Bagi sekolah sekolah negri baik tingkatan SD yang
paling rendah sampai SMA ataupun SMK yang paling tinggi, mencari siswa baru
bukanlah suatu hal yang susah. Buka pendaftaran selama satu minggu saja, siswa
yang datang akan melebihi kuota yang bisa mereka terima. Hal ini tentu para
sidang pembaca sadari bukanlah hal yang mengada ada. Daya tarik siswa untuk
bersekolah di sekolah sekolah negri begitu besarnya sehingga tak diperlukan
lagi apa yang oleh orang pintar disebut sebagai marketing strategy. Mereka ga peduli
apa dan bagaimana sekolah negri tersebut, product tidak penting bagi pelanggan
sekolah negri toh pada dasarnya standarad pendidikan sekolah negri ya standard
tidak terlalu berbeda dari satu sekolah ke selolah yang lainnya. Hal ini akan
tetap seperti itu selama negri-minded masih ada dipikiran masyarakat kita, dan
fakta bahwa sekolah negri sebetulnya gratis adalah daya tarik yaang berikutnya.
Tapi tidak seperti itu yang terjadi pada sekolah
swasta. Mereka harus bertarung keras untuk merebut pasar. Strategi harus
dijalankan, produk pendidikannya haruslah “berbeda “ dari sekolah lain. Semua sumberdaya
harus dikerahkan dan diperbaiki untuk mendapatkan pangsa pasar yang sebetulnya
tidak terlalu besar.
Hal hal besar wajibdiperhatikan , hal hal kecil
tidak boleh dibiarkan kalau sekolah ingin tetap bertahan menghadapi kerasnya
persaingan. Namun adakalanya sekolah hanya terfokus pada hala hal besar, hal
hal kecil diabaikan. Gedung diperbagus, fasilitas lengkap, promosi gencar dan
besar besaran, tapi banyak hal kecil tapi strategis tidak tersentuh, akibatnya
sekolah tetap bergerak ditempat hidup segan mati tak mau.
Salah satu yang suka dilupakan oleh sekolah adalah
tidak pandainya warga sekolah menjaga dan memanfaatkan “Moment of truth”. Tentu istilah ini tidak terlalu familiar di
sekolah karena istilah ini seringnya hanya berkeliaran di bisnis bisnis
keramahtamahan (hospitality) . Di dunia bisnis macam hotel, restauran, bar , karaoke dan
sejenisnya, moment of truth ini sangat diperhatikan, karena hal ini akan
berimbas pada lanjut atau gulung tikarnya usaha. Tapi penyelenggara pendidikan
belum banyak yang memeprhatikan moment of truth ini.
Nah
dalam tulisan pendek saya ini saya Cuma mau mengingatkan para penyelenggra
sekolah untuk memperhatikan moment of truth ini, agar kejayaan selalu berada di
genggaman sampeyan semua.
Moment
of truth secara gampangnya adalah
berbagai kesempatan, hubungan,interaksi ataupun pertemuan yang terjadi antara badan usaha dan
yang merepresentasikannya dengan pelanggan di saatmana pelanggan itu akan
mengalami
dan mendalami apakah kebutuhan dan pelayanan yang diperlukan tersedia dengan
baik dan pelanggan akan memberikan penilaian terhadap pelayanan perusahaan atau
badan usaha tersebut. Penilaian pada moment of truth ini akan menentukan apakah
pelanggan akan tetap menjadi pelanggan atau akan segera angkat kaki dan mencari
pelyanan di tempat lain.
Bagi
sekolah, setelah gedung dan fasilitas diperbaiki, kurikulum sudah di “up grade”,
moment of truth ini akan banyak muncul dalam pelayanan pada siswa maupun pada
orangtua siswa baik yang diberikan oleh guru maupun staff yang lain. Sekolah yang
ingin memeprtahankan pelanggan harus bisa memastikan guru dan karyawannya bisa
bekerja keras, melakukan seluruh pekerjaan dengan baik, melayani pelanggan
dengan
baik dan semunya harus tepat waktu baru bisa menjamin bahwa pelanggan akan
tetap dalam genggaman atau akan kembali lagi.
Hal
ini sangat penting untuk diperhatikan karena, kata yang punya ilmunya, satu
moment of truth yang buruk akan menghapuskan 10 kebaikan atau kehebatan yang
lain. Kita bisa bayangkan ada calon orangtua siswa yang sedang ke sekolah ingin
mencarikan sekolah bagi putranya tercinta, baru sampai depan sekolah orang tua
ini sudah terkagum melihat kemegahan calon sekolah anaknya. Tempat parkirnya
juga luas, tamannya juga enak dipandang mata. Masuk ke teras sekolah sudah
disambut dengan hawa dingin dan wangi, sekolah tertata rapi fasilitas lengkap
dan nampak aman bagi anak untuk sekolah. Membaca visi misi sekolah dan program
pendidikannya yang begitu hebat tambah mantap saja si orangtua ini ingin
menyekolahkan anaknya disekolah itu. Orangtua ini sudah yakin bahwa sekolah ini
adalah sekolah yang tepat untuk anaknya, ga peduli bahwa nanti uang masuk atau
sppnya sebesar apa, pokoknya anaknya harus sekolah di sekolah ini.
Namun
begitu siorantua mulai ketemu guru dan karyawannya kok semuanya cuek saja ga
ada yang memperhatikan si orangtua ini. Tiddak ada yang menegur atau sekedar
senyum saja. Masuk ke bagian adminsitrasi tidak juga ada yang peduli, hakan
pegawai sekolah malah asyyik ngobrol dan bercanda sendiri. Setelah si calon
orangtua siswa bilang “permisi” baru ada yang melihat dan memperhatikan.
Setelah calon orangtua siswa bertanya tentang sekolah, mereka menjawab “temui
kepala sekolah saja bu/pak”, dan mereka
balik lagi ngobrol dengan temannya, ga peduli lagi dengan calon orantua siswa
ini.
Kira
kira kalau calon orangtua siswa itu anda, sidang pembaca, masih berhasratkah
menyekolahkan anak bapak/ibu disekolah yang megah ini? Tentu sampeyan akan
berfikir ulang, penilaian yang bagus tentang sekolah itu diawal akan langsung
hilang setelah kekecewaan saat dicuekin oleh warga sekolahnya. Pada ilustrasi ini, sekolah telah kehilangan
moment of truth. Semaakin banyak sebuah sekolah kehilangan moment of truth akan
semakin ditinggalkan siswanya.
Oleh
karena itu sekolah atau bentuk usaha yang lain harus berusaha mati matian untuk
tidak pernah kehilangan moment of truth, mengharuskan staff dan gurunya memebrikan
pelayanan yang terbaik dan menunjukkan keramahtamahan yang luar biasa pada
siapa saja yang datng ke sekolah. Kunci pokok dari moment of truth ini
sebetulnya gampang. Sadaarkan seluruh warga sekolah untuk memanusiakan manusia.
Pastikan pelanggan adalh raja, jangan dicuekin, jangan dicemberutin, jangan
disinggung perasaanya. Jangn biarkan siapa saja yang berada disekolah
kebingungan tanpa ada yang menolong dan jangan pernah lupa berikan senyum manis
pada semua aorang dilingkungan sekolah. Jangan enggan mengantar menunjukkan dan
menolong orang yang punya urusan dengan sekolah. Itu saja. Dan pelanggan akan
memberikan apresiasinya. Setelah itu loyalitas pelanggan akan ditangan dan
kemajuan usaha/ sekolah tak terhindar lagi. Permintaan kenaikan gaji akan lebih
mudah diakomodasi...semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?