Sejak sekitar dua dasawarsa terakhir
banyak kita dengar para pemerhati, para pakar dan para pelaku pendidikan di
tanah air tercinta berbicara tentang
pergeseran paradigma dan metodologi pendidikan yang bakal terjadi diwaaktu yang
dekat dan oleh karena itu perlulah kiranya dunia pendidikan memulai
mentransformasi diri menuju bentuk pendidikan yang sesuai dengan jaman dimana
para pelajar akan berada. Nyatanya memang pergeseran dan perubahan di dunia
pendidikan walau dengan sangat pelan terjadi di negri ini. Pergantian kurikulum
nasional yang begitu sering adalah salah satu indikasi bahwa sedang terjadi
evolusi pendidikan secara nasional. Kurikulum yang berubah rubah adalah bentuk
nyata dari kegamangan pemerintah dalam menentukan bentuk pendidikan yang tepat
bagi anak bangsa.
Perubahan paradigma pendidikan
bukan hanya terjadi di indonesia,
dibelahan dunia dimanapun, para pelaku pendidikannya sedang sibuk membelokkan
arah pendidikan yang menurut mereka akan sesuai dengan kebutuhan masa depan.
Perubahan struktur, bentuk, paradigma, muatan, dan arah pendidikan yang terjadi
diyakini juga akan menggeser peran peran tradisional di dalam dunia pendidikan.
Eric Jordan, President Premier’s Technology Council menengarai model baru pendidikan
dimasa depan yang lebih kolaboratif dan inklusif, akan mengubah peran peran tradisonal
dari siswa, guru, dan orangtua. Beberapa pergeseran sudah lama dimulai, seperti
hubungan antara guru dan siswa telah berevolusi perlahan-lahan. Kita secepatnya
akan terpaksa mempercepat transformasi dari sistem pendidikan dan peran di
dalamnya ke arah yang lebih lengkap karena
begitu cepatnya pula perubahan jaman, sebagai akibat berkembangnya tehnologi yang
begitu masif. Perubahan peran yang dimaksud Jordan adalah sebagai berikut:
• Dari siswa
yang pasif menjadi pembelajar yang aktif:
Pada lingkungan pendidikan tradisional, siswa
itu ibaratnya ember kosong yang siap diisi oleh guru guru mereka sebagai
pengajar atau pendidik. Siswa tidak lagi punya kesempatan memilih apakah yang
disikan itu benar apa salah, baik apa buruk. Apa yang didapat siswa hanyalah
apa yang diketahui gurunya. Itupunkalau daya serap siswa 100%, lah kalau Cuma 20%?
Disanalah letak malapetakanya, siswa dianggap bodoh dan tidak punya harapan. Sumber
informasi, sumber pengetahuan dan bahkan sumber harapan Cuma dari satu arah,
GURU. Ketika kemajuan tehnologi menyentuh dunia pendidikan dan membawa angin
kemajuan bagi siswa. Siswa mulai mendapat kesempatan yang lebih luas untuk
menentukan sendiri jalan mana yanga akan
membawa mereka ke masa depan. Mereka mulai mengambil alih tanggungjawab atas
masa depan mereka sendiri. Mereka mulai melihat banyak sumber sumber informasi
lain selain guru mereka. Sebagai seorang guru haarus juga cepat tanggap akan
kondisi ini, jangan sampai guru akan jadi bahan tertawaan karena bertindak, berbuat
atau bahkan memberi informasi yang salah pada siswa siswinya. Kuasailah juga
tehnologi yang para siswa kuasai. Ini adalh ke harusan jangan sampai
ketinggalan jaman dan jadi bulan bulanan siswanya. Kalau guru secepatnya menyadari akan
pergeseran peran siswa ini, sebetulnya guru masih bisa ambil keuntungan dari
kondisi ini. Karena guru bisa menggunakan kemampuan belajar yang lebih terbuka,
yang lebih exploratif dikarenakan perkembangan tehnologi informasi ini, untuk
mengembangkan kemampuan siswa siswi itu sendiri dengan mengambil peran sebagai
fasilitator dan pemandu saja. Siswa siswi di era digital ini, mereka sangat
akrab dgn tehnologi dan sangat mampu menggunakan tehnologi itu untuk belajar,
dengan cara belajar yang berbeda dengan cara belajar gurunya dulu dan juga beda
dengan cara belajar yang ditawarkan gurunya. Tehnologi memebrikan ruang yang
lebih leluasa bagi mereka untuk belajar dan mengakses informasi. Selain itu
tehnologi telah menyediakan gaya hidup yang lebih fleksibel, lebih berwarna dan
menyediakan berbagai macam pekerjaan dan karir yang tidak bisa dinikmati
gurunya.
• Dari
Orang Tua sebagai Pendukung proses belajar menjadi sebagai Peserta dalam proses belajar:
Dahulu orang tua itu Cuma berperan sebagi
pendukung proses belajar mengajar bagi anak anaknya. Mereka menyediakan biaya
untuk pendidikan dan siap mencarikan keperluan apa saja demi suksesnya proses
belajar bagi anaknya. Namun kemajuan tehnologi informasi ternyata juga membawa
perubahan bagi peran mereka dalam pendidikan. Bukan saja mereka harus mampu
memberi dukungan pada proses belajar putra putrinya, tapi tehnologi telah
memberi mereka kesempatan untuk bisa ikut membimbing putra putrinya untuk
menerima atau tidak menerima informasi yang ada. Dengan tehnologi yang ada
orangtua bisa mengarahkan putra putrinya dari mana informasi yang tepat bisa
diambil dan memeberi arahan mereka dalam mengambil keputusan penting dalam proses
belajarnya. Orang tua juga bisa menunjukkan cara mengatasi tantangan yang
ada dan ikut menentukan hasil
pembelajaran, karena dengan tehnologi
yang ada orangtua dimungkinkan untuk memantau, mengkontrol dan bahkan
mengarahkan putra putrinya dari jarak yang sangat jauh. Belajar yang melebihi
apa yang disediakan sekolah adalah hal yang sangat penting dilakukan oleh siswa
jaman sekarang, dan orantua menemukan peran barunya disana.
• Dari
Guru sebagai sumber pengajar dan sumber pembelajaran menjadi guru hanya sebagai fasilitator dan penunjuk arah serta pendamping
siswa belajar.
Seperti sudah disinggung diatas, tehnologi
merubah paradigma belajar siswa, artinya paradigma guru juga pasti berubah. Tehnologi
sangat memungkinkan siswanya lebih banyak mendapat informasi dibanding gurunya.
Itu artinya sangat dimungkinkan siswa lebih banyak tahu dibanding guru. Oleh
karena itu guru sudah seharusnya tidak berlagak lagi sebagi Mr. Segala tahu.
Biarkan siswa belajar dengan gaya dan cara mereka sendiri. Guru cukup mengikuti
perkembangn informasi dan mengarahkan mereka, agar informasi yang didapat siswa
bermanfaat bagi masadepannya dan tidak malah merusak moralitas dan
spiritualitas siswa.
Sudahkah kita semua siap menghadapi perubahan
itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?