Jumat, 07 Juli 2023

Apa Saja Hard Skills, Soft Skills, Spiritual Skills, Life Skills, Sosial Skills, Managerial Skills Yang Diperlukan Dan Bagaimana Seharusnya Diajarkan Pada Siswa Kita.

 


Saat ini sudah banyak sekolah yang menyadari atau setidaknya pernah dengar pentingnya pengembangan soft skills siswa di sekolah masing masing. Selama ini sekolah hanya terpaku dalam pengembangan hard skills siswa yang berupa peningkatan pengetahuan pemahaman akan ilmu serta ketrampilan vokasional siswa yang lain. Hal ini bisa dibuktikan bahwa buku raport sampai saat ini juga isisnya pasti hanya nilai nilai perkembangan hard skills siswa ini. Namun sekitar satu dekade terakhir ini semua sekolah sudah mulai bicara tentang pentingnya pengajaran soft skills untuk siswa. Ya walaupun masih banyak yang hanya terbatas jadi wacana pembicaraan saja. Satu hal yang melegakan adalah bahwa setidaknya mereka sudah tahu akan arti penting soft skills ini bagi siswanya.

Pengembangan soft skills bagi siswa ini biasanya juga tak terlepas dari pengembangan karakter pada diri siswa. Itulah kenapa ketika kita bicara tentang pengebangan dan pengajaran soft skills disekolah, kita juga membicarakan bagaimana sebaiknya karakter siswa dibentuk dan karakter seperti apa yang perlu dicangkokkan ke diri siswa siswa di sekolah kita. Soft skills siswa yang sering dibicarakan para pengajar dan pendidikan biasanya adalah life skills. Kita semua sekarang sudah menyadari selain siswa harus pintar, siswa perlu life skilss ini agar bisa menjawab tantangan jaman, mampu tetap hidup dan menjaga hidupnya sendiri (survive). Itulah kenapa sekolah sekolah hari ini punya kecenderungan memberikan ketrampilan hidup pada siswanya berupa, peningkatan kreativitas dan inovasi siswa, kadang ditambah pengembangan kemampuan vokasional dan bisnisnya.

Namun sesungguhnya life skills yang dibutuhkan siswa lebih dari itu, siswa juga membutuhkan ketrampilan lain selain soft skills, misalnya siswa juga membutuhkan sosial skills dan managerial skills, serta jangan lupa juga entrepreneurship skills-nya siswa juga sangat perlu dikembangkan.  Lebih  dari itu spiritual skills siswa juga merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia dan siswa kita akan sangat memerlukannya nanti. Oleh karena pengajaran agama dan keimanannya tidaklah boleh dilupakan.

Kesadaran akan hal ini semua, seperti saya sampaikan di atas, sudahlah menjadi sebuah kesadaran bersama untuk saat ini. Kendala satu satunya adalah masih banyak sekolah yang belum mendapatkan cara untuk menanamkan semua karakter dan ketrampilan hidup itu pada para siswanya. Mereka masih baru sampai pada kesadaran tapi masih banyak yang belum sampai pada implementasi di lapangan. Akibatnya pengejaran semua jenis soft skills di tasa masih pada ucapan dan pembicaraan saja. Siswa baru dikasih tahu bahwa mereka harus pintar, harus kreatif, inovatif, jujur, berdedikasi, pantang menyerah, gigih berusaha dan lain lainnya. Jadi semua ketrampilan hidup itu masih baru sebatas diajarkan dalam bentuk ceramah. Sementara orang tidak akan tiba tiba menjadi kreatif dan inovatif hanya gara gara mendengar ceramah. Orang juga tak bisa mendadak jadi orang yang gigih berusaha, tahan banting, banyak ide bisnis hanya gara gara mendengarkan pidato motivasi. Orang juga tidak mendadak sholeh, jujur, pemurah, lembut hati, suka menolong, rajin ibadah hanya karena mendengarkan nasihat dan khotbah agama.

Manusia mendapatkan karakternya, manusia mendapatkan kepribadiannya, manusia mendapatkan kemampuan sosialnya, kemampuan hidupnya, kemampuan bisnisnya karena mengerti ilmunya, paham manfaatnya, membiasakannya dalam pengalaman hidupnya, memantapkan sebagai keyakinan dalam praktik kesehariannya.  Dengan begitu, kalau kita ingin banget menanamkan semua karakter dan ketrampilan penting itu dalam diri siswa kita, yang perlu kita siapkan adalah kurikulum, program belajar,  pendekatan dan strategi pengajaran yang memberikan siswa kita ruang dan waktu untuk mengerti, paham, menginternalisasi dalam dirinya,  mempraktikkannya, membiasakannya dan menjadikan semua karakter dan ketrampilan hidup itu bagian dari diri dan hidupnya, sehingga menjadi profil tetap diri siswa siswa kita. Nah pertanyaannya program dan kurikulum seperti apa yang bisa mengakomodasi semua bentuk pengajaran dan internalisasi semua karakter dan ketrampilan hidup itu pada siswa kita? Ya pikir sendirilah... kalau tanya saya, setalah saya jawab, saya kan kasih tagihan pada Anda...


Selasa, 04 Juli 2023

Tips Memilih Metode Pengajaran Agar Siswa Mudah Memahami Pelajaran

 


Saya memang termasuk orang yang tak terlalu percaya adanya gaya belajar yang berbeda beda, tapi saya 100% percaya kalau metode pengajaran bisa berbeda beda. Ketepatan dalam memilih metode pengajaran akan sangat berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan seorang guru dalam sebuah ruang kelas. Nah pertanyaan selanjutnya adalah, metode pembelajaran yang seperti apa yang cocok dipakai dan bisa membantu proses belajar mengajar?

Untuk menentukan metode yang tepat ada banyak faktor yang perlu diperhatikan. Seperti materi pelajarannya apa, seberapa jauh siswa sudah mengerti materi itu, seberapa siap siswa itu menerima materi pelajaran, seberapa besar ruang kelas yang ada, seberapa paham guru akan materi yang akan diajarkan, media apa saja yang dipunyai guru untuk mengajar dan masih banyak lagi faktor faktor lain yang perlu jadi bahan pertimbangan kita dalam memilih metode pengajaran.

Untuk memikirkan semua faktor itu tentu sangat rumit dan merepotkan guru yang akan mengajar. Oleh karena itu kita buat mudah saja dengan mempertimbangkan hal yang paling penting saja dari inti sebuah pengajaran yaitu penyampaian materi. Jadi materi ajar itulah hal yang terpenting untuk kita perhatikan agar kita mampu menemukan metode mengajar yang benar.

1.       Kalau materi yang akan kita ajarkan berbentuk fakta, misal kita mau mengajarkan perbedaan antara akar tumbuhan dikotil dan monokotil, peristiwa sejarah, kaitan satu kondisi dengan kondisi yang lain dan seterusnya, kita bisa menggunakan metode pengajaran dengan memberikan pengalaman konkret pada siswa. Pengalaman konkret memastikan siswa mengenal materi pelajaran secara natural, melihat dan merasakan langsung objek pembelajaran. Pengalaman ini bisa langsung memberi pengetahuan siswa tentang apa, siapa, kapan, dan bisa juga bagaimananya materi pelajaran yang kita ajarkan. Metode ini bagus bagi siswa karena mereka benar benar bisa berinteraksi langsung dengan objek pembelajaran, dengan demikian mereka akan mendapatkan pengalaman riil dan pengetahuan yang lebih alami ketimbang kalau sekadar siswa mendengarkan pemaparan kita bila kita mengajar dengan metode ceramah.

2.       Ketika materi pengajaran kita berupa konsep  dan teori, semisal teori gravitasi, teori Pascal  dan seterusnya yang pada intinya adalah belajar tentang apa dan bagaimana maka penjelasan yang disertai percobaan atau eksperimen akan menjadi metode pengajaran yang cocok. Karena mencoba teori yang sudah dipelajari akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan pemahaman yang lebih nyata dan tentu pengalaman yang tak akan terlupa, sehingga metode ini bisa dipastikan akan sangat mendekatkan siswa pada pemahaman yang nyata akan teori yang dipelajari.

3.       Mengadakan pengamatan langsung atau observasi mungkin bisa diaplikasikan pada materi pelajaran yang terkait dengan kejadian kejadian alami, misalnya kalau kita mengajar hal hal yang terkait dengan fenomena alam, fenomena sosial lainnya. Observasi akan membimbing siswa memahami kenapa ada kejadian itu dan apa yang akan terjadi jika ada perlakuan atau kejadian begini atau begitu pada sesuatu. Dengan observasi, siswa akan belajar menganalisis dan mengembangkan imajinasi.

4.       Kalau yang menjadi bahan atau materi ajar itu pengetahuan semacam filsafat, etika, metafisika, matematika dan sejenisnya, pengejaran dengan konsep konsep abstrak dan menjelaskan ke siswa dengan metode ceramah sepertinya tak terhindarkan. Namun guru bisa menambahkan dalam strategi mengajarnya dengan media media belajar yang sesuai dengan materi ajarnya agar pengajaran dengan metode ceramahnya bisa lebih mudah diserap siswanya.

Dan tentu saja masih banyak metode mengajar yang lain yang bisa disesuaikan dengan materi ajar yang berbeda yang masih perlu kita pelajari untuk menambah kemampuan kita dalam mengajar.

Sabtu, 01 Juli 2023

Menghadirkan Siswa Terlibat Dalam Proses Belajar Dan Mengajar

 

 


Tak bisa dipungkiri kalau organisasi sekolah muncul karena keyakinan bahwa orang harus pintar, dan itu artinya semua orang harus belajar. Sangat jelas, alasan satu satunya adanya sekolah adalah karena orang harus belajar. Kalimat “orang harus belajar” merupakan kalimat aktif yang sesungguhnya menyiratkan bahwa orang yang ingin pintar, orang yang ingin belajar haruslah aktif. Merekalah si pelaku dari proses belajar itu sendiri. Seperti inilah kondisi idealnya belajar dan bersekolah.

Namun fakta di lapangan tidaklah semanis harapan ideal tersebut. Mendapatkan siswa yang aktif belajar adalah barang yang langka. Tidaklah banyak siswa yang benar benar mau aktif belajar, karena suasana yang terbangun di hampir semua sekolah adalah “guru mengajar”. Gurunyalah yang banyak mengambil  peran di dalam ruang kelas bukan siswanya. Gurunyalah yang aktif sementara siswanya malah menjadi pasif. Ini tentu bertolak belakang dengan kondisi ideal yang sudah kita bicarakan di atas. Terlalu aktifnya guru dalam proses belajar mengajar, menjadikan guru sebagai intinya proses belajar, dan ini salah karena yang perlu untuk belajar itu siswa, bukan gurunya. Jadi yang harus aktif dan menjadi inti dari proses belajar mengajar adalah siswanya Namun sekali lagi itu masih kondisi yang utopis idealis di dunia pendidikan kita.

Namun kondisi ini jangan pula membuat kita menjadi patah arang, kita tetap harus gigih mengusahakan terbentuknya kondisi ideal bagi anak anak kita untuk belajar. Undang siswa  siswa kita untuk menjadi pelaku dan aktif dalam proses belajar mengajar melalui beberapa pengaturan kondisi sebagai berikut. Pertama pastikan keamanan siswa baik di dalam maupun di luar gedung sekolah. Seluruh manajemen sekolah, guru karyawan dan siswa harus serempak sepakat untuk bersama sama mewujudkan lingkungan sekolah dan lingkungan kelas minim risiko dan ancaman keselamatan bagi siswanya. Artinya sekolah dan guru kelas harus benar benar memperhitungkan setup dan lay out bangunan juga setup dan layout ruang kelas dengan baik sehingga semua siswa yang bergerak dan beraktivitas dengan segala jenis material yang mungkin mereka bawa selama berada di sekolah dan ruang kelas bisa dipastikan aman dan lancar.  Itu artinya selain pemilihan perabot, fasilitas, mebel dan inventaris lain harus tepat,  bentuk bangunan penataan hal hal yang terkait dengan arsitektur bangunan sekolah harus terpikirkan dengan matang sebelumnya. Karena semua itu akan mempengaruhi rasa aman siswa dan ketenangan orang tua di rumah. Selain sekolah juga harus memastikan tak ada aktivitas premanisme baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Ingat, banyak siswa tidak tenang belajar karena merasa ditunggu dan diancam preman di luar gedung sekolah.

Selain keselamatan siswa secara fisik, sekolah juga harus memperhatikan kenyamanan siswa dalam belajar. Rasa nyaman terkait dengan ketenangan fisik dan sekaligus ketenangan hati yang terjauh dari kecemasan. Oleh karena itu pemilihan fasilitas belajar yang ergonomis perlu menjadi prioritas, selain membangun  kondisi lingkungan yang afektif untuk belajar. Ruang kelas yang besar sehingga mudah bergerak, fasilitas lengkap, sejuk juga membantu siswa mendapatkan rasa nyaman. Hal penting lain  adalah kepastian bahwa semua siswa terlindung dari gangguan temannya, sekolah terbebas dari bullying dan terbebas dari sikap guru yang tidak tepat kepada siswa. Jadi kemampuan guru dalam hal behaviour management dan classroom management sangat diperlukan dalam hal ini. Jangan lupa juga dukungan dan bantuan guru harus cepat datang manakala seorang siswa membutuhkan bantuannya untuk memahami sesuatu yang terkait dengan pelajarannya. Kalau rasa nyaman sudah siswa rasakan, mereka akan betah dan tahan belajar dalam rentang waktu yang lama.

Tak kalah pentingnya adalah bahwa sekolah dan guru harus mampu memberi ekspektasi yang tinggi pada siswa siswanya. Ekspektasi sekolah dan ekspektasi guru terhadap siswanya itu harus diverbalkan, agar siswa tahu target belajarnya. Sekolah harus meyakinkan siswa siswanya bahwa mereka akan mudah menggapai harapan sekolah tersebut. Dengan ekspektasi, aturan, konsekuensi yang jelas, waktu belajar mengajar yang terprogram dengan baik, saya yakin semua itu akan memberi dorongan, semangat dan motivasi bagi siswa untuk mempelajari dan menguasai semua pelajaran dalam kurikulum sekolah.

Jumat, 30 Juni 2023

Pendidikan Kita Terlalu Sibuk Dengan Belajar Banyak Pengetahuan, Tapi Lupa Belajar Ketrampilan Hidup dan Ketrampilan Sosial.

 

 


Berbicara tentang pendidikan itu sangat tidak mudah. Untuk bisa mendapatkan pendidikan yang memadai bagi semua orang, banyak aspek yang harus dipikirkan seperti halnya siapa yang harus didik, siapa yang harus mendidik, apa isi pendidikannya, di mana harus dilakukan pendidikan, bagaimana cara mendidik yang benar, serta aspek aspek pendidikan lain yang terkait. Pengalaman pun menunjukkan, bahwa kita tidak boleh asal mengajar, siswa pun tidak seharusnya asal belajar. Pendidikan yang baik perlu formulasi yang tepat, perlu pemikiran yang mendalam dengan perencanaan yang matang. Kalau tidak, pendidikan yang kita lakukan hanya akan ketemu jalan buntu yang membawa kita pada situasi yang blunder.

Pada tulisan kali ini pun, penulis tak akan bisa mengulas semua aspek pendidikan yang terkait tadi. Mungkin kali ini, kita hanya bisa diskusikan satu aspek saja dari pendidikan kita. Seperti yang kita semua ketahui, ciri orang yang terpelajar adalah pintar dan semua orang pasti sepakat dalam hal ini. Orang pintar selalu dimaksudkan sebagai orang yang banyak pengetahuannya, orang yang tahu banyak hal alias orang yang segala tahu.  Semakin banyak pengetahuan seseorang akan berbagai macam hal, semakin pintarlah mereka di mata orang lain. Itulah kenapa semenjak masuk TK, anak anak kita sudah dijejalai berbagai macam pengetahuan, dari matematika sampai berbagai macam bahasa. Anak TK sudah dituntut harus bisa baca. Kalau anak lulus TK belum bisa baca, maka TK itu dianggap tidak berkualitas. Sekolah sekolah juga berlomba menjejalkan banyak program pendidikan, banyak macam pelajaran yang kebetulan juga didukung program pendidikan pemerintah yang mengharuskan anak didik belajar sangat banyak jenis  pelajaran yang memerlukan alokasi waktu 8 jam pelajaran sehari dan 5-6 hari dalam seminggu. Semua beban belajar siswa itu sepertinya kurang berat, sekolah pun masih berlomba lomba meyakinkan orang tua kalau anak anak yang sekolah di sana akan mampu berbicara dengan 2 bahasa atau 3 bahasa asing.

Kepercayaan bahwa makin banyak pengetahuan akan makin pintar dan akan makin berkualitaslah kita, sejauh ini benar benar telah mengooptasi pikiran waras kita semua, sampai pendidikan malah menjadi beban bagi peserta didik. Bukan hanya beban mental dan pikiran, tapi juga menjadi beban siswa secara fisik. Masih terbayang ketika anak anak saya yang masih duduk di bangku SD harus membungkukkan badannya ke depan karena beratnya beban tas sekolah yang harus digendong yang berisi buku buku yang harus dibawa ke sekolah setiap harinya. Kemudian, hanya dengan melihat jumlah buku yang setiap hari harus dibawa, kita seharusnya mafhum betapa banyaknya hal yang harus dipelajari dan dimengerti anak anak kita yang masih belia itu. Namun demi memiliki anak yang pintar dengan banyak pengetahuan, seakan kita tak mau peduli dengan beban fisik dan mental psikologis anak anak kita itu. Anak anak justru malah kita tekan agar terus berusaha menguasai semua pelajaran itu. Mereka disekolah ditekan untuk memahami semua hal dengan ancaman akan tertinggal dari teman temannya dan tidak naik kelas, dan di rumah pun tekanan itu dilakukan juga oleh orang tua yang mengharuskan anak pintar dan jangan membuat malu keluarga. Dari tekanan yang berat inilah asal usul anak yang tertekan, putus asa dan atau badung yang kemudian tidak disiplin membangkang dan anti sosial. Tentu saja yang mengalami hal ini kebanyakan adalah anak anak yang kurang beruntung punya nalar, pikiran dan IQ yang kuat. Anak anak dengan IQ tinggi dan otak yang cerdas tidaklah terlalu mendapatkan derita ini.

Apakah itu artinya anak anak jenius dan anak anak dengan IQ tinggi baik baik saja dalam hal ini? Belum tentu juga. Terlalau banyaknya pelajaran, terlalu banyaknya pengetahuan yang harus dipelajari dan mulai matematika, fisika, biologi kimia, sosiologi, antropologi, budaya sampai berbagai macam bahasa yang harus dipelajari, membuat anak anak yang cerdas ini juga sibuk dengan pelajaran pelajaran tersebut. Bahkan mereka sampai lupa belajar ketrampilan hidup dan ketrampilan sosial yang justru nanti mereka perlukan ketika harus hidup mandiri terpisah dari orang tuanya. Apakah produk pendidikan yang seperti ini juga yang kita harapkan? Tentu saja bukan.

Sekali lagi, ternyata memformulasikan pendidikan itu tidak mudah. Semoga ada yang benar benar memikirkan akan hal ini sehingga nanti akan didapat formula pendidikan yang tepat dan bangsa ini bisa cepat maju dengan SDM kualitas unggul yang mendapatkan pendidikan yang tepat.

Minggu, 25 Juni 2023

Guru Boleh Praktikkan Teori Manajemen Pygmalion Effects Untuk Membangkitkan Semangat Belajar Siswanya.

 


Pygmalion adalah seorang pematung di dalam sebuah dongeng Yunani kuno. Pada suatu hari Pygmalion mengukir patung seorang gadis yang sangat cantik. Melihat kecantikan wajah patung yang dia ukir, Pygmalion menumbuhkan harapan patung itu akan hidup dan benar benar jadi manusia, oleh karena itu dia melanjutkan memahat patungnya dengan sepenuh hati dan fokus agar tidak merusak keindahan patungnya. Besarnya harapan pygmalion, ternyata mengguncangkan rasa kasihan Dewi Aphrodite yang kemudian menghidupkan patung Pygmalion dan benar benar menjadi wanita yang sangat cantik yang kemudian menjadi istri pygmalion.

Besarnya harapan Pygmalion agar patungnya bisa benar benar hidup itu menggugah para ahli psikologi untuk menyelidiki kekuatan pengharapan manusia pada keberhasilan dirinya sendiri dan keberhasilan orang lain. Kemudian teori pengharapan /ekspektasi Pygmalion ini disebut sebagai Pygmalion effects dan banyak dipraktikkan dalam tata kelola sumber daya manusia di banyak perusahaan besar.

Intinya kalau kita ingin kinerja anak buah ataupun karyawan perusahaan meningkat pesat dan tujuan serta target perusahaan tercapai, maka para pemimpin perusahaan wajib mengembangakan pygmalion effects ini di perusahaan yang mereka pimpin. Para pemimpin perusahaan harus terus menyampaikan ke semua karyawan tujuan besar dan target perusahaan. Para pemimpin sendiri juga harus menunjukkan ke para karyawan bahwa mereka benar benar sedang mengejar tujuan dan target perusahaannya itu, agar karyawan mengerti bahwa apa yang disampaikan para pemimpin perusahaan itu adalah target serius yang benar benar ingin dicapai, sehingga semangat pemimpin perusahaan ini menular pada para karyawan dan mereka pun jadi lebih serius dalam bekerja dan meningkat kinerjanya. Selain ekspektasi besar tersebut para pemimpin perusahaan wajib juga, memompa semangat para karyawan untuk ikut andil dalam pencapaian target perusahaan, dan katakan kepada para karyawan bahwa perusahaan percaya pada mereka dan mengandalkan mereka dalam mengejar cita cita besar serta target perusahaan itu. Dengan ekspektasi besar, penguatan positif pada para karyawan dan kepercayaan yang besar pada mereka banyak perusahaan yang berhasil mendorong peningkatan kinerja perusahaannya dengan teori pymalion effects ini.

Nah, bagaimana kalau teori yang sama kita terapkan dalam pengajaran di kelas? Pasti hasilnya tak akan jauh dari apa yang dipraktikkan para pemimpin perusahaan di kantor mereka masing masing. Dengungkan harapan dan target yang besar pada para siswa, tunjukkan kalau guru benar benar ingin menggapai target itu. Undang semua siswa berpartisipasi untuk menggapai mimpi bersama satu kelas itu. Tunjukkan harapan besar atas partisipasi siswa, dan tunjukkan bahwa guru percaya pada kemampuan semua siswa dalam menggapai tujuan besar bersama seluruh isis kelas tersebut. Niscaya semua siswa akan meningkat semangat belajarnya dan sukseslah guru dalam pengajarannya semester itu.  Dalam hal ini Wong dan wong (1998) juga mengatakan begini “ Your effort will have great benefits; if you give your students a more positive attitude and higher expectations, they will be able to give you back more than you expected from them”.

 

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...