Dengan merujuk ke Wikipedia kita
bisa mengerti bahwa yang dimaksud dengan manajemen ruang kelas adalah merupakan
kegiatan-kegiatan yang diupayakan oleh seorang guru untuk menciptakan situasi
kelas yang kondusif dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang maksimal. Sedangkan
bagi penulis sendiri ketika mendengar istilah manajemen ruang kelas yang
terbayang adalah upaya untuk mengatur seluruh elemen ruang kelas sedemikian
rupa sehingga bisa membantu menggapai tujuan pendidikan yang dijalankan di
dalamnya secara menyeluruh dan maksimal. Nah elemen elemen ruang kelas
terpenting yang harus diatur oleh seorang guru sebagai manajer kelas adalah
space dari ruang kelas itu sendiri, semua perlengkapan dan fasilitas yang ada,
waktu, siswa dan guru itu sendiri.
Semua elemen itu perlu diatur
bukan cuma tata letaknya akan tetapi juga bagaimana penggunaannya. Ini kalau
kita bicara tentang ruang kelas dan fasilitas pendukungnya. Beda lagi kalau
bicara tentang waktu. Dalam penggunaan waktu, guru harus mengusahakan agar
waktu yang diberikan tergunakan secara efektif efisien dengan kebocoran waktu
yang minimal. Jangan sampai waktu belajar yang memang hanya sedikit terbuang
percuma dengan kuterlambat guru datang ke ruang kelas, guru sibuk dengan perlengkapan
dan dirinya sendiri dengan duduk berlama lama di kursi guru tanpa menghiraukan
siswanya, atau waktu terpakai percuma untuk membicarakan hal hal yang tidak
penting lainnya. Sedangkan terkait dengan sumber daya manusia yang ada di dalam
ruang kelas, guru dan siswa, haruslah ada kejelasan aturan main dalam
berinteraksi dan bertingkah laku. Oleh karena itu manajemen tingkah laku (behavior
management) adalah bagian dari manajemen ruang kelas (classroom management).
Semua pengaturan ini dimaksudkan agar tujuan dari kegiatan belajar mengajar
yang diharapkan dan ditargetkan oleh guru benar benar bisa terwujud dan siswa
bisa belajar dan berkembang secara maksimal baik dari segi kognitif,
psikomotorik, maupun afektifnya.
Sebegitu pentingnya pengaturan
ruang kelas ini, guru sama sekali tidak boleh abai, bahkan harus jadi prioritas
perhatian selama jam mengajarnya. Kegagalan manajemen ruang kelas ini adalah hancurnya
tujuan belajar mengajar itu sendiri. Oleh karena itu manajemen ruang kelas tak
bisa dilakukan sambil lalu, tapi harus direncanakan secara matang sebelum guru
memulai semesternya. Pengajaran pengajaran tradisonal selalu tidak memperhatikan
manajemen kelas ini, mereka bertindak kalau ada kejadian. Kebiasaan bertindak
mendadak saat ada perkara seperti ini jarang bisa menyelesaikan permasalahannya
dengan baik dan tuntas. Yang sering terjadi malah akan jadi permasalahn yang
sangat lama bahkan melebihi waktu satu semeter yang seorang guru punya.
Buktinya siswa yang badung banyak yang sembuh karena mereka lulus sekolah.
Selama disekolah mereka tetap tak bisa diatur.
Andaikan guru berhasil meredam permasalahan yang timbul, guru itu akan
memerlukan waktu yang lama yang membuang sia sia waktu belajar siswa. Siswa
jadi tidak belajar gara gara persolan yang muncul di dalam kelas.
Itulah sebabnya guru perlu
perencanaan untuk manajemen ruang kelasnya,guru harus tahu apa yang harus dan
apa yang tidak boleh dilakukan di dalam kelas, guru harus paham arti penting
peraturan kelas dan bagaimana membuatnya, guru harus paham sekali bahasa
seperti apa yang harus dipakai di dalam kelas, guru harus tahu bagaimana
pengaturan ruangan dan penempatan fasilitas belajar, serta bagaimana
penggunaannya. Persiapan pesiapan seperti ini harus dikuasai dan dipunyai
seorang guru sseblum guru melangkah masuk kedalam kelas. Kenapa guru harus
memepersipakan semua sebelumnya? Ya karena mencegah lebih baik dari pada
mengobati. Persiapan manajemen ruang kelas itu bisa mencegah timbulnya
permasalahan di dalam kelas. Guru harus proaktif, dan jangan menunggu kejadian
baru bertindak.
Agar guru bisa proaktif dalam manajemen
ruang kelas. Gettinger memberikan arahan pada kita, semua guru. Menurutnya agar
guru bisa proaktif dalam mempersiapkan manajemen ruang kelasnya, guru harus
memperhatikan tiga hal:
1. Upayakan untuk memperkirakan permasalahan
apa yang bisa timbul di ruang kelas tempat dia mengajar, serta kericuhan seperti
apa yang bisa dibuat oleh siswa yang akan belajar. Setelah permasalahan yang
dikawatirkan bisa terjadi itu terinventarisir, guru wajib membuat langkah
langkah pencegahannya. Ini penting, agar yang dikawatirkan itu tidak benar
terjadi, dan malapetaka ditimbulkan bisa
dihindari. Semua ini adalah bentuk dari proaktifnya seorang guru dalam
perencanaan pencegahan masalah di ruang kelas.
2. Guru wajib mempertimbangkan
dan merencanakan semua proses pembelajaran. Guru wajib merencanakan bagaimana
pelajaran akan disampaikan, metode dan pendekatan seperti apa yang akan dipakai.
Guru juga harus paham bagaimana memfasilitasi siswa yang selalu on-task, juga
bagaimana memfasilitas siswa yang off-task, atau siswa yang tak pernah sungguh
sungguh mau belajar dan malah mengganggu temannya yang belajar. Selain itu yang
lebih penting lagi, seorang guru wajib memfasilitasi pencapaian semua siswanya,
karena ini adalah tugas terpenting dari seorang guru yang harus diembannya. Tentu saja hal ini juga perlu pemikiran dan
perencanaan yang matang oleh seorang guru. Secara tradisional guru biasanya
memisahkan kegiatan belajar instruksional dengan manajemen tingkah laku
siswanya. Mereka datang ke kelas tahunya hanya mengajar, guru tak peduli dengan
sikap dan tingkah siswanya, kalau timbul masalah barulah dipikirkan bagaimana menyelesaikannya.
Guru yang proaktif tentu tidak akan melakukan seperti itu lagi. Antisipasi dan perencanaan
seperti diuraikan di atas, akan diprioritaskan sebelum dia ketemu siswanya di
ruang kelas.
3. Akhirnya, manajemen kelas
proaktif harus berpikir, mengatur dan fokus pada kondisi seluruh kelas, bukan
hanya memfokuskan perhatian pada satu atau dua siswa saja di dalam kelas. Perhatian
seorang guru haruslah untuk kesejahteraan seluruh kelas, kedamaian seluruh
kelas, ketenangan dan kenyamanan seluruh kelas, bukan pada siswa secara
individual. Harus diingat seorang guru dikirim ke sebuah ruang kelas itu untuk
semua siswa bukan untuk satu atau dua siswa saja, Tidak peduli bahwa siswa itu
pintar sekali atau badung sekali, perhatian guru harus menyeluruh bukan
individual. Oleh karena itu pendekatan seorang guru juga harus pendekatan
kelompok, bukan pendekatan individual. Peraturan yang dibuat untuk semua orang,
bukan cuma untuk satu dua orang siswa
saja. Itu artinya rewards dan punishments untuk semua siswa harus sama,
adil, dan merata. Tidak boleh guru mempunyai anak emas di dalam kelas. Tidak
boleh ada siswa yang selalu mendapat fasilitas baik dari gurunya dan kesalahannya
selalu dimaafkan. Sebaliknya tidak boleh juga ada anak tiri di dalam kelas,
yang selalu dapat salah dan hukuman seperti siswa yang tak pernah berlaku benar.
Begitu sedikit ilustrasinya.
Dengan tiga langkah ini
diharapkan guru mampu membangun lingkungan belajar yang aman dan nyaman serta
kondusif untuk belajar, bertumbuh dan berkembang siswa. Pendek kata, semua hal
yang harus dilakukan guru di dalam ruang kelas wajib bertujuan untuk mendorong
keterlibatan dan kerja sama siswa dalam kegiatan kelas dan untuk membangun
lingkungan kerja yang produktif".