Selasa, 28 Maret 2023

Penanganan Siswa Bermasalah Harus Disegerakan, Jangan Terlambat

 


Untuk efektivitas penanganan masalah siswa, apabila guru ingin meluruskan tindakan siswa atau menasihati siswa yang melakukan pelanggaran aturan kelas ataupun aturan sekolah, sebaiknya dilakukan secepatnya pada hari yang sama saat pelanggaran dilakukan. Jangan membiarkan penanganan permasalahan siswa menjadi terlambat dan dilakukan di hari berikutnya, karena apabila pelurusan tindakan siswa itu dilakukan di hari berikutnya, maka suasana hati siswa sudah berubah. Pada hari berikutnya itu siswa sudah membawa suasana baru ke sekolah. Hati perasaan dan pikiran siswa sudah tenang dan mengacu ke depan, tidak lagi merasakan dan memikirkan apa yang terjadi di hari sebelumnya. Kalau kita paksakan siswa untuk menyelesaikan urusan hari sebelumnya, siswa akan merasa diintimidasi dan dibuat tidak nyaman. Dalam kondisi begini siswa tidak akan mau menyadari kesalahannya. Siswa justru yang akan merasa marah karena merasa bahwa kebahagiaan dia hari itu diganggu oleh gurunya. Permasalahan bukannya menjadi membaik tapi malah akan makin kompleks.

Penanganan pada hari yang sama akan lebih baik karena siswa pun masih memikirkan apakah benar atau salah tindakannya dan masih siap dengan konsekuensi yang harus dia tanggung. Pun begitu penanganan masalah siswa harus mengedepankan menjaga perasaan, dan martabat siswa dari pada permasalahan yang akan dibicarakan. Guru janganlah berpikir untuk membuat jera siswa melakukan tindakan kelirunya, tapi guru wajib hanya membuat siswa menyadari kesalahan tindakannya, mau bertanggungjawab dengan jiwa kesatria dan meyakinkan diri tak akan mengulangi lagi bukan karena takut atau jera, tapi karena sudah tumbuh kesadaran pribadinya. Oleh karena itu penting bagi guru untuk meyakinkan siswa bahwa apa yang guru lakukan pada saat itu adalah karena rasa sayang dan perhatian guru pada siswa tersebut. Jangan mengedepankan pemberian hukuman, tapi cobalah jelaskan tanggung jawab dan konsekuensinya. Juga tak kalah pentingnya, siswa harus bisa merasakan bahwa apa yang dilakukan guru padanya pada hari itu adalah sepenuhnya demi kebaikan dia, siswa itu sendiri.

 

Selasa, 21 Maret 2023

Bagaimana Membuat Peraturan Kelas Yang Diterima Dan Ditaati Siswa Dalam Rangka Disiplin Kelas?


Salah satu pekerjaan berat guru adalah membuat mereka mau dengan suka rela menaati peraturan yang berlaku disekolah maupun di dalam kelas. Banyak siswa yang dengan sengaja melanggar peraturan dengan tujuan membuat kacau dan gaduh ruang kelas sehingga mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Mereka senang kalau semua siswa off-task, dan menjadikan ruang kelas jadi arena bermain dan melupakan tugasnya sebagai pelajar. Guru yang mencoba meredakan situasi dan mengembalikan siswa on-task sering sekali mendapatkan perlawanan dari siswanya. Guru dengan wibawa dan ketegasan yang kurang sering kali menjadi bulan bulanan siswanya. Untuk menghindari hal seperti ini, guru hendaklah menggunakan strategi yang tepat saat membuat peraturan kelas.

Peraturan kelas hendaklah dibuat singkat, jelas, dan poinnya tidak terlalu banyak sehingga mudah diingat. Sebagai sebuah undang undang peraturan kelas hendaknya juga diikuti dengan kejelasan  konsekuensi bagi yang melanggar. Konsekuensi yang jelas, tegas dan terukur diperlukan agar guru punya referensi dalam menangani pelanggaran aturan kelas. Dengan referensi yang jelas maka guru bisa bertindak adil dan terukur dalam menangani semua pelanggar aturan, karena konsekuensinya sudah tertulis di dalam peraturan itu sendiri. Selain itu hendaklah melibatkan siswa di dalam pembuatan peraturan dan konsekuensinya itu. Tujuannya melibatkan siswa dalam penentuan peraturan kelas adalah memberi kesadaran siswa bahwa kita perlu aturan dan menaati peraturan di mana pun kita berada. Begitu juga di dalam kelas, peraturan diperlukan agar timbul ketertiban dan meminimalisir gangguan pada proses belajar di dalam kelas. Tambahan, dengan melibatkan siswa dalam pembuatan peraturan kelas itu secara psikologis akan menuntut siswa untuk menaati peraturan tersebut karena mereka sendirilah yang membuat aturan itu.

Peraturan yang dibuat juga hendaknya merupakan perpanjangan tangan guru dalam menegakkan otoritas dia sebagai seorang guru dan juga sebagai alat pengendali ruang kelas. Pelibatan siswa dalam pembuatan peraturan tidak akan mengurangi otoritas guru dan kekuasaannya di dalam kelas. Namun perlu diingat peraturan yang dibuat dengan melibatkan siswa itu harus mengutamakan terciptanya rasa keadilan, sementara peraturan dan konsekuensinya harus pula terdengar masuk akal. Sejauh peraturan dan konsekuensi yang digariskan di dalam kelas itu memihak pada kebaikan siswa itu sendiri, insya Allah peraturan itu akan diterima dengan baik oleh siswa.

 

Senin, 20 Maret 2023

Membantu Siswa Yang Kurang Percaya Diri Dengan Mengangkat Martabatnya

 

Salah satu permasalahan yang dihadapi siswa di dalam kelas adalah perasaan tidak percaya diri dan perasaan minder. Permasalahan ini memang tidak terlalu tampak di permukaan dan tidak mengganggu proses belajar mengajar secara umum, akan tetapi sifatnya sangat destruktif dan sangat menghambat perkembangan dan kemampuan kognitif siswa yang mengalami gangguan ini. Oleh karena itu permasalahan ini harus segera disadari oleh guru dan mendapatkan perhatian untuk pemecahannya. Salah satu hal yang bisa dilakukan guru untuk membantu siswa yang mengalami rasa tidak percaya diri atau minder ini adalah mengangkat martabat siswa yang bersangkutan. Kenapa kita harus mengangkat martabatnya? Ya karena orang tidak percaya diri dan minder itu adalah orang yang kehilangan atau tidak mampu mengangkat martabat dirinya sendiri di depan teman temannya. Oleh karena itu wajar kalau seorang guru harus membantu siswa yang seperti ini untuk mampu mengangkat dan membangkitkan martabat dirinya.

Untuk mengangkat martabat siswa yang mengalami gangguan tidak punya rasa percaya diri, guru tidak cukup hanya menaruh rasa hormat pada siswa, tapi harus lebih dari itu. Yaitu dengan memberikan perhatian yang lebih pada kehidupannya, kebiasaannya, hobinya, kelebihan kelebihannya, gagasan gagasannya, bidang bidang yang menarik hatinya, dan juga  kegiatan kegiatannya. Bentuk perhatian bisa ditunjukkan dengan cara menanyakan, memujinya ataupun mendiskusikannya dan memberi dorongan moril pada apa yang jadi kesenangan, ketertarikan dan aktivitasnya.   

Untuk memperkuat upaya guru mengangkat martabat dan rasa percaya diri siswa, guru bisa mengajak kerja sama orang tua untuk itu. Perhatian, dorongan, dan dukungan orang tua pada aktivitas dan ketertarikan, hobi dan keberhasilan siswa sangat besar memberi sumbangan pada penguatan peningkatan martabat dan harga diri senta kepercayaan diri siswa yang bersangkutan. Kalau kerja sama guru dan orang tua dalam peningkatan rasa percaya diri siswa ini berhasil maka siswa akan merasa diterima, dihargai, bernilai, dan didukung. Glasser (2000) bahkan menyarankan seorang guru, dalam hal ini, harus mampu melakukan tujuh kebiasaan hubungan sosial ( seven connecting habits_) yang baik; perhatian, mendengarkan, dukungan, sumbangan, dorongan, kepercayaan, dan pertemanan.


Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...