dan perilakunya. Guru bertugas mengubah perilakunya, tapi harus membiarkan pelakunya tetap menjadi diri mereka sendiri. Biarkan mereka seperti siapa mereka.  Bapak ibu guru..selamat berjuang......

Rabu, 08 Februari 2023

Kriteria Guru Favorite Yang Didamba Siswa

 



Selayaknya manusia yang mempunyai hati dan perasaan, guru juga senang apabila keberadaannya bisa diterima dengan baik oleh orang lain baik sebagai individu ataupun sebagai guru itu sendiri. Guru juga selalu berhasrat untuk menjadi seorang guru favorit yang keberadaannya dinantikan baik oleh siswa, kolega, institusi, maupun oleh orang tua siswa. Adalah kebahagiaan tersendiri apabila keberadaan seorang guru bisa diterima muridnya. Semua muridnya senang diajar, memperhatikan apabila sedang diajar, pintar pintar, hormat, patuh dan sayang pada gurunya.

Maka tak heran kalau semua guru berlomba untuk menjadi guru yang terbaik dan bisa diterima  siswa siswinya. Ada yang pasang tampang sangar untuk mendapatkan penghormataan dari siswanya, tapi sebaliknya ada yang menjadi lucu, agar bisa dekat dan disukai siswanya. Ada yang jaim banget agar tak kehilangan rasa percaya dirinya dan siswamdipaksa untuk merasa inferior dihadapan guru, tapi ada juga yang kehilangan kendali dan terlalu dekat dengan siswanya sehingga siswanya malah ngelunjak dan tak ada hormat hormatnya lagi pada guru. Ada juga guru yang sok tegas dan keras terhadap siswanya, agar supaya siswa selalu memperhatikan dan patuh padanya, tapi ada juga yang terlalu santai membiarkan siswa suka suka mau berbuat apa. Pokoknya macam macam positioning yang dibuat guru, untuk mendapatkan tempat di hati siswanya.

Kemudian pertanyaannya adalah, mana dari mereka yang berbuat tepat dan memenangkan posisi di hati siswanya? Biasanya guru yang mengambil posisi hanya dengan mempertimbangkan satu aspek saja, akan dipastikan gagal menjadi guru favorit bagi siswanya, baik karena suasana ruang kelas yang terlalu tegang dan menyeramkan yang terbangun dari sikap gurunya, atau sebaliknya, sikap guru ternyata menjadikan suasana ruang kelas lepas kendali. Siswa sulit diatur, tidak disiplin dan guru tak mendapatkan rasa hormat siswanya. Terus jadi guru yang baik harus bagaimana dong? Nah seorang guru yang baik dan akan menjadi dambaan siswa, ternyata punya banyak kriteria, Seorang guru yang ingin mendapatkan posisi yang baik dihati siswa, kolega, institusi maupun orang tua siswa harus memenuhi semua kriteria itu. Dalam penelitiannya Sandra Newell mendapatkan kriteria guru yang disuka dan diharapkan serta dihormati siswanya berikut ini;

 

• guru haruslah tegas tapi adil, jangan hanya tegas ke siswa tertentu saja dan lemah di depan siswa lainnya.

• tidak bias, guru harus jelas sikap dan positioningnya. Tidaklah bagus guru sering mengotot minta dihormati, tapi sikap dan tindakan guru tak mendukung harapannya itu, bahkan cenderung mengundang untuk dilecehkan siswanya.

• menghormati murid, murid juga manusia yang punya harga diri dan kehormatan. Junjunglah harga diri dan jagalah kehormatannya, nanti timbal baliknya mereka juga akan menjunjung harga diri dan menaruh hormat pada gurunya.

• adalah panutan yang baik, selalu ingatlah sikap, tingkah, ucapan guru selalu dipantau siswanya, kalau baik sikap, tingkah dan perkataan gurunya itu akan menjadi teladan siswanya, kalau sebaliknya, mereka akan tidak menghormati gurunya.

• kerja keras, tunjukkan kalau guru itu berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan tugasnya mengajar dan mendidik siswanya. Usaha guru yang sungguh sungguh akan terbaca siswanya dan mereka akan simpati pada guru yang bersangkutan.

• terlibat, guru harus selalu terlibat dalam proses belajar dan mengajar. Ketidakterlibatan guru dalam proses belajar dan mengajarkan akan menurunkan semangat belajar siswanya. Kalau siswa kehilangan semangat belajar, mereka cenderung main main di ruang kelas dan keberadaan guru tak mereka pentingkan lagi.

• tertarik pada siswa sebagai individu. Siswa ingin dihargai sebagai pribadi, mereka akan senang kalau guru juga menghargai merek sebagai pribadi, mengenal satu persatu siswa, menyebut nama mereka secara langsung akan dipersepsi siswa sebagai adanya kedekatan secara individual dan itu menyenangkan hati siswa.

• sabar dan tenang, guru yang diharapkan semua siswa adalah guru yang pembawaannya tenang, tak mudah marah dan teriak.

• mau mendengarkan, guru ingin selalu didengarkan siswanya ketika bicara, sebaliknya siswa juga berharap gurunya mau mendengarkan mereka ketika mereka bicara.

• memahami dan peduli, setelah guru mau mendengarkan keluh kesah, kegundahan dan pertanyaan siswa, guru juga dituntut untuk bisa memahami permasalahan, karakter, keinginan, harapan semua siswanya dan setelah itu tunjukan kepedulian dan keberpihakan pada mereka.

• memiliki kepribadian yang baik, ya memang guru harus bersikap yang baik, berhati baik, siswa membutuhkan guru yang baik sebagai contoh pengembangan kepribadiannya.

• antusias, guru harus menunjukkan semangat dan besarnya keinginan untuk belajar bersama siswanya, guru yang masuk kelas dalam kondisi loyo atau tidak terlalu fokus pada urusan belajar mengajar akan membuat siswa kurang semangat untuk melanjutkan pelajaran juga.

• memiliki selera humor yang bagus. Bercanda atau melakukan hal hal yang lucu juga perlu di sela sela kegiatan belajar, namun jadikan humor sekedar pengendor ketegangan dalam belajar. Jangan berlebihan. Humor yang berlebihan menghilangkan wibawa guru, apalagi humornya porno, langsung kewibawaan dan kehormatan guru bakal hilang.

• memperlakukan murid sebagai manusia. Sadari bahwa setiap siswa mempunyai pemikiran, ide, wawasan, dan perasaan yang berbeda beda, kemudian perlakukan mereka sesuai dengan pemikiran dan wawasan, serta perasaan mereka.

• tidak pernah sarkastis, siswa ternyata tidak suka guru yang kalau ngomong nyelekit dan menyakiti perasaan.

• tidak pernah menjatuhkan, guru memang tidak selayaknya menjatuhkan mental, menghina ataupun merendahkan siswanya.

Jalankan semua point di atas dan kita akan jadi guru favorit bagi siswa siswa kita. Semoga berguna.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...