Rabu, 03 Mei 2023

Tiga Alasan Siswa Berperilaku Buruk


Membicarakan kenakalan siswa dan tingkah lakunya yang buruk, serta kebiasaan mereka melanggar peraturan seperti tak pernah ada habisnya dan tak ada keyakinan kapan kesudahannya. Permasalahan siswa yang tak berperilaku dengan benar ini akan selalu ada dan akan selalu jadi tambahan permasalahan yang harus  dihadapi seorang guru.  Di tulisan ini, penulis juga tidak menjanjikan solusi ataupun tutorial bagaimana menghilangkan permasalahan seperti ini dari sekolah sekolah kita. Seperti yang sudah saya katakan di muka, apa pun yang kita lakukan, permasalahan yang ditimbulkan siswa yang berperilaku salah ini akan tetap ada.

Bukan cara menghilangkan sama sekali masalah ini dari sekolah yang perlu guru ketahui, karena itu jelas tak ada caranya, namun kemampuan guru untuk mengatasi dan mengurangi dampak negatif dari tingkah laku itulah yang perlu seorang guru ketahui. Untuk mengetahui mengapa seorang siswa berperilaku buruk dan bagaimana mengatasinya, pertama sekali guru harus mengidentifikasi penyebab munculnya tingkah laku salah itu. Berdasarkan perkiraan penyebab permasalahan itulah nantinya seorang guru dituntut mampu mencari solusi atas permasalahn yang ditimbulkan oleh siswa di dalam kelasnya.

Nah, dari pengamatan di lapangan dan dari apa yang diamati oleh beberapa ahli, kita bisa tahu bahwa setidaknya ada tiga alasan dasar kenapa siswa berperilaku buruk:

(a)    Anak tersebut memang secara sengaja tahu tidak sengaja memang terdidik untuk bersikap memberontak dan gemar membikin masalah. Hal ini bisa disebabkan oleh anak yang salah memilih teman bergaul. Teman bergaul yang buruk akan menularkan sikap dan sifat yang buruk juga. Itulah kenapa penting anak itu selalu dalam pengawasan dan pengasuhan orang tua. Sekali anak terlepas dari perhatian dan pengasuhan orang tua, anak akan dengan segera berada dalam pengasuhan ldan pengawasan lingkungannya. Kalau anak sudah masuk dalam kondisi diasuh, diperhatikan dan diawasi lingkungannya yang salah, maka jangan berharap lagi orang tua akan punya kesempatan merebutnya dari lingkungan kelompok bejatnya itu. Lebih dari itu sering sekali terjadi sifat siswa yang suka berontak pada gurunya dan tak taat aturan adalah didikan dari orang tuanya sendiri. Orang tua ada yang sering menasihati anaknya untuk tak takut pada guru dan disuruh melawan bila perlu, dengan janji kalau ada apa apa si orang tua yang akan menyelesaikan segala urusan disekolah. Ajaran seperti ini, sering kali juga disertai bumbu cerita bahwa dulu ketika si orang tua jadi siswa juga suka memberontak dan berani pada guru. Dorongan dari orang tua yang seperti ini sering menjadi daya dorong tingkah laku bruk siswa di sekolah.

(b)    Penyebab ke dua yang sering teridentifikasi adalah bahwa kenakalan siswa itu sebetulnya adalah  dorongan siswa untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya di depan guru dan teman teman sekelasnya. Hal ini sering terjadi tatkala seorang siswa tak mendapatkan perlakuan yang adil dari pihak guru atau pihak sekolah pada suatu kasus yang melibatkan siswa tersebut dengan sekolah, guru atau siswa lain yang ditangani sekolah. Bisa juga terjadi ketika siswa mendapatkan penanganan yang salah dari guru atau pihak sekolah. Pada saat seorang siswa yang punya harga diri yang tinggi merasa dipojokkan atau dipermalukan di depan umum atau di depan teman temannya, maka ada kemungkinan siswa itu akan melakukan perlawanan dengan berperilaku buruk untuk mengimbangi ketidakadilan yang dia rasakan . Oleh karena itu seorang guru harus berhati hati dalam bertindak dan berkata di depan siswanya jangan sampai perbuatan atau perkataan kita menyinggung harga diri siswa sehingga mereka terdorong untuk melakukan perlawanan.

(c)     Anak tidak memiliki keterampilan sosial yang diperlukan bisa jadi penyebab yang ketiga. Kekurangan keterampilan sosial bisa muncul ketika siswa tidak tahu bagaimana caranya bergaul yang baik dengan teman temannya. Mereka merasa kagok untuk bisa berbaur dengan teman sekelasnya. Bagi siswa yang introvert mungkin mereka akan cukup berdiam diri dan menyendiri, hidup tanpa teman di sekolah. Tapi kekurangan ketrampilan sosial seperti ini bagi yang ekstrovert akan memicu mereka mencari perhatian dengan perilaku buruknya. Seorang guru harus jeli mengamati keberadaan siswa siswa yang tak memiliki ketrampilan yang cukup untuk berbuat yang baik seperti ini, dan segera mencari solusinya. . Guru wajib hadir dan membantu siswa tidak memiliki keterampilan untuk berperilaku dengan tepat seperti ini. Sebelum siswa itu bikin masalah di jam pelajaran bapak atau ibu guru tersebut. Ingat saat ini semakin banyak siswa tidak pernah diajari keterampilan sosial ini atau mungkin tidak pernah dihadapkan pada kondisi yang memerlukan penggunaan keterampilan sosial ini.

 

Sabtu, 29 April 2023

Membuat Siswa Kembali On-task Bisa Dengan Komunikasi Non-Verbal , Kontak Mata


 

 Permasalahan siswa yang off-task dan mengganggu proses belajar mengajar, tak selamanya perlu didekati dengan komunikasi verbal, guru menegur apalagi harus sampai berteriak. Untuk langkah pertama justru guru harus menghindarkan teguran, teriakan atau tindakan sejenisnya yang berbentuk komunikasi verbal. Pada tahap awal sebetulnya yang perlu dikerjakan guru hanyalah berhenti berbicara atau menerangkan kemudian melihat pada siswa yang melanggar aturan kelas.

Usahakan berhenti berbicara sehingga seluruh siswa menyadari bahwa guru dengan sengaja menghentikan kegiatan belajar mengajar dan siswa yang bermasalah pun menyadarinya kemudian dia melihat ke guru. Pada saat siswa yang off task ini melihat guru, guru harus segera menangkap padangan mata siswa dengan pandangan matanya sendiri. Sehingga terjadi kontak pandang. Kontak mata seperti ini perlu dilakukan guru untuk mempertegas otoritasnya di dalam ruang kelas. Kontak mata semacam ini adalah bentuk komunikasi non verbal yang mempertegas siapa yang sesungguhnya berkuasa di ruang kelas. Dengan begitu guru tak boleh kalah dalam kontak mata ini.

Bahasa non verbal ini biasanya efektif untuk menenangkan siswa yang ribut di dalam kelas dan mengganggu siswa lain. Guru cukup pandang langsung siswa yang melanggar aturan kelas atau bikin kegaduhan dan tingkah siswa yang tidak pas itu akan hilang, siswa kembali on-task.

Jumat, 28 April 2023

Jenis Jenis Gangguan Psikologis Yang Mungkin Ada Pada Diri Siswa Kita Di sekolah

 


 

Sebagai seorang guru wajib menyadari bahwa dia tidak akan selalu mendapatkan siswa yang baik baik saja, karena secara faktual banyak siswa bermasalah yang salah satunya bisa saja berada di dalam kelas kita. Kesadaran bahwa tidak semua siswa kita baik baik saja akan membuat kita selalu berhati hati dan tidak gegabah dalam menangani kasus kenakalan siswa, selain kita juga tergerak untuk mengetahui lebih banyak tentang penyimpangan tingkah laku siswa, penyebab dan bagaimana penanganannya. Inilah beberapa jenis penyakit kejiwaan dan penyimpangan tingkah laku yang mungkin dipunyai siswa kita:

 

  1. Attachment Disorder, Gangguan Ketertarikan, Gangguan kejiwaan ini utamanya disebabkan oleh kurangnya perhatian baik secara fisik maupun emosional. Bisa juga gangguan ini timbul sebagai akibat dari pelecehan seksual yang diterima si anak. Penderita ini sering menunjukkan hubungan sosial yang pendek dan tak didasarkan rasa cinta. Mereka juga suka bersifat manipulatif dan suka bohong, suka menunjukkan pesona palsu dengan bicara terus-menerus dalam kebohongan. Mereka juga sering mengungkapkan tuduhan pelecehan palsu, hasil ngarang ngarang. Mereka juga kurangnya nalar dan tak ada hati nurani, seka mencuri, melakukan kekejaman, dan menyakiti diri. Gangguan kejiwaan ini juga sering disalahartikan sebagai AD(H)D dan dapat menyebabkan ODD atau CD saat anak mencapai usia remaja.
  2. Conduct Disorder (CD) or Oppositional Defiant Disorder(ODD), Gangguan kejiwaan ini mulai di usia 2 tahun, anak menjadi semakin agresif, mudah tersinggung, hiperaktif, susah diatur dan kurang memiliki keterampilan sosial bahkan mereka bertingkah laku menyimpang. Mereka kurang secara kognitif sehingga menghasilkan kinerja akademik yang buruk. Dan ketika mereka menjadi semakin tidak patuh, mereka akan dijauhi oleh orang-orang, akibatnya mereka dapat menjadi semakin depresi, tidak berdaya. Penderita gangguan ini sering menjadi kambing hitam untuk semua kekacauan karena mereka juga punya kecenderungan bergabung dengan kelompok yang suka memberontak dan bikin ricuh. Yang gangguannya makin parah, bahkan ada kecenderungan bergabung dengan kelompok kriminal. Ini juga sering disalahartikan sebagai AD(H)D.
  3. Attention Deficit (Hyperactivity) Disorder/ AD(H)D, Gangguan kurang perhatian dan hiperaktivitas, adalah gangguan mental penyebab penderita sulit memfokuskan perhatian. Penderita gangguan ini biasanya impulsif, serta hiperaktif, tingkah lakunya tak teratur, kesulitan dalam mempertahankan tugas, pelupa, dan suka mengganggu. memiliki rentang perhatian yang pendek, menjadi mudah bosan dan frustrasi dengan tugas yang diembannya. Meskipun mereka mungkin cukup cerdas, dan kreatif, namun kurangnya fokus sering mengakibatkan nilai yang buruk dan kesulitan di sekolah.
  4. Histrionic Personality Disorder, Gangguan Kepribadian Munafik, merupakan jenis gangguan kejiwaan yang lebih sering terjadi pada wanita. Kemunculannya biasanya ditandai dengan pola mencari perhatian dengan cara yang aneh dan tidak lazim. Penderita gangguan ini biasanya sangat emosional, terlalu mudah percaya sehingga sering sekali tertipu. Mereka juga egois dan mementingkan diri sendiri serta terlalu memperhatikan penampilan fisiknya. Meskipun gangguan kejiwaan ini masih memungkinkan penderita dapat hidup dengan relatif sedikit masalah dalam masyarakat, namun gangguan ini juga dapat menyebabkan hambatan dan masalah dalam kehidupan sehari hari, terutama bila penderita juga menderita gangguan psikologis yang lebih serius lainnya.
  5. Borderline Personality Disorder, Gangguan Batas Kepribadian, merupakan gangguan kepribadian yang paling umum menjangkiti siswa siswa kita, Anak-anak mengalami keterpisahan dari kenyataan pada waktu yang singkat. Gangguan ini sering didiagnosis sebagai anak dengan gangguan depresi atau mengalami gangguan psikotik. Mereka biasanya memiliki hubungan pribadi, gambaran diri dan kondusi emosional yang tidak stabil. Mereka impulsif dan sering menyakiti diri sendiri meskipun jarang melakukan kekerasan terhadap orang lain atau hewan.
  6. Antisocial Personality Disorder (ASP), Gangguan Kepribadian Anti sosial, merupakan gangguan kepribadian yang akan dirasakan seumur hidup yang kebanyakan di derita anak laki laki ketimbang anak perempuan. Gangguan kejiwaan ini ditandai munculnya pengabaian dan pelanggaran atas hak dan keamanan orang lain, agresivitas pada orang lain, pembangkangan, sering melakukan perbuatan yang tidak bertanggung jawab, penipuan, dan gampang marah. Dalam hubungan sosial dan pergaulan, mereka mungkin kasar, tidak setia, tidak jujur, dan manipulatif. Mereka mempunyai kecenderungan kecanduan - obat-obatan, alkohol, dan melakukan seks bebas pada usia yang sangat muda
  7. Bipolar Disorder/ Manic Depression, Gangguan Bipolar/Depresi Gila, merupakan bentuk depresi berat bahkan sampai mengarah pada percobaan bunuh diri. Gangguan kejiwaan jenis ini umumnya menyerang dan mengganggu anak perempuan. Gangguan ini biasanya ditandai sikap melankolis yang berlebihan tapi mudah marah. Perhatiannya mudah teralihkan. Mereka juga memiliki kecemasan yang besar, insomnia/ hipersomnia, sering mimpi buruk, harga diri rendah, kesulitan dalam psikomotorik dan bicara, kelelahan, dan juga rasa nyeri secara fisik. Mereka biasanya tidak tertarik pada aktivitas apa pun, sering merasa bersalah, ragu-ragu, atau membuat keputusan dan membuat kesimpulan secara terburu-buru. Mereka juga rentan terhadap penyalahgunaan narkoba.
  8. Sensory Integration Disorder (SID), Gangguan Integrasi Sensori, yaitu sejenis gangguan kejiwaan yang mirip ADHD sehingga sering dianggap sebagai AD(H)D. Gangguan kejiwaan ini juga terkait dengan gangguan kejiwaan lain, misalnya Autisme.  Anak yang menderita SID merespons segala sesuatu. baik hal maupun kejadian dengan cara yang tampak aneh. Mereka menunjukkan gejala kurang percaya diri, suka membangkang, bersikap kasar, atau "aneh". Mereka mengalami kesulitan untuk memahami dan beradaptasi dengan lingkungan mereka. Mereka mudah terganggu, tidak fleksibel, impulsif, tampak tak bergairah, menyendiri, keras kepala, suka gelisah, terus-menerus menyentuh benda, kikuk, tertutup, pesimis, dan rentan terhadap emosi. Mereka bisa hipersensitif secara fisik Mereka membutuhkan terapi dengan memberi kesenangan indriawi untuk memberi motivasi dan meningkatkan kemauan belajar.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...