Seorang ibu muda dengan gemas mengadu ke suaminya tentang hasil raport anaknya yang duduk di bangku kelas satu sekolah dasar. “ Tuh yah anakmu nilainya semua dibawah rata rata kelas, kan aku malu kalau ambil raport masak punya anak ranking terakhir dikelas? Aku dulu dengan murid dikelas dua kali lipat jumlahnya sajaj bisa setidaknya ranking 5 bahkan sesekali jura kelas, masa murid Cuma 25 ranking 25 juga?” Dengan santai sang suami bertanya “emang rata rata nilai anakmu berapa?” “Cuma 64,5”. “Terus standard ketuntatasan minimal sekolahnya berapa?” tanya suami. “enam” jawab pendek istrinya. “Anakmu dah bisa baca tulis belum?” pertanyaan lanjut sang suami. “ bacanya sudah lancar, nulisnya kadang hurufnya masih kurang”. “ ah itu sudah bagus biarin saja, anak kelas satu SD sudah bisa baca tulis itu sudah cukup, bagi saya anak sudah mau belajar itu sudah bagus, jadi juara itu sama sekali tidak penting” lanjut suaminya.
Percakapannya memang tidak sama tapi isi pembicaraannya serupa, sungguh pernah terjadi dan di saksikan penulis. Ada orang tua yang kebakaran jenggot (walau si ibu muda itu tidak punya jenggot) lantaran anaknya tidak juara atau setidaknya dapat ranking. Bahkan penulis pernah dengar ada orang tua meneror walikelas anaknya gara gara anaknya tidak dapat rangking. Sementara si ayah dalam percakapan diatas sangat santai menerima kenyataan anaknya rangking terakhir dikelasnya, karena dengan mengetahui bahwa anaknya sudah mampu membaca di kelas 1 SD berarti anaknya sudah belajar. Dengan demikian penulis makin ingin tahu sebetulnya apa sih yang diharapakan dari hasil pendidikan sekolah? Kalau anda sebagi orang tua dan ditanya apa yang anda harapakan dari sekolah bagi putra putri anda, tentu anda akan menjawab bahwa anda mengharapakan putra putri anda mendapatkan pendidikan yang baik. Pertanyaannya pendidikan yang baik itu yang seperti apa? Benarkah pendidikan yang baik bagi anak anak kita adalah pendidikan yang mampu mencetak para juara, seperti yang diharapkan ibu muda diatas? Ataukah sebaliknya pendidikan yang baik itu yang mampu membuat peserta didiknya belajar seperti yang disampaikan sang ayah?
Coba kita tengok model pendidikan kita selama ini. Pendidikan di Indonesia selama ini mengacu pada upaya untuk membuat siswa menghafal semua hal agar mampu mengerjakan test - test tulis dan jadi juara kelas, juara cerdas cermat ataupun juara olimpiade. Pasti ada juga guru yang mendebat ini dengan mengatakan, bahwa mereka tidak hanya membuat siswa menghafal tapi membuat siswa mengerti apa yang mereka pelajari sampai benar benar “nglothok” sehingga mereka pantas jadi juara. Pertanyaan balik saya adalah apakah kalau siswa sudah mengerti dan sudah hafal sampai “nglothok” itu sudah Ok dan cukup? Terus kalau sudah hafal dan mengerti selesaikah proses pendidikan? Dengan hafal dan mengerti sudah cukupkah bekal anak itu untuk meraih masa depannya?
Jawaban dari seluruh pertanyaan itu Cuma satu kata “belum”. Buktinya, begitu banyak bekas juara kelas dan wisudawan suma cum laude yang gentanyangan jadi pengangguran, atau kalau nasibnya lebih baik mereka Cuma jadi karyawan dengan gaji SUMEDANG ( Sekedar Untuk MEmbuat DApur NGebul), sebaliknya banyak sekali orang yang prestasi akademiknya biasa biasa saja malah jadi atasan atau malah jadi pengusaha yang memperkerjakan yang dulunya ranking satu atau lulusan suma cum laude.
Dengan begitu berhasil sekolah sama sekali bukan jaminan masa depan siswa. Oleh karena itu kita harus meyakinkan semua orang bahwa yang terpenting bagi anak dan siswa kita adalah bukan berhasil sekolah tapi berhasil belajar. Keberhasilan siswa di sekolah identik dengan banyak baca dan menghafal, banyak pekerjaan rumah dan kesibukandengan catatan, meringkas, lalu membuat rumus rumus untuk menghafal, kejar mengejar image sebagi juara kelas, sibuk memepersiapakan segala bentuk ujian dan ulangan. Ujung dari semua itu Cuma sekedar dia bernilai baik kalau nilainya diatas delapan dan jelek kalau kurang dari enam. Beginikah pendidikan yang kita harapakan bagi anak anak kita?
Bagaimana kalau kita mengutamakan keberhasilan belajar bagi anak anak kita? Apa yang akan mereka lewati? Siswa yang berhasil belajar identik dengan siswa yang memahami dirinya sendiri baik kelebihan maupun kelemahannya. Siswa yang berhasil belajar adalh siswa yang mendapatkan dorongan dan pemberdayaan yang cukup dari orangtua dan gurunya sehingga mereka mampu menjadi diri sendiri yang bisa hidup mandiri, kreatif dan inovatif karena tersah semua bakat yang mereka miliki. Siswea yang berhasil dalam belajarnya adalh siswa yang mengerti akan dirinya dan memahami posisinya di depan manusia lain dan di depan Allah yang maha kuasa, sehingga siswa mampu menempatkan diri, berlaku dan bertindak sesuai dengan nurma hokum nurma adat dan norma agama. Siswa yang berhasil dalam belajarnya adalah juga siswa yang mengenal dirinya mengenal orang lain dan mengenal posisinya dalam masyarakat sehingga mereka mampu membawa diri, handal dalam bersosialisasi dan mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang lain, sehingga mereka bisa menjadi sosok sosok yang bisa diterima dalm masyarakatnya dan mampu meimipin masyarakat atau orang orang disekitaranya. Apakah mereka perlu jadi juara kelas? Tidak penting….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?