Kamis, 13 Maret 2014

TUGAS DAN PERAN ORANGTUA DALAM MENDUKUNG PENDIDIKAN PUTRA PUTRINYA DISEKOLAH.


Seperti yang pernah saya bicarakan sebelumnya bahwa peran orangtua sangatlah penting dalam keberhasilan pendidikan anak anaknya. Pendidikan bukan saja membuat peserta didik bertambah ilmu pengetahuan yang dikuasainya, akan tetapi juga pendidikan berarti pengembangan diri bagi peserta didik. Keberhasilan pendidikan selain diukur dr tambahnya kemampuan koqnitif siswa juga dilihat sampai seberapa besar adanya perubahan sifat dan tingkah lakunya. Untuk pengembangan sifat dan tingkahlaku inilah peran orangtua diperlukan dalam mendidik anak anaknya. Hal ini buakn berarti sekolah berlepas tangan, namun pendidikan karakter itu berlangsung dalam 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 12 buln setahunnya. Sementara anak anak ada disekolah paling banyak 8 jam sehari, sisa yang 16 jam praktis anak tidak dalam pantauan sekolah, disitulah peran orangtua diperlukan dalam pengembangan sifat dan tingkah laku siswa. Oleh karena itu kesadaran orangtua akan perannya ini sangat diperlukan, sampai sampai saya pernah menulis tentang PERLUNYA MENDIDIK ORANGTUA SISWA. Agar orangtua punya kesadaran dan kemaun untuk ikut berperan dalam pendidikan putra putrinya.
 Kerja sama orangtua dan sekolah, diperlukan dalam pendidikan, oleh karena itu komunkasi anatar orangtua dan sekolah haruslah intensif, karena keduabelah pihak harus memiliki pandangan yang sama akan pendidikan dan punya kesamaan sikap dalam setiap hal, agar siswa tidak bingung dalam meyerap nilai nilai. Jangan samapi sesuatu yang dilarang disekolah malah dianjurkan di rumah. Kalau ini terjadi, murid bukannya belajar dan berkembang karakternya tapi malah mengalami disorientasi terhadap nilai nilai karena sikap yang tidak sama antar sekolah dan orangtua. Pemenuhan peran orangtua ini adalah suatu keharusan dijaman sekarang ini, orangtua tidak boleh mengelak dari tugas pokonya dalam pendidikan ini kalau ingin anak anak mereka berhasil dalam sekolah dan hidupnya kelak. Untuk memeperjelas betapa pentingnya peran orangtua dalam dunia pendidikan dewasa ini, ada baiknya juga sekolah menunjukkan bahwa peran peran stake holder pendidikan memang sudah berubah seperti yang pernah saya tulis sebelumnya di  “pergeseran Peran dalam dunia pendidikan di masa depan menurut Eric Jordan”.
Bagai orangtua yang sudah menyadari perannya dalam pendidikan, dalam artikel ini, penulis ingin menunjukkan beberapa hal yang penting untuk dilakukan oleh orangtua untuk mendukung sekolah menggembeleng dan mengembangkan putra putrinya, dengan harapa putra putrinya bisa berkembang dan bertumbuh sesuai dengan jaman dimana mereka akan hidup dan menghidupi diri sendiri. Hala hal berikut perlu didsarai perlunya dan dilakukan oleh orangtua:
1.     Menghormati visi misi dan kebijakan  sekolah, karena visi misi dan kebijakan sekolah adalah sumber filosofi serta arah pendidikan yang dilaksanakan sekolah . menghormati hal ini sama artinya menjaga ruh sekolah tersebut. Menghancurkan vii misis dan kebijakan sekolah adalah menjabut ruh sekolah atau mengharapkan mati sekolah tersebut.
2.     Menghormati dan mendukung  peraturan sekolah. Peraturan sekolah diciptakan untuk membentuk kedisiplinan dan  sebagai acuan dalam pembentukan karakter siswa. Dalam hal aturan dan kedisiplinan ini orangtua sanagt tidak dianjurakn punya pandangan yang berbeda dari sekolah, agar siswa tahu benar aturan, nilai dan etika yang benar, dan tidak gamamang dalam menyerap niali nialai dikarenakan perbedaan pandangan anatar sekolah dan orangtua.
3.     Mendukung siswa untuk tetap belajar di rumah dengan menyedikan waktu dan tempat untuk belajar dengan orangtua sebagi supervisornya. Artinya orangtua harus memastikan anak anaknya memiliki alokasi waktu untuk belajar di rumah, dan punya etos belajar yang baik, oleh karena itu orangtua wajib meluangkan waktu untuk mensupervisi kegiatan belajar anak anaknya.
4.     Mendukung sekolah dalam pemberian tugas tugas rumah ataupun pekerjaan rumah, baik yang berupa tugas tugas pengembanagn koqnitif sisw maupun tugas tugas, psikomptorik dan ketrampilan hidup lainnya. Orangtua wajib mendorong anak anaknya untuk mengerjakan semua tugas tugas rumahnya dengan sempurna. Orangtua bukan saja mensuperfisi tugas anak anaknya tapi juga harus member dukungan, bantuan dan bahkan menyediakn bahan serta danan bila diperlukan untuk mengerjakan tugas tugas sekolah anaknya.
5.     Orangtua wajib mendatangi rapat disekolah bila sekolah mengundang orangtua untuk rapat. Kebiasan orantua siswa kalau diundang tidak pernah datang atau malah mewakilkan pembantu untuk datang, harus segera diakhiri. Rapat orangtua itu penting karena akan membeicarakan nasib dan masadepan putra putrinya, maka sudah seharusny di datangi. Karena kaau sekolah punya program bagus orangtua harus tahu dan mendukung tapi kalau sekolah punya program yang tidak baik oarngtua bisa menghentaikan program itu dalam rapat.
6.     Orangtua harus meluangkan waktu untuk membicarakan apa yang dialami apa yang dipelajari anaknya setiap hari. Pertanyaan dan kepedulian orangtua atas apa yang dipelajari dan yang dialami anak anaknya sangat memebantu keyakinan siswa siswa itu dalam melanjutkan proses belajar karena mereka merasa bahwa mereka dapat perhatian yang cukup baik dari orangtua maupun dari guru gurunya disekolah. Tentu kita maklum betapa senangnya kalau kita selalu diperhatikan.
7.     Sebagai orangtua janganlah pelit member komentar yang membanggakan dan memuji kalau anaknya membuat sebuah prestasi atau berbuat yang baik, serta member dorongan dan semangat saat anaknya merasa terpuruk. Pujian sangat berarti bagi jiawa jiwa muda itu dan dorongan adalah obat yang sangat mujarab bagi rasa sakit karena kegagalan dan keputusasaan. Keduanya memebuat anak bahagia. Kenapa harus tidak dilakukan oleh oreangtua demi kebahagian dan semangat belajar anak?
8.     Awasi kegiatan anak yang lain seperti acara TV apa yang dilihat, games apa yang dimainkan dan apa yang mereka lihat di internet. Orangtua harus memeperhatikan dengan sangat hal hal tersebut agar mampu mengatur intensitas, lamanya dan isis dari apa yang mereka lihat dan apa yang mereka mainkan. Tujuannya agar  anak tidak menyimpang dari dunia belajarnya dan terhindar dari pengaruh negative tontonananya.
9.     Seringlah menghubungi sekolah, wali kelas anak anaknya untuk mengetahu perkembangan anaka anaknya. Agar  kalau terjadi penyimpangan bisa terdeteksi secar dini. Kalau ada kemajuan dari anak anaknya bisa didorong agar lebih baik lagi.
10.   Bacalah buku harian/jurnal/ surat dari guru. Guru menulis sesuatu pastilah itu penting bagi putra putrid bapak dan ibu. Kalau ga penting ngapain guru repot repot tulis sesuatu untuk orangtua. Oleh karena itu hormatilah apa yang mau disampaikan guru/sekolah pada anda sebagi orangtua.
11.   Berpakain yang sopan kalau ke sekolah, juga penting untuk memebri contoh pada anak anaknya untuk mampu menghormati sebuah institusi.
12.   Bayarlah SPP pada waktunya biar ga bikin pusing kepala sekolah LOL…

Selasa, 11 Maret 2014

APA YANG DIPERLUKAN UNTUK MENDAPATKAN SUASANA KELAS IDEAL YANG SELARAS DENGAN PROGRAM LEADERPRENEURSHIP DI SEKOLAH.


Sudah tiga tahun ini, penulis bicara tentang program leaderpreneurship di blog ini. Tentu program ini tidak terlalu jelas untuk sebagian besar pembaca, namun itu tidak jadi mengapa bagi penulis toh tujuan penulis memang bukan untuk menjelaskan program ini sejelas jelasnya di blog ini. Tujuan utama dari blog ini adalah mengajak sidang pembaca untuk mulai belajar mengerti bahwa di luar sana sudah berkembang begitu pesat pengetahuan dan tehnologi pengajaran, sehingga kita perlu sedikit demi sedikit meninggalkan gaya pembelajaran dan pengajaran tradisonal. Apakah kalau sudah meninggalkan gaya, pendekatan dan methodology pengajaran tradisional harus menerapkan prograleaderpreneurship? Tentu saja tidak. Kalau kita mau belajar dan mau sedikit meluangkan waktu untuk melihat ke dunia luar, kita akan temukan begitu banyaknya pengetahuan tentang pendididkan modern dan kita hanya perlu memepelajarinya agar kita tidak tertinggal. Perlu diingat ketertinggalan guru akan berakibat akan tertinggalnya murid muridnya. Artinya kalau sampeyan sebagai seorang guru tidak terlalu peduli akan perkembangan dunia pendidikan dan tetap berpegang pada gaya pengajaran tradisional, sampeyan bertanggungjawab atas ketertinggalan dari ratusan atau bahakn ribuan anak didik sampeyan.
Nah, pembaca yang terhormat, walau blog ini dan ahkan tulisan ini berjudul “leaderpreneurship”, bukan berarti penulis ingin memkasakan semua orang paham tentang program ini. Dengan tulisan yang bersifat acak seperti semua tulisan yang ada di dalam blog ini, tentu tidaklah mudah memahami program leaderpreneurship tersebut, nmun begitu setiap keeping tulisan saya, akan selau berisi hala hal yang bisa dipelajari tersendiri, dengan begitu kalau semua tulisan dibaca dan dimengerti, bisa diharapkan para siding pembaca akan memiliki persepsi yang benar tentang pendidikan modern atau pendidikan abad 21.
Sekali ini, penulis akan ajak pembaca mendiskusikan bagaimana program leaderpreneurship bisa dijalankan disekolah sekolah bapak dan ibu semua. Untuk bisa menjalankan program leaderpreneurship diperlukan beberapa hal yang harus disiapkan dan dilakukan sekolah:
1.       Perubahan paradigma dan pola pikir guru.
Sebetulnya program ini bukanlah program baru, namun hanyalah pengembangan dari inquiry based-learning, problem based-learning dan project based learning. Secara terminology ketiga pendekatan pembelajaran itu sangat gampang dijelaskan, namun tidaklah mudah untuk dijalankan sebagi sebuah pola pengajaran yang baik untuk semua siswa, kalau paradigm guru tentang pendidikan dan pola pikirnya tidak dirubah. Ketiga pendekatan yang menjadi dasar munculnya leaderpreneurship program itu pelaksanaanya memerlukan pemahaman guru tentang pendidikan yang baik. Pendidikan yang bukan saja mengajarkan anak didik untuk menghapal tapi pendidikan yang memebri ruang bagi siswa untuk mengembangkan diri secara utuh, baik dari segi kognitifnya, sifat dan karakternya serta pengembangan ketrampilan hidup dan ketrampilan sosialnya. Bahkan dalam leaderpreneurship ditambah dengan ketrampilan manajerila dan entrepreneurial. 
Dalam hal ini merubah mind set dan paradigm guru dari pemhaman mereka pada pengajaran yang masih sangat tradisoonal kea rah yang modern tidaklah gampang. Bahkan lebih susah dari pada memindahkan gunung.
Program yang sudah tersusun rapi dengan konsep pendekatan dan methodology pengajaran yang sudah ditata rapi, akan balik lagi ke cara cara tradisonal dimana guru jadi presenter dan siswanya tidur kembali. Hal ini disebabkan guru yang tidak mau tahu dan tidak mau berubah. Project yang dicanangkan dalam program leaderpreneurship yang seharusnya bisa menjadi media bagi siswa untuk mengembangkan diri, engembangkan intelektualitasnya, mengembangkan kepercayaan diri, kemampuan managerial dan kemampuan entreprenerialnya, kemampuan sosial dan kemampuan inovasi dan kreatifitasnya, bisa berubah lagi balik jadi seperti pelajaran seni kriya, atau ketrampilan masak memasak, hanya karena guru yang tidak memahi bagaimana membuat proses pendidikan yang benar. Oleh karena itu perubahn paradigm dan mind set guru adalah hal yang sanagt penting dan nomer satu.
2.       Kemudahan akses ke ilmu pengetahuan atau system informasi.
Pendidikan dan pengajaran modern sudah tidak bisa lagi mengandalkan guru sebagai satu satunya sumber belajar, sumber ilmu. Lalu lalang informasi dan pengetahuan yang  begitu massif dan cepat telah terajadi akhir akhir ini sejalan dengan perkembangan dan makin murahnya tehnologi informasi. dengan tehnologi informasi yang semakin maju, sangat dimungkin gurupun akan ketinggala informasi dan bahakan kalah cepat mendapatkan informasi terbaru disbanding siswanya, oleh karena itu guru sudah tidak bisa mendominasi kelas sebagi orang yang paling “tahu” lagi. Agar proses pendidikan bisa berjalan lancar tanpa ketersendatan, adalah suatu hal yang bersifat wajib bagi sekolah untuk menyedikan akses seluas luasnya bagi siswa dan guru gurunya untuk bisa mengakses ilmu pengetahuan dan informasi lain secepat cepatnya dan sebanyak banyaknya dengan system informasi yang baik, selain sekolah harus menyediakan perpustakaan yang baik dengan koleksi buku yang lengkap.
3.       Memastiakn terciptanya jalur pendidikan yang lentur.
Terkait dengan masifnya arus informasi yang kita diskusikan diatas, kita juga harus menyadari bahwa setiap siswa adalah pribadi yang unik. Mereka memiliki sifat, kemampuan, bakat dan ketertarikan yang sama sekali tidak sama. Bahkan pada kasus dimana dua siswa punya ketertarikan pada hal yang sama pun mereka masih punya cara belajar yang berbeda. Oleh karena itu cara pengajaran dan pembelajaran yang sama bagi semua siswa seperti terjadi pada pendidikan tradisional pada umumnya tidaklah sesuai dengan kondisis dan kenyataan ini. Pendekatan yang samam bagi semua siswa hanya akan memandulkan kemampuan sebagin besar siswa di kelas. Oleh karena itu guru wajib mulai memikirkan tercipta proses pendidikan yang lentur dan flexible di dalam ruang kelasnya.  Pendekatan pendidikan yang fleksibel memungkinkan siswa untuk mengembangkan dirinya masing masing secara bersamaan. Tentu saja semua siswa wajib mencapai hasil yang ditargetkan, namun mereka bisa memilih dengan cara dan ketertarikan masing masing.
4.       Mendorong kreatifitas guru dalam mengajar
Nah untuk menjawab persoalan nomer tiga diatas, guru wajib belajar lagi memeperdalam pengetahuan tentang pendidikan dan psikologi perkembangan, sehingga guru mampu member pendekatan yang tepat untuk tiap tiap siswa yang harus diajar. Dengan pengetahaun itu guru akan makin kreatif dalam menciptakan pendekatan dan metode pengajaran, sehingga terhindar dari cara pengajaran yang monoton yang memebuat siswanya capai suntuk dan ngantuk.
5.       Mengutamakan proses dari pada hasil
Pandangan tradisioanal yang beranggapan kalau siswa bisa mencapai nilai yang bagus, apalagi mamapu menjadi juara kelas adalah siswa yang sukses, haruslah segera dibuang jauh jauh, agar siswa tidak terjebak pada perlombaan mengumpulkan nilai bagus. Pendidikan yangsesungguhnya adalah menciptakan siswa yang berkembang dengan baik dan cepat baik kemampuan intelektualitasnya, emosinya, sifat dan karakternya, kemampuan sosialnya dan kemapuan atau ketrampilan hidupnya. Hanya dengan perkembangan yang seperti itulah siswa akan mampu menghadapi masadepannya dengan cerah ceria. Semua ketrampilan yang dibutuhkan siswa itu hanya bisa dicapai dengan proses yang baik, karena dari proses itulah siswa belajar semua ketrampilan tersebut. Oleh karean itu guru wajib memperhatikan proses belajar dari siswa siswinya, jangan lagi guru hanya terfokus pada upaya mencatat dan mengumpulkan nilai evaluasi siswa siswinya.
6.       System pengajaran yang bervariasi
Mencoba mencampurkan system pengajaran dengan ceramah, pengalaman lapangan, praktek laboratorium, serta pencarian data secara off line dan online serta pelibatan orangtua dalam proses belajar sepertinya haruslah mulai diaplikasikan oleh guru untuk mendapatkan variasi pengajaran yang berbeda beda dan sesuai dengan keperluaan siswa untuk memahami  masing masing topic pembelajaran.
7.       Keterlibatan orang tua dalam proses belajar.
Seperti yang sudah saya singgung diatas bahwa orangtua sudah selayaknya dilibatkan dalam proses belajar mengajar siswa. Kita tidak bisa lagi mengandalkan sekolah untuk mendidik siswa. Siswa belajar bukan saja hanya disekolah tapi juga di keluarga dan masyarakat. Kemampuan guru untuk memantau siswa sangat terbatas oleh jam pelajaran, selebihnya adalah tugas orantua dirumah untuk mendidik sendiri anak anak mereka. Kerja sama orangtua dan guru sangat diperlukan setidaknya agar anatara guru dan orangtu seia sekata dalm semua hal yang diajarkan pada siswa. Jangan sampai disekolah siswa diajari disiplin umpanya, ehh dirumah siswa dibiarkan seenak perutnya bertindak. Disekolah siswa terpaksa mendapatkan konsekwensi dari kesalahan yang mereka perbuat, ehhhhh samapai dirumah malah mereka didukung orangtuanya dan menyalahkan gurunya. Kalau hal ini terus terjadi siswa akan kehilangan orientasi akan nilai nilai yang baik dalam masyarakat. Nantinya siswa Cuma akan berkembang jadi manusia yang mentah dan tidak berguna.
8.       System evaluasi dan penilaian yang tepat.
Untuk mendukung semua proses dan pendekatan pembelajaran yang kita diskusikan di atas, sudah selayaknya sekolah mulai menghilangkan nialai angka. Nilai angka itu hapir tidak ada artinya dan cenderung menyesatkan semua pihak. Penilaian authentic adalah pilihan yang lebih rasional untuk saat saat ini.
9.       Kemampuan merefleksi diri dan menerima masukan
Sekolah dan guru haruslah memeiliki kemampuan mengevaluasi diri. Melihat keberhasilan dan kegagalan di masa lalu untuk direfleksikan dan dijadikan referensi untuk tindakan di masa depan agar kinerja guru dan sekolah akan semakin bagus kedepannya. Oleh karena itu guru dan sekolah harus tidak alergi dengan kritik dan masukan dari luar maupun self-critics dari dalam.  Kemampuan merefleksikan diri, mengevaluasi diri dan menerima kristik juga mencerminkan kedewasaan kita sebagi guru dan atau kedewasaan sekolah sebagi sebuah organisasi.
10.   Pengumpulan best practices.
Dalam menjalankan misi pendidikan, guru pasti pernah mencoba metode, cara , dan pendekatan pengajaran yang beragam. Hal ini dimungkin bagi guru untuk mendapatkan atau menemukan sebuah cara, metode maupun pendekatan yang jitu dalm mendidik siswa siswinya. Kalau semua praktek praktek terbaik ini dikumpulkan dalm sebuah best practices bank, maka sekolah akan mempunyai referensi yang sangat banyak dan berguna untuk mengembangkan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan tuntutan jamannya.


Semoga bermanfaat bagi kita semua.

Jumat, 14 Februari 2014

Manajemen Tingkah Laku: Membangun dan Menjaga Suasana Kelas Agar Kegiatan Belajar dan Mengajar Berjalan Positif dan Efektif

Ibarat sepasang kekasih yang akan terikat pada hubngan perjodohan yang langgeng, guru dan siswa sebetulnya sudah memasang standard kwalitas yang diharapkan ada pada masing masing pihak. Kalau sepasang kekasih masing masing pihak bermimpi, berharap,  berdoa, mencari,  dan bahkan sedikit memaksakan agar mendapatkan jodoh dengan criteria tertentu, hal itu juga berlaku pada hubungan siswa dan guru. Siswa jelas punya daftar panjang criteria guru yang baik yang diharapkan akan jadi gurunya yang membimbing dalam proses belajar mengajar. Sebaliknya, dipihak guru juga terjadi pengharapan yang serupa. Guru juga sangat berharap memiliki segudang criteria yang harus dipunya siswanya dengan harapan proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan bisa berbuah sesuai dengan apa yang diimpikan yang tertulis pada tujuan belajar mengajar di RPPnya.

Namun lacur, mimpi tinggal mimpi, harapan akan tetap Cuma harapan, siswa lebih sering mendapat guru yang sama sekali tidak mirip dengan yang mereka harapakan dan gurupun sanagt jarang bertemu murid ideal seperti yang tergambar pada keinginan hatinya. Kondisi ini tentu saja sering menimbulkan kekecewaan di masing masing pihak. Kekecewaan ini sering sekali berbuntut pada rasa depresi di kedua belah pihak. Tekanan batin yang dirasakan oleh kedua belah pihak sering berbuntut pada kondisi malas belajar dan kenakalan serta keisengan siswa, pada guru juga berimbas pada rasa malas mengajar dan marah marah kalau merasa capai. Ujungnya adalah konfrontasi antara siswa dan guru dan sangat tidak sedikit yang berujung pada sedikit  bicara banyak saling tonjok antara siswa dan guru.
 Hal ini nampak jelas tergambar pada curhatan pemilik account facebook bernama senyum di grup KOMUNITAS GURU INDONESIA periode tanggal 13-14 Februari 2014 kemarin. Terkisah siswa bernama “senyum” ini saling tonjok dengan gurunya karena dendam yang sudah tertanam sejak awal masa pertemuan di kelas. Perang terbuka seperti ini tentu tidak etis kalau terjadi dilingkungan pendidikan, namun factual itu terjadi. Tulisan ini tentu bukan saya maksudkan untuk mebahas masalahnya “senyum”, apalagi untuk menghakimi siapa yang salah siapa yang benar. Bukan itu sama sekali.
Dengan tulisan ini saya berharap bisa mengajukan gagasan bagaimana agar kejadian kejadian seperti itu tidak terjadi lagi dengan mengajak siding pembaca untuk membenahi metodologi pengajarannya dengan pengaturan tingkah laku yang lebih baik sebagi bagian dari managemen kelas secara keseluruhannya.
Kalau boleh saya ambil kesimpulan, terjadinya konflik anatar siswa dan guru sebagian besar disebabkan oleh tidak efektifnya proses belajar mengajar disebabkan oleh management kelas yang amburadul sehingga atmosphere positif di ruang kelas yang biasanya ditandai dengan suasana aman dan nyaman tidak nampak sama sekali. Kalau sebuah kelas sudah tidak ada rasa aman dan nyaman baik bagi guru maupun siswanya, apalagi yang masih bisa diharapakan dari kelas tersebut?

Nah untuk menghindari punya kelas yang beraroma neraka tersebut, bapak dan ibu guru sudah selayaknya memperhatikan hal hal berikut ini, agar bapak dan ibu guru mampu membangun situasi kelas yang hangat bersahabat penuh cinta dan memberi gairah pada siswa untuk belajar dan guru untuk mengajar:


  1.           Mulailah tahun ajaran baru dengan persiapan yang matang dengan meyakinkan diri bahwa sebagai guru sudah sangat menguasai semua bahan ajar yang akan disampaikan, jangan pernah terfikir bahwa cukuplah nanti baca buku sebentar sebelum mengajar. Mendahului semalam mempelajari materi sebeleum siswanya belajar tidak menjamin guru bakal menguasai materi dengan tuntas. Hal ini bisa menyebabkan guru Nampak bodoh didepan siswanya. Mereka tidak akan mentoleriri guru yang kelihatan bodoh. Mereka akan mentertawakan dan meremehkan guru. Dan inilah awal tidak nyamannya situasi kelas baik bagi guru maupun siswanya. Selain itu persiapkan juga semua administrasi kelas baik yang berupa kurikulum, silabus, RPP, metode pengajarannya, alat peraga, alat evaluasi dst.
  2.   Pada tahap perkenalan jangan Cuma memerkenalkan orangnya, tapi yang paling penting memeperkenalkan pelajaran yang akan diajarkan semester itu beserta guna dan manfaatnya kalau menguasai materi tersebut.
  3.  ..  Kembangkan seperangkat harapan dalam bentuk aturan tertulis beserta konsekwensinya untuk kelas tersebut. Jangan lupa melibatkan seleuruh komponen kelas untuk menentukan harapan, aturan dan konsekwensi atas pelanggran aturan yang mereka buat bersama. Hal ini sangat penting bagi guru sebagi rujukan untuk membenahi tingkah laku siswanya.
  4.      .Jagalah konsistensi ucapan, tindakan dan hukuman yang diberikan pada siswa yang sesuai dengan aturan yang dibuat bersama (lihat no.3)
  5.          Guru harus memiliki kesabaran ekstra, ingat siswa yang ada memiliki kedewasaan dan kondisi kejiwaan yang berbeda beda, oleh karena itu guru wajib menyadari dan bersabar mengadapi siswa dengan karakter yang berbeda beda tersebut. Kesbaran juga berarti bawa guru wajib memiliki solusi yang beraneka ragam bagi aneka warna kejadian dan masalah yang muncul di kelas.
  6. .      Hubungan yang intens  dengan orangtua siswa sering kali menjadi jalan keluar dari permaslahan yang timbul di kelas
  7.       Guru yang banyak bicara, apalagi membicarakan diri sendiri dan kelurganya akan membuat bosan siswanya dan perlu diingat kebosanan siswa adalah induk dari seleuruh permaslahan yang terjadi di kelas, oleh karena itu gunakan waktu sebaik mungkin jangan dihabiskan untuk bicara sendiri. Ada baiknya guru membagi waktu mengajar menjadi 3 bagian atau lebih. Missal saja guru berbicra atau menerangkan Cuma mengambil sepertiga waktu dan sisanya diisi dengan metode belajar lain yang melibatkan aktifitas siswanya. Pastikan setiap pergantian periode belajar itu berjalan halus dan tidak disadari oleh siswa.
  8. .      Pastikan semua siswa terlibat secara aktif dalam belajar, missal salah satu siswa presentasi ajaklah semua siswa terlibat dalam memberikan evaluasi, sehingga tidak ada siswa yang nganggur. Siswa nganggur adalah sumber masalah dalam kelas.
  9. .      Guru tidak boleh asyik sendiri. Pastikan selalu mengawasi semua siswa seluruhnya mulai dari awal sampai selesainya pelajaran. Jangan pernah membiarkan ada satu siswapun yang tidak terawasi selama pelajaran. Siswa yang lepas dari pengawasan adalah sumber masalah dalam kelas. Oleh karena itu jangan pernah ada guru berbicara terlalu lama dengan salah satu siswanya.
  10. .  .     Guru harus punya juga sense of humor, tapi jangan pernah becanda dengan hal yang berbau porno, tak satupun siswa menghormati guru yang porno. Dan itu akan jadi masalah bagi guru dan kelasnya.
  11. .  .      Jaga kedisiplinan dan jangan pernah mengabsen siswanya sat si siwa sedang mengerjakan sesuatu.
  12. .  .   Bagikan senyum, penghormatan dan pujian pada kebaikan dan prestasi yang ditunjukan siswa pada anda sebagi guru.

Semoga berguna.

Rabu, 08 Januari 2014

Cara Menasihati Siswa Nakal bin Bandel Bin Badung Yang sesuai Dengan Leaderpreneurship Program



Banyak guru yang pernah penulis temui yang mengeluhkan tingkah laku siswanya dan tidak tahu bagaiaman cara berkomunikasi, mengajarkan tingkah laku yang baik pada mereka. Murid murid ini sepertinya tidak mau mendengarkan nasihat sama sekali ibaratnya nasihat itu Cuma masuk telinga kanan dan keluar lagi dari telinga kiri. Mereka tetap saja berkelakuan yang sama, tidak peduli pada guru, tidak peduli pada orang lain bahakan sepertinya mereka juga tidak terlalu mau tahu tentang diri dan masa depannya. Kondisi ini sering membuat guru gondok, sakit hati dan putus asa yang diakhiri dengan sikap apatis, bodo amat akan kondisi siswa dan masadepan mereka. “Amat aja kagak bodo” kata bapak dan ibu guru kita.
Salah satu kelemahan apa yang dilakukan kebnyakan bapak dan ibu guru kita adalah fakta bahwa mereka hanya memberikan informasi pada siswa siswinya. Tiap hari siswa siswi ini dikasih ceramah yang sama tentang pentingya belajar, pentingnya berbuat baik baik, pentingnya sopan santun, pentingnya memeperhatikan perintah guru dan peraturan sekolah yang lain. Pada kenyataannya sisw siswi kita ini sudah tahu dan bahkan sudah hafal akan itu semua karena mereka tipa hari mendengarkan nasihat nasihat itu dari semua gurunya. Jadi untuk apa kita ulang lagi nasihat itu? Bukannya itu buang bauang tenaga dan waktu secara mubadzir? ‘loh, tapikan mereka masih badung juga. Dinasihati saja merka kurang ajar bagaimana kalau tidak?” iya itu juga sudah betul. Namun seperti yang penulis sebutkan diatas, mereka sudah hafal sudah mengerti. Kalau nasihat yang diberikan selama ini tidak mempan berarti ada yang salah atau ada yang kurang dari nasihat nasihat itu. Terus apa dong yang kurang?
Nah mari kita perhatikan apa yang dikatakan Mehmed C. Os. MD dan Michael F. Roizen MD. Mereka mengatakan bahwa benar nasihat nasihat dan perktaan kita itu mengandung  informasi penting. Namun itu tidak cukup. Karena informasi yang kering tidak akan bermakna dan tidak akan ngepek ke anak anak kita. Agar kata kata kita itu bermakna maka kita harus menambahkan perasaan saat kita menyampaikan. Pendek kata perkataan itu mengandung informasi tapi perasaanlah yang membuatnya jadi bermakna dan berarti.  Itulah rahasia bagaimana menyampaikan nasihat yang bermakna dan berarti yang dilakukan oleh orang orang tua yang cerdas. Sudahkah pak dan ibu guru melakukannya?
Lebih jauh kedua ahli yang saya sebutkan namanya diatas memberikan tips bagaiana cara menyertakan perasaan pada nasihat nasihat kita pada anak anak dan siswa siswa kita, agar apa yang kita katakana bisa berarti dan bermakna dan akhirnya bisa memepengaruhi pola tingkah laku mereka. Silahkan simak tips mereka dibawah ini;

1.       Kontak mata. Pada saat bicara pastikan terjadi kontak mata antara anda dengan siswa siswi anda. Kontak mata akan membuat proses penyampaian informasi terasa hangat, serius, menunjukkan kepedulian dan kasih saying dan kepercayaan diri yang kuat dari pembicara. Hal ini membuat si pendengar jadi merasa tenang relax, aman namun merasa sanagt perlu memahami apa yang akan disampaikan.

2.     Expresi wajah. Ekpresikan keseriusan tapi jangan tampakan sedikitpun ada kemarahan diwajah anda. Justru sebaliknya tampakan bahwa anda bersahabat, perhatian, jangan lupa sunggingkan senyuman pada waktu dan kondisi yang tepat. Semua itu akan menyiratkan keramahan, kebahagiaan, dan dan kedekatan anatara anda dan anak atau siswa anda. Ini akan membuat anak anak merasa wajib mendengarkan dan mencerna nasihat yang diberikan, karena mereka takut kehilangan rasa dekat dan perhatian anda.

3.       Isyarat gerak. Gerak tangan, anggukan kepala, kial tubuh yang lain bisa membantu betapa seriusnya anda dalam memeberikan nasihat, dan betapa berharganya nasihat yang anda berikan, dan ini akan memebrikan penguatan yang positif pada anak dananakpun merasa benar diperhatikan dan didengarkan saat mereka berbicara.

4.       Postur dan orientasi tubuh. Cara anda berjalan, berbicaara, berdiri dan duduk itu menambah makan dari apa yang anda katakana. Missal saja saat anda duduk dengan sedikit tegak tapi tidak kaku dan sedikit mencondongkan tubuh kedepan sambil muka ditekuk sedikit kesamping dan mata melihat langsung ke anak yang diajak bicara akan menunjukan kondisi bahwa anda saying, ramah dan mau menerima anak tersebut. Sehingga si anak tidak akan mengeluarkan pikiran curiga pada anda.  Dengan tidak adanya rasa curiga dipikiran anak, maka nasihat anda akan lebih cepat dicerna bukan?

5.    Nada suara. Memeberi nasihat dengan suara daatar, apalgi dengan intonasi yg tinggi tentu sangat memuakkan. Oleh karena itu pilihlah intonasi dan nada yang tepat saat memebri nasihat pada anak dan siswa anda.

Begitulah nasihat yang bisa kita mabil dari kedua ahli diatas. Dan ada baiknya kalau kita tambah dengan tips yang ke 6;

6.       Berilah contoh pada mereka, contoh akan lebih bermakna dari pada nasihat. Anak anak tidak berbuat berdasarkan nasihat tapi berdasarkan apa yang bisa dicontoh dari orang dewasa.

Semoga berguna….



MEMPERSIAPKAN ANAK BERMENTAL LEADERPRENEURSHIP DENGAN MEMPERHATIKAN PERKEMBANGAN OTAKNYA

Adalah sangat penting mempunyai anak, siswa, atau generasi penerus yang superior sehingga yakin mampu menghadapi masa depan mereka sendiri. Mereka bisa berperan di jaman mereka , mampu menaklukkan tantangan yang muncul dijaman mereka. Untuk membuat anak dan siswa siswi kita mampu mengembangkan diri dan mempunyai kemampuan menghadang permasalahan hidup mereka sendiri di masa depan serta keluar jadi pemenang, sudah tiga tahun ini penulis tawarkan program leaderpreneurship untuk dijarkan pada generasi muda di Negara ini. Program ini menawarkan pengembangan diri bagi anak anak didik kita untuk mampu menghadang kerasnya persaingan di masadepan dengan kemampuan adaptasi yag tinggi terhadap perubahan jaman, kemampuan inovasi dan kreatifitas yang tinggi serta kemampuan memecahkan masalah yang superior, sehingga anak anak kita itu akan amampu membuat dirinya jadi pemenang dan bukan pecundang.


Pertanyaannya, sejak kapankah kita harus mulai mencetak anak anak kita ini bermental dan berkarakter leaderpreneorship? Ternyta kita bisa menciptakan anak anak superior ini sejak anak ini dilahirkan, yaitu dengan memperhatikan perkembangan diri dan perkembangan otaknya sejak dini.

Perkembangan Otak

Seperti yang kita pahami selama selama ini bahwa kita berfikir dengan otak, dan itu artinya semua kemampuan kita akan berasal dari otak. Dengan demikian tidaklah mengada ada kalau langkah pertama menciptakan generasi superior haruslah dengan meningkatkan kemampuan otaknya. Untuk bisa meningkatkan kemampuan otak kita dan otak anak anak kita, sudah selayaknya yang pertama kali kita harus lakukan adalah mengenali otak kita dan bagaiamana bekerjanya, agar mudah bagi kita untuk berusaha mengembangkannya.
Menurut para ahli, seluruh proses berfikir dan proses belajar manusia dimulai dari pengunaan sel saraf otak yang disebut neuron. Neuron inilah yang membawa informasi informasi dari satu bagian otak yang satu ke bagian otak yang lain, maupun dari satu bagian tubuh kita ke otak dan sebaliknya. Informasi informasi yang dibawa neuron neuron itulah yang memungkinkan kita bisa berfikir dengan baik dan benar.
Sel sel saraf ini ternyata sudah dibentuk dalam kepala kita sejak kita dalam kandungan di 30 hari pertama ibu kita hamil. Neuron neuron itu berkembang sejak saat itu dengan kecepatan pembentukan 250.000 neuron atau sel saraf per menit dan akan menghasilkan kurang lebih 100 milyar sel saraf otak alias neuron saat kita pertama sekali menghirup udara di muka bumi ini.
Bentuk bentuk sel saraf ini seperti pohon yang memepunyai akar dan dahan. Akar akar sel saraf itu disebut dendrite yang mempunyai tugas mengumpulkan informasi atau rangsangan dari tubuh, maka akar akar sel saraf ini akan terhubung dengan otot otot, kelenjar dan organ tubuh yang lain untuk menangkap sinyal yang akan diolah di dalam otak kita. Informasi dan sinyal yang ditangkap dendrite akan dikirim melalui batang sel saraf yang disebut akson ke cabang cabang sel saraf kita. Dari cabang cabang sel saraf ini informasi tadi diteruskan ke sel saraf sel saraf yang lain, seperti sales MLM.
Namun satu hal yang perlu dicatat, cabang dari sel saraf kita tidak terhubung sama sekali dengan akar sel saraf yang lain, oleh karena itu untuk bisa disalurkan informasi informasi itu dari satu sel saraf ke sel saraf yang lain, informasi itu harus melompat melalui celah diantara satu sel saraf dengan sel saraf yang lain. Celah antar sel  inilah yang oleh para ahli disebut sebagi sinapsis. Informasi informasi ini pindah dari satu sel saraf ke sel saraf yang lain dengan meloncat melalui sebuah penghantar pesan kimia yang disebut neurotransmitter. Sinapsis sinapsis yang jadi bagian penting untuk transmisi informasi dan kemampuan berfikir ini akan dimiliki secara penuh untuk keperluan berfikir, berbuat, bertindaak apa saja untuk sepanjang hidup kita pada sat kita berumur satu tahun. Namun sayangnya sinapsis sinapsis ini akan mulai menghilang dan berkurang terus sejak umur tiga tahun. Apa yang membuat sinapsis sinapsis ini menghilang? Ternyta karean tidak digunakan. Artinya semua manusia itu terlahir pintar, kalau pada masa dewasanya anda bodoh berarti waktu kecil anda membiarkan banyak sinapsis anda hilang tak digunakan.

Bagaimana mengembangkan diri yang benar?

Sebetulnya uraian diatas sudah sangat jelas. Bahwa sinapsis sinapsis kita akan menghilang kalau tidak kita gunakan. Semakin banyak sinapsis yang hilang tentu akan semakin banyak kemampuan dan ketrapilan kita yang hilang. Agar ini tidak terjadi, yang harus kita lakukan adalah membiasakan kita sendiri, anak anak kita untuk menggunakan sinapsis itu dengan maksimal.  Sinapsis sinapsis ini akan semakin kuat dan menebal kalau kita mengulang ulang apa yag kita lakukan. Missal saja waktu masih kecil kita berlatih badminton, maka informasi tentang gerakan gerakan yang diperlukan untuk bermain badminton itu akan makin membentuk sinapsis yang makin kuat dan makin banyak, dan oleh karena itu kemampuan badminton mereka akan semakin baik. Itu terjadi kalau orang ini rajin berlatih badminton, tetapi kalau orang ini berhenti latihan maka sinapsis sinapsi tentang gerakan badminton ini akan sedikit demi sdikit mati dan menghilang lagi. Begitu juga dengan kemapuan berfikir, semakin kita sering belajar dan berfikir maka otak akan semain banyak menyediakan sinapsis untuk keperluan itu. Karakter kitapun akan ditentukan seberapa banyak jenis sinapasis yang kita bangun. Kalau kita membiasakan berlaku sopan santun, maka otak kita akan menyediakan sinasis kuat dan banyak bagi tingkah laku sopan santun kita, dan sebagainya. Begitulah kira kira cara bekerjanya otak dan sinapsisnya dalam mendukung kemampuan berfikir dan ketrampilan kita. Dan itu artinya kita bisa memebentuk dan membangun anak anak kita , siswa siswa kita untuk jadi seperti apa, yaitu dengan cara memperkuat dan memeprbanyak penggunaan sinapsis sinapsis yang tersedia di dalam otak kita.

Dengan demikian jelaslah bagi kita,  kalau kita menginginkan anak kita dan siswa siswa kita memiliki karakter leadership dan kemampuan entrepreneurship yang baik, maka kita harus mendidiknya agar melakukan dan mengerti sikap sikap yang tepat untuk jadi pemimpin dan wirausahawan. Kemudian kita wajib  mengulang ulang didikan kita itu agar menjadi kebiasaan yang dilakuakn setiap hari, sehingga sinapsis leaderpreneurship itu makin kuat dan makin menebal di dalam otak anak anak dan siswa siswa kita. Semoga berguna. 

Rabu, 11 Desember 2013

Pengajaran Bahasa Inggris: Bisakah orang yang tidak bisa berenang mengajar berenang?

Sudah beberapa bulan ternyata saya tak menambah tulisan baru pada blog ini, sidang pembaca setiap hari cuma saya sugguhi tulisan lama saja, untuk itu saya selaku penulis blog ini mohon dimaafkan sebesar besarnya.
Saat ini saya berniat untuk menulis lagi untuk siding pembaca yg sudi bertamu diblog sederhana ini. Untuk memulai menulis saya tidak bermaksud untuk menulis hal hal yg spektakuler atau hal hal yang besar, rumit dan perlu pemikiran berat, topic ringan saya kira cukup baik untuk memulai budaya menulis lagi. Saat ini tepatnya saya hanya ingin curhat ketimbang ingin menulis artikel. Dengan harapan walaupun ini cuma sekedar curhatan tapi saya berharap semoga jadi pemikiran kita bersama, orang orang yg memeprhatikan dan terlibat dalam proses pendidikan di tanah air kita.
Pada beberapa waktu yang lalu saya sudah sampaikan bahwa sekolah sekolah di Indonesia masih sering menempatkan orang yang salah sebagai guru Bahasa Inggris. Kesalahan memilih guru ini menjadikan jarang ada sekolah yang memiliki guru bahasa Inggris yang kompetensinya cukup sebagai seorang pendidik.  Hal ini bisa kita ketahui dari penelitian  Chodidjah (2000),pelatih dari British Council yang melaporkan bahwa dari hasil penelitiannya di dapati bahwa di daerah DKI hanya 20% guru Bahasa Inggris yang benar-benar layak sebagai guru. Hal ini sudah saya sampaikan di tulisan saya diblog ini dengan judul Menyoal Ketidaktepatan Manajemen Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Kita. Di artikel ini sudah saya sampaikan bahwa kesalahn penulisan guru yg berkualifikasi rendah akan berakibat pada tidak tuntasnya tujuan pendidikan dan itu artinya akan memperbesar prosentasi kegagalan pendidikan dan pengajaran kita.
Terkait dengan hal ini, saya jadi teringat ucapan Pak Jaitun HS, pemilik dan pendiri Universitas Budi luhur, Jakarta. Pada sat itu beliau bertanya apakah mungkin orang yang tidak bisa renang mengajar renang. Pertanyaan ini ditujukan pada para dosennya dilingkungan Universitas Budi Luhur agar mau meningkatkan qualitas diri. Pertanyaan itu sederhana memang, tapi mak jleb nusuk ke hati bagi yg tidak berkualitas tapi jadi pengajar. Dan bagi kita pengguna hasil pendidikan, orangtua siswa tentu juga akan tersadar bahwa sangat penting untuk mencari guru yang berkualitas bagi anak anaknya untuk mendapatkan keyakinan bahwa si ank akan mendapatkan pendidikan yg tepat.
Nah hari ini saya mendapatkan bukti dari apa yang dikatakan kedua tokoh di atas. Saya sebagai orangtua sangat terperanjat mendapati ada soal ujian bahasa inggris yang dikeluarkan sebuah UPTD penuh dengan kesalahan. Dari sekitar 35 soal ujian ada puluhan kesalahan yang dibuat. Saya sangat yakin kalau soal soal ujian bahasa inggris ini bukan saja dibuat oleh satu orang guru bahasa inggris, tapi sudah pasti dibuat oleh sekumpulan guru bahasa inggris satu kecamatan. Setelah soal jadipun pasti sudah direvisi oleh coordinator pembuatan soal UPTD atau orang yg sederjat dengan itu, namun kenapa kesalahan masih sangat banyak kita temui di soal ujian tersebut. Bukan bermaksud sok tahu, sok hebat, pamer kebisaan. Namun kesalhan soal bisa membawa keslahan pada pengisian soal. Siswa yang seharusnya pintar bisa malah jadi salah mengerjakan. Atau ada beda persepsi antar siswa dan guru yang mengkoreksi sehingga yang seharsunya jawabnasiswa juga benar jadi disalahkan. Kesalhan kesalhan seperti ini akan membawa dapak tidak baik bagi siswa. Selain dampak psikologis juga berdampak makin tidak pahamnya siswa terhadap pelajarn bahasa inggris itu sendiri. Persis seperti kata Pak Jaitun bagaimana orang tidak bisa berenang diharapakan jadi guru renang, bukannya muridnya jadi juara renang tapi malah keblebeg dan mati.
Biar saya tidak dibilang mengada ada saya coba berikan contoh beberapa keslahan yang ada seperti di foto foto dibawah ini;

coba kita perhatikan dari bacaan dalam bahasa inggris di atas. kesalahan yang paling mudah ditunjuk adalah kalimat ke empat dari paragrap ke dua. kalimat itu seharusnya she is explaining about... karna kalimat itu dalam bentuk present continuous tense, tapi faktanya di bacaan itu kaliamat itu ditulis she explaining... belum kesalhan diksi atau pemilihan kata dalam kalimat seperti kata "studies" di kalimat  kedua, paragrap pertama, yang akan lebih baik kalau kita katakan 'she goes to an elementary school". juga kata 'learning" pada kalimat pertama paragrap kedua yang sepertinya akan lebih enak kalau diganti dengan 'studying". lihat juga pertanyaan pertama 'what is dina?" sejak kapan ada manusia ditanyakan dengan kata "what"? bagaimana dengan pertanyaan ke 4? ada dua "is" dalam pertanyaan tersebut. sedang bentuk present continuous yang seharusnya digambarkan dengan menambah akhiran -ing pada kata kerjanya tidak dilakukan. pertanyaan itu seharusnya "what is she explaining about?' dan tentu bukan "what is she explain is about?" seperti soal diatas bukan?

lihat pertanyaan nomer delapan untuk gambar kedua ini. soal ini sama sekali tidak ada jawabannya. kalimat itu membutuhkan kata kerja untuk melengkapinya, tapi pilihannya semua kata benda. baru sampai soal nomer 8 saja keslahan sudah segitu banyak. bisa dibayangkan berapa banyak kesalahan kalau kita lihat sampai soal no.35? dan memang kesalahan betebaran dalam soal yang dikeluarkan sebuah UPTD di Kota dekat Jakarta ini, cuma akan terlalu banyak kalau saya foto satu persatu bukan?

Kenyataan ini menurut saya sangat tragis; bagaimana orang orang yang tidak paham bahasa inggris harus mengajar bahasa inggris dan membuat soal ujian untuk menentukan kemampuan siswa dalam berbahasa inggris? Pendidikan yang model seperti apakah yang sebetulnya kita rancang dan kita berikan pada anak anak kita ini? Semoga hal ini cepat jadi perhatian pemerintah agar siswa mendapat pendidikan bahasa inggris yang baik serta ke adilan dalam penilaian kemampuan mereka berbahasa inggris. Jangan sampai ada anak yg pintar ternilai buruk gara gara soalnya yg salah dan guru yang mengkoreksi hasil ujiannya tidak punya kemampuan di bidang ajarnya.


Senin, 13 Mei 2013

PERLUNYA MENDIDIK ORANGTUA SISWA.



Judul tulisan saya ini mungkin sedikit terasa provokatif, saya merasa bahwa sudah saatnya gagasan ini saya lempar untuk saya sharing-kan pada siding pembaca semuanya. Di muka bumi ini sepertinya tak ada satu orangtuapun yang tidak ingin melihat anaknya sukses. Terkait dengan pendidikan tentu tak ada satu orangtuapun yang menginginkan anaknya gagal dalam belajar untuk memperoleh pendidikan yang baik. Mereka rela banting tulang ibarat kaki dipakai kepala dan kepala dipakai kaki agar mampu membiayai sekolah anak anaknya.
Begitu juga guru, sebagai orang tua kedua, tak satupun guru dimuka bumi ini yang menginginkan siswa siswinya gagal belajar, baik belajar ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi masa depan siswa siswa tersebut maupun belajar sopan santun, etika dan tingkah laku yang baik sehingga siswa siswa itu berhasil jadi manusia yang matang dan Nampak beradap.  Dari paparan saya ini sebetulnya tak terbantahkan lagi bahwa kedua belah pihak orangtua siswa ini (baik orangtua asli yang dirumah, maupn orangtua disekolah, guru) mempunyai tujuan mulia yang sama, menjadikan anak anak mereka manusia yang terdidik dan terpelajar.  Secara teoritis dua orang atau dua kelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama seharusnya dengan gampang dipersatukan untuk bahu membahu bekerjasama menggapai tujuan bersama.
Namun anehnya hal itu tidak berlaku di dunia pendidikan. Walau orangtua dan guru mempunya visi, misi dan tujuan yang sama terhadap anak anak mereka. Dua kelompok orangtua siswa ini sulit sekali dipersatukan. Di seluruh dunia, terlebih lebih di Indonesia, sekolah selalu punyaa keluhan dan kesulitan mengumpulkan orangtua untuk memebicarakan soal pendidikan anak anak mereka. Orangtua sebagian besar akan menghindari dan menolak dating kalau sekolah mengundang mereka dalam rapat orangtua siswa, rapat undangan pembentukan komite, seminar pendidikan dan ahkan banyak orangtua yang menolak atau tidak mau datng untuk ambil raport/ laporan hasil belajar anaknya di sekolah. Orangtua jaman sekarang akan ke sekolah hanya kalau anaknya laporan kalau mereka ‘dizolimi” atau tidak mendapat perlakuan yang baik dari teman, guru, atau karyawan atau civitas akademika lain disekolah. Orangtua akan enteng melangkahkan kaki ke sekolah hanya kalau ingin marah, ngomelin guru atau kepala sekolah.  Seperti yang saya tulis diatas, kalau ada urusan penting tentang pendidikan, rapat, seminar, konferensi dengan siswa, pameran karya siswa, assembly dan yang lainnya, mereka enggan untuk pergi ke sekolah.
Tentu tidak semua guru atau sekolah menyerah akan kondisi seperti ini.  Buku harian siswa atau ada yang menyebut buku jurnal siswa adalah contoh kreatifitas sekolah untuk melibatkan orangtua dalam pendidikan. Buku macam ini muncul tentunya dikarenakan sulitnya engundang orangtua ke sekolah. Ada juga sekolah yang bermodal cukup sampai mebuat newsletter, atau majalah sekolah tujuannya sama untuk menyampaikan pesan kemajuan pendidikan dan melibatkan orang tua dalam upaya pendidikan anak anak mereka. Namun saying disayang kedua benda hasil kreatifitas sekolah itupun jangankn dibaca disentuh oleh orangtua juga tidak. Bahkan surat undangn rapat yang dititip ke siswa banyak yang tidak diperhatikan oleh orangtua atau wali siswa.  Tentu hal ini tidak sesuai dengan harapan mereka bahwa anaknya harus sukses dibangku sekolah. Inilah anomaly pendidikan kita. Aneh bukan?
Banyak factor yang menyebabkan orangtua tidak terlalu hirau akan ajakan sekolah memikirkan pendidikan anaknya ini; factor factor seperti latar belaakang pendidikan orangtua, kesibukan oratua dengan pekerjaaanya, anggapan bahwa orangtua itu cukup mengeluarkan uang dan pendidikan adalh urusan sekolah, kemampuan sekolah mengkomunikasikan tujuan pendidikan sekolah sampai ketakutan orangtua ditagih uang SPP yang belum dibayarkan. Apapun alasan ketidakpedulian orangtua akan undangan sekolah untuk membicarakan ttg pendidikan  anaknya ataupun menunjukkan hasil belajar anak dan siswa mereka, tentu tidak boleh dibiarkan berlarut larut karena hal ini akan memperlemah strategi pendidikan yang digelar sekolah, memperlebar kesenjangan persepsi orangtua dan sekolah akan tujuan dan keberhasilan pendidikan bagi anak anak mereka, menjadikan sekolah tumpuan kesalahan dan kegagalan pendidikan, menjadikan guru dan kepala sekolah tempat menumpahkan amarah orangtua yang anak anaknya gagal terdidik dengan baik, dan ujung akhirnya semua itu akan memperlemah daya sekolah menggapai tujuan luhur pendidikan bagi semua siswanya.
Sekilas terpikir oleh penulis ternyata kita masih perlu mendidik orangtua siswa. Menambah wawasan orangtua akan arti penting, proses  serta arti penting peran orangtua dalam pendidikan sangat perlu dilakukan agar tumbuh kesadaran dan  makin besarnya peran orangtua dalam proses pendidikan. Kalau kesadaran dan peran orangtua dalam pendidikan bisa bertumbuh dan berkembang, maka bisa diharapkan pendidikan bagi putra putrid bangsa ini bisa makin sempurna karena siswa benar benar bisa mengalami belajar di semua lini pendidikan; seperti yang kita yakini bahwa pembelajaran itu terjadi di tiga tempat; di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Proses belajar siswa di ketiga tempat ini benar benar bisa efektif terlaksana kalau kesadaran masyarakat (orangtua siswa) benar benar telah terbagun sempurna.
Kementrian pendidikan yang memegang 20% anggaran Negara untuk pendidikan, mungkin satu satunya institusi yang mampu merancang dan melaksanakan pendidikan bagi orangtua ini. Semoga berguna.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...