Rabu, 07 Juni 2023

Hindari Perdebatan Dengan Siswa


 

Guru berhadapan dengan siswa yang badung, yang tidak menurut dengan perintah guru, tidak mengindahkan peraturan sekolah adalah biasa. Itu adalah bagian dari takdir seorang guru. Itu juga adalah salah satu tugas guru untuk menjadikan siswa yang tidak bisa diatur menjadi siswa yang patuh dengan segala macam aturan, siswa yang tak mau mengikuti hidup disiplin menjadi siswa yang menjunjung tinggi kedisiplinan. Oleh karena menghadapi siswa yang seperti itu adalah bagian dari tugas dan takdir seorang guru, maka guru tak boleh terpengaruh secara emosional dan lepas kendali saat berhadapan siswa yang kurang tahu cara bertingkah laku yang baik dan kurang paham arti penting disiplin bagi hidupnya. Sekali lagi, penulis tegaskan guru tak boleh emosional, marah kepada siswa sampai kehilangan kendali diri dan apalagi sampai terlibat adu argumentasi dan bertengkar dengan siswa.
Adu argumentasi atau bertengkar dengan siswa pada hakikatnya adalah perebutan kekuasaan dan saling tunjuk siapa yang lebih kuasa dan lebih besar di kelas itu. Sebagai guru, anda sudah menjadi pemegang otoritas ruang kelas, jadi untuk apa anda berebut kuasa lagi dengan siswa? Ruang kelas di mana anda mengajar Anda lah penguasanya. Jadi untuk memperebutkannya lagi? Jelas sekali bahwa Anda tidak perlu berdebat dengan siswa, tidak ada gunanya. Jangan pernah berdebat dengan siswa terlepas dari apa pun yang mungkin mereka katakan dan lakukan. Konfrontasi ini tidak ada gunanya, sia-sia, dan malah akan membuat Anda tampak tidak profesional sebagai seorang pendidik. Selain perdebatan Anda akan menghancurkan minat belajar seluruh siswa di dalam kelas, juga menghancurkan motivasi Anda untuk mengajar.
Perdebatan Anda dengan siswa akan menjadi perbincangan di sekolah untuk beberapa hari. Siswa yang Anda ajak berdebat dan bertengkar mendapatkan publikasinya. Mereka akan senang karena mereka jadi topik pembicaraan di mana mana. Mereka merasa mendapatkan perhatian dari semua orang. Mereka merasa dipuji semua orang sebagai orang yang berani dan jago karena berani dengan Anda.
Tapi bagaimana nasib Anda sebagai guru setelah perdebatan? Mengenaskan. Anda akan merasa sedikit tidak nyaman di sekolah, baik saat ketemu sesama guru maupun saat ketemu dengan para siswa. Belum lagi kalau ketemu atasan, Anda akan bertanya tanya bagaimana tanggapan atasan Anda dan sikap seperti apa yang akan mereka berikan terhadap Anda. Anda akan terbayang bahwa atasan Anda tidak menyukai sikap Anda dan nasib Anda akan terancam. Oleh karena itu, sudahlah bersabar dan jangan pernah terlibat adu argumentasi dengan siswa. Siswa nakal ada caranya, ada strateginya untuk menghadapinya. Banyaklah belajar....
 

Minggu, 04 Juni 2023

Hal Hal Yang Harus Jadi Perhatian Guru Saat Memberi Arahan, Peringatan Maupun Nasihat Pada Siswa

 


Pada siswa yang kurang disiplin dan suka melanggar peraturan, memang guru dituntut untuk bisa memberi arahan yang baik. Ada kalanya karena terdorong emosi dan rasa marah, guru memberi arahan dengan bentakan, ancaman, bahkan caci maki yang tidak perlu. Arahan yang diserati omelan, hardikan, ancaman ataupun pelecehan terhadap siswa tentu saja bukanlah cara pemberian arahan yang baik. Pemberian arahan dan nasihat yang disertai penghinaan dan ancaman tidak akan menyadarkan siswa, tapi justru akan menyinggung harga diri siswa. Hal ini justru yang akhirnya mendorong siswa untuk mempertahankan egonya, melawan dan tidak akan bisa dikendalikan oleh gurunya. Siswa yang dalam kondisi seperti ini tak akan bisa disuruh tenang. Sebaliknya siswa malah memulai memberontak dan melawan.

Oleh karena itu pengarahan pada siswa haruslah tetap mengedepankan cara cara yang baik, pilihan kata yang baik dan sikap yang baik.  Memberikan arahan pada siswa yang tepat bisa dilakukan dengan mengangkat kepentingan siswa itu sendiri. Katakan pada siswa berperilaku tertin dan rajin belajar adalah hal penting untuk masa depan dia sendiri. Misalnya, “ Andi, coba kamu perhatikan penjelasan ibu. Ini penting loh buat kamu agar bisa lolos seleksi perguruan tinggi negeri”, atau “ Arif, katanya kamu ingin jadi wartawan? Perhatikan dong pelajaran ibu, wartawan perlu sekali memahami budaya budaya daerah seperti yang ibu terangkan ini”. Untuk siswa yang lumayan aktif dan tak bisa diam, biasanya membutuhkan pengarahan dan peringatan yang lebih sering. Siswa yang seperti ini biasanya juga tak cukup hanya sekedar diberi pengarahan secara verbal saja, namun guru harus mengambil langkah langkah yang lebih dalam misalnya dengan  menatap mata siswa, memanggilnya dengan nama, pengarahan dalam jarak dekat, dan menggunakan isyarat verbal dan non-verbal yang diperlukan.

Untuk kasus yang lebih ekstrim, dalam pemberian pengarahan dan peringatan terhadap siswa yang tidak disiplin dan melanggar aturan kelas, guru bahkan tidak cukup hanya dengan meminta siswa untuk memperhatikan pelajaran atau untuk tetap tenang agar tidak mengganggu proses belajar, tapi guru bahkan harus menjelaskan secara lebih khusus apa yang harus dilakukan siswa tersebut. Sebagai contoh, “ Alex, kamu duduk yang tenang di sini dan mencatat rumus rumus yang sudah saya tuliskan di papan tulis itu secepatnya sebelum saya hapus”. Contoh yang lain, misalnya. “  Hari, kamu duduk, tidak boleh lagi ganggu Rudi atau siswa yang lain yang sedang mengerjakan tugas, kamu sendiri harus kerjakan 5 soal yang ada dipapan tulis itu dalam waktu 15 menit”.

 

Benarkah Ada Siswa Yang Kesulitan Dalam Belajar?

 

Masih terkait dengan postingan atau tulisan saya sebelumnya, bahwa ketika  siswa kesulitan belajar dengan cara pengajaran seorang guru, maka yang harus dilakukan adalah guru harus mengajar yang disesuaikan dengan cara belajar siswanya. Dengan cara demikian maka siswa akan mudah diajari dan mudah menerima pelajarannya. Kondisi ini sudah selayaknya mampu menggugah kesadaran kita para guru semua bahwa bukan hanya guru yang punya banyak metode pengajaran, tetapi siswa juga punya banyak metode belajar. Bukankah munculnya begitu banyak metode  mengajar itu disebabkan oleh banyaknya metode siswa belajar?

Tak bisa dipungkiri memang bahwa ada beragam cara manusia bisa belajar. Sebelum orang ramai membicarakan gaya belajar VAK (visual, Auditori, Kinesteteik), Guru seluruh dunia sudah menyadari adanya banayak ragam cara belajar yang dilakukan siswa. Ada siswa yang dengan mengamati langsung, dan dengan pengamatan itu dia akan memahami sesuatu. Ada siswa yang cukup diterangkan padanya dan dia akan mengerti.  Ada juga sebagian siswa yang cukup dengan dikasih waktu untuk membaca dan dia akan paham. Sebagian lain ada yang harus mengalami langsung, ada yang cukup mempraktikkan dalam situasi buatan, ada yang harus diterangkan oleh teman akrabnya baru mengerti dan masih banyak lagi cara orang untuk belajar yang pernah dipraktikkan siswa kita dan berhasil. Sekolah pun tak kalah sigap sejak jaman kuda gigit besi, sekolah sekolah kita sudah mencoba mengakomodasi semua cara dan gaya belajar siswa kita itu. Itulah kenapa kita temukan di sekolah sekolah kita perpustakaan dengan buku bukunya, peralatan audiovisual, alat tulis, ruang kelas, laboratorium, ada taman kecil untuk tanaman obat, segala macam alat peraga dan lain lain. Selain itu  disediakan pula program praktik lapangan, field trip, assembly, study tour, magang dst. semua adalah cara sekolah untuk mengakomodasi semua gaya belajar yang dimiliki siswa.

Dengan demikian, sebetulnya guru sudah memiliki segala macam hal yang diperlukan dalam pengajaran. Tinggal bagaimana caranya guru mendapatkan metode yang tepat untuk mengajar siswanya. Banyak belajar, banyak baca, banyak berbagi pengalaman dengan guru lain, dan mengumpulkan semua best practices dalam pengajaran adalah kunci suksesnya seorang guru untuk mendapatkan metode pengajaran yang tepat bagi siswanya. Sekali lagi, kalau siswa tidak bisa belajar dengan cara mengajarnya guru, maka guru harus mengajar sesuai dengan cara siswa belajar. Seorang guru wajib bisa mewujudkan jargon ini dalam kenyataan, sebab sesungguhnya tidak ada siswa yang tidak bisa belajar, yang ada adalah guru yang tak bisa mengajar. Tapi tentu guru itu bukan Anda, karena Anda adalah guru yang rajin belajar dan mau selalu mengembangkan diri untuk menghadapi segala macam tantangan dalam tugas Anda...

 

Jumat, 02 Juni 2023

Mengeluhkan Siswa Yang Susah Diajari Bukanlah Solusi Pendidikan, Jangan Dibiasakan

 

Bila sedang berbincang bincang dengan rekan guru di kantor, sering kita mendengar keluhan teman guru tentang satu atau dua siswanya yang susah sekali belajar dan diajar. Hal ini tidak terjadi hanya pada satu atau dua guru, tapi hampir semua guru punya kebiasaan atau setidaknya pernah mengeluhkan siswanya yang sulit mengerti, sulit paham ilmu yang diajarkan guru pada mereka. Biasanya keluhan semacam ini hanya menjadi katalisator kepenatan pikiran dari para guru. Sekedar melepaskan beban pikiran saja. Bukan benar benar ingin mendiskusikan langkah apa yang bisa ditempuh seorang guru agar semua siswanya mengerti dan paham akan apa yang diajarkannya di dalam kelas.

Karena keluhan semacam ini hanya sekedar untuk melepas beban pikiran guru, maka biasanya hanya ditanggapi sekenanya oleh teman sejawat guru atau paling banter ada guru lain yang mengaminkan, memberi persetujuan karena guru ini punya pengalaman yang sama ketika mengajar siswa yang sama. Kemudian kesimpulan pun diambil bahwa siswa yang ini dan yang itu memang bodoh dan sulit dibuat mengerti oleh guru gurunya. Tak ada rasa sesal telah membuat siswanya tidak mengerti, pun juga tak ada langkah solusi atas ketidakmampuan siswa itu dalam menangkap pelajaran. Semua adalah salah siswanya. Siswa dianggap tidak pintar dari sananya dan adalah nasib mereka untuk tetap tidak paham dan mengerti ilmu pengetahuan.

Padahal seharusnya tidaklah seperti itu. Semua siswa punya hak untuk mengerti, semua siswa punya hak untuk pintar dan itu adalah kewajiban guru untuk membuat mereka pintar. Loh tapi kan guru sudah berusaha untuk mengajar dan membuat mereka pintar, buktinya siswa yang lain mengerti kok? Itu juga betul. Namun tidaklah terpikir oleh kita, jangan jangan cara kita mengajar yang kurang tepat sehingga siswa gagal memahami pelajaran yang kita berikan? Jadi permasalahannya adalah cara kita mengajar, dan bukan karena siswa kita benar benar bodoh seperti tudingan kita terhadap mereka.

Nah di tulisan pendek ini, penulis mengajak mengubah sedikit paradigma kita sebagai guru. Kalau kita sudah tahu dan menyadari bahwa siswa siswa itu tidak bisa belajar dan mengerti dengan metode kita mengajar, kenapa kita tidak mencoba mengajar mereka dengan metode mereka belajar? Bukankah semua orang itu sebetulnya bisa belajar, bisa mengerti dan bisa pintar, hanya saja metode mereka belajar yang berbeda? Gurulah yang wajib mengakomodasi cara siswanya belajar, bukan sebaliknya siswa yang mengakomodasi cara guru mengajar.

 

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...