Siapa sih yang tak menginginkan
punya siswa yang cerdas, disiplin, berkepribadian seimbang, selalu menghormati
guru dan orang lain, tak suka bikin onar, selalu on-task, dan bertanggungjawab?
Tapi sayangnya harapan sering tak tersampai, Dari sekian banyak siswa di dalam
ruang kelas, kadang hanya ada 2-3 saja murid ideal seperti yang kita harapkan.
Selebihnya kita hanya mendapati siswa yang kurang seimbang kepribadiannya
dengan ciri ciri kurang mengenal dirinya sendiri bahkan ada yang membenci diri sendiri,
kurang tertarik untuk mengembangkan dirinya sendiri karena menganggap diri sendiri
tidak penting, dan akhirnya mereka benar benar mengabaikan diri sendiri, tak
peduli apa pun yang akan terjadi pada dirinya dan juga tak mau memikirkan masa
depannya. Satu satunya kesadaran tentang dirinya adalah bahwa dirinya tidak
beruntung, menyedihkan dan menyakitkan.
Kebetulan siswa dengan kondisi
psikologis macam ini, tentu dengan derajat yang berbeda dari satu individu ke
individu yang lain, sering lebih banyak kita jumpai di ruang kelas ketimbang
siswa yang punya kepribadian yang seimbang sehingga mampu berpikir logis, kritis
dan dewasa dalam menghadapi setiap persoalan. Itulah kenapa ruang kelas kita
sangat jarang dalam kondisi baik baik saja, karena siswanya juga hanya sedikit
yang baik baik saja, dan inilah gunanya kenapa penulis selalu menekankan bahwa
seorang guru harus selalu menyiapkan segala sesuatunya jauh jauh hari sebelum
pertama kali kaki menginjakkan kaki di ruang kelas. Aturan kelas, prosedur
kelas, rutinitas kelas, konsekuensi kelas, aturan disiplin kelas dan juga
langkah langkah penanganan siswa bermasalah, semua sudah harus siap sebelum
kita bertatap muka dengan siswa. Tentu sajapersipana kurikulum, bahan ajar, silabus,
rencana pengajaran juga tak kalah pentingnya.
Siswa dengan masalah pribadi
tidak seimbang ini akan bisa kita bagi menjadi dua macam. 1) Siswa dengan
kepribadian tidak seimbang yang cenderung agresif, hiperaktif dan suka mengganggu
siswa lain. Pekerjaan mereka setiap hari bikin gaduh ruang kelas dengan
teriakan, tarikan dan dorongan meja dan kursi, mengganggu siswa lain
(bullying), tidak mau diam, tidak bisa menghargai orang lain, tidak disiplin,
tidak bisa kerja sama dengan siswa lain. 2) Siswa dengan ketidakseimbangan
kepribadian tipe ke dua, adalah siswa yang punya kecenderungan pasif, cuek,
malas, menyendiri atau menarik diri dari pergaulan, tidak ribut tapi diam masa
bodoh, ketakutan dan distressed. Nah siswa kelompok kedua ini adalah yang
selalu jadi korban perudungan (bully) atau gangguan dari kelompok pertama.
Kelompok pertama hanya berani mengganggu
kelompok kedua ini, untuk menggagu kelompok siswa dengan kepribadian seimbang
mereka merasa segan. Itulah kenapa kalau terjadi perudungan (bullying) guru
wajib menangani baik pelaku maupun korbannya. Kedua belah pihak itu sama sama
bermasalah. Jadi tidaklah tepat kalau terjadi perudungan, guru hanya ambil
pelakunya untuk ditangani tapi melupakan korbannya. Ingat siswa yang baik baik
saja tak akan pernah jadi korban perudungan. Korban perudungan bukanlah siswa
yang baik baik saja, mereka tak kalah bermasalah dari pelakunya.
Namun begitu perlu diingat, tugas
guru adalah menangani tingkah laku yang salah, bukan menangani pelakunya. Jadi
segala upaya untuk penanganan keributan dan ketidakdisiplinan di dalam kelas
harus terfokus pada penghentian keributan itu sendiri, bukan untuk menghukum siswa atau orangnya. Guru harus tetap menjaga
harga diri dan martabat siswa apa pun yang mereka lakukan. Guru wajib membuat
pemisahan yang tegas antara pelaku dan perilakunya. Guru bertugas mengubah perilakunya,
tapi harus membiarkan pelakunya tetap menjadi diri mereka sendiri. Biarkan mereka
seperti siapa mereka. Bapak ibu
guru..selamat berjuang......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?