Jumat, 08 September 2023

Belajar Memecahkan Permasalahan Dan Bekerja Sama Dalam Tim Sebagai Ciri Ruang Kelas Abad 21



Sebelumnya kita sudah kita bicarakan bahwa pengajaran di abad 21 tak bisa lagi dengan penekanan pada penguasaan materi ajar. Pendidikan dengan penekanan pada transfer ilmu pengetahuan dan teknologi sudah tidak relevan lagi, karena perubahan peradaban dunia yang begitu cepat sehingga informasi yang ada saat ini tidak akan lagi berguna bagi siswa kita di saat menghadapi jamannya di masa yang akan datang. Sungguh kita sangat memerlukan cara baru untuk memberi pendidikan dan mempersiapkan siswa siswa kita agar bisa bertahan hidup di masa mendatang.

Pembelajaran yang terpusat pada siswa sudah saatnya dibawa ke dalam praktek, bukan lagi jadi wacana diskusi seperti 20-30 tahun yang lalu. Di abad ini keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat penting karena siswa harus menginternalisasi karakter karakter dan ketrampilan hidup yang mereka akan butuhkan di masa depan. Hanya dengan sekedar mendengar ceramah siswa tidak akan berubah karakternya dan tak akan bertambah keterampilannya. Oleh karena itu wajib bagi guru di ruang kelas abad 21 untuk merancang sebuah strategi pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa agar mereka bisa belajar mengembangkan diri, mengembangkan karakternya dan mengembangkan ketrampilan hidupnya.

Salah satu ketrampilan hidup yang wajib dikuasai siswa di masa depan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Hidup adalah masalah, kalau kita ingin bisa bertahan hidup ya harus tahu cara memecahkan masalah. Itulah kenapa pemecahan masalah jadi prioritas bagi guru untuk mengajarkannya ke semua siswanya. Siswa siswa kita harus diajarkan bagaimana cara menghadapi dan memecahkan masalah yang mereka jumpai.  Ketrampilan ini sangat penting bagi mereka di masa depan. Pemberian tugas atau pemberian proyek yang memicu kemampuan siswa belajar problem-solving perlu dikembangkan di sekolah sekolah kita. Siswa harus diberi kesempatan yang baik dalam sebuah proyek bersama untuk belajar bekerja secara efektif sebagai tim untuk memecahkan masalah bersama secara kolaboratif. Artinya pembelajaran terhadap siswa tidak cukup sampai siswa mampu memecahkan masalahnya sendiri, akan tetapi siswa harus diarahkan untuk bisa memecahkan masalah dalam bentuk kerja sama tim.

Di masa depan nampaknya kemampuan kita dalam kerja sama tim sangat diperlukan, karena manusia di sepanjang sejarahnya tak pernah bisa hidup sendiri. Mereka akan selalu hidup dengan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Itu terbukti dengan fakta yang bisa kita rasakan sendiri bahwa manusia bisa bekerja lebih lama dan bekerja lebih keras kalau pekerjaan itu dilakukan bareng bareng, bekerja sama. Ingat orang orang di desa dan di perkampungan perkotaan, selalu memilih kerja bakti, gotong royong atau gugur gunung untuk mengerjakan pekerjaan bersama menuntaskan masalah kampung atau desanya. Mereka tidak membagi pekerjaan tapi mereka bekerja sama. Alasannya adalah bahwa dengan kerja sama kita bisa bekerja lebih giat lebih kuat dan lebih lama.

Dengan demikian pengajaran abad ke-21 wajib menekankan pada pembentukan ketrampilan memecahkan masalah dan kemampuan bekerja sama. Pembelajaran dalam bentuk proyek berbasis tim di mana semua siswa di dalam kelompok belajar memanfaatkan kekuatan masing-masing individu untuk memecahkan masalah bersama. Mereka belajar mempergunakan kemampuan masing masing individu untuk memecahkan masalah mereka di dalam kerangka sebuah tim yang terstruktur dan terpimpin.  Dengan pembelajaran melalui proyek jenis ini, kita berharap para siswa mampu memaparkan siswa pada ide-ide dan gagasannya sehingga akan banyak tercipta ide ide baru di antara mereka. Mereka mampu menumbuhkan dan mengembangkan serta sekaligus menunjukkan kekuatan pikiran kolektif mereka, untuk bekal menghadapi masa depan mereka.

 

Kamis, 07 September 2023

Ada Apa Dengan Pengajaran Abad 21?

 


Ruang ruang kelas tradisional kita selalu ditandai salah satunya adalah upaya penguasaan materi ajar oleh siswa. Ruang kelas tradisional kita merupakan tempat dimana guru menyuapi ilmu pengetahuan dan siswanya wajib menghafal materi ajar dan mencoba untuk mengerti. Hal seperti ini sangat wajar dan bisa dimengerti, karena ruang kelas tradisional kita adalah warisan ruang kelas jaman revolusi industri di mana manusia lagi berlomba membuat berbagai macam mesin untuk menopang perindustrian. Sekolah dibuat untuk menciptakan tenaga tenaga terampil yang diperlukan dunia industri waktu itu. Materi pengajaran dan kurikulum sangat mudah ditentukan karena pekerjaan yang tersedia di dunia industri juga sudah jelas. Yang ingin bekerja di bagian administrasi sudah pasti harus belajar mengetik, surat menyurat, pembukuan, dan seterusnya. Yang ingin jadi dokter belajarnya anatomi tubuh, macam macam penyakit, obat obatan dan sebagainya. Yang ingin keja jadi mekanik, sudah jelas apa yang jarus dipelajari, yang ingin kerja di bidang tehnik sudah jelas apa pengetahuan dan ketrampilan yang harus dipelajari. Semua ada kurikulumnya dan semua materi gampang ditentukan. Semua sekolah kejuruan adalah bukti bahwa sekolah adalah penyiap dan pemasok tenaga kerja bagi industri.

Namun saat ini sekolah seharusnya berbenah karena sudah tak bisa lagi sebagai pencetak dan pemasok tenaga kerja bagi industri. Fakta sudah membuktikan pekerjaan pekerjaan jaman revolusi industri satu persatu hilang, digantikan jenis jenis pekerjaan baru yang belum pernah terbayang sebelumnya bakal ada. Dengan demikian anak anak kita yang sedang sekolah saat ini, sebetulnya belum tahu jenis pekerjaan apa yang sedang menunggu mereka di masa depan. Pekerjaan yanga ada saatini terancam hilang dan jenis pekerjaan yang akan datang tak bisa kita prediksi saat ini. Itulah kenapa kita tak bisa menentukan materi ajar dan kurikulum sekolah dengan tepat saat ini. Itulah kenapa bukan hanya kurikulum sekolah yang harus kita rubah, bahkan paradigma belajar mengajarpun sudah seharusnya berubah. Revolusi industri 0.4 kemarin saja, sudah membuang begitu banyak jenis pekerjaan yang kita kenal di masa lalu, dan walau juga memunculkan jenis jenis pekerjaan baru yang asing bagi sebagian kita. Ke depan kita menghadapi revolusi industri 0.5 yang lebih komplek lagi, dan sekolah kita masih terjebak pada pola pengajaran tradisonal untuk revolusi industri 0.2? Tentu saja ini akan sangat mengenaskan kalau kita tidak segera berubah.

Revolusi industri 0.5 yang akan kita hadapi di muka, jelas adalah merupakan perpaduan antara kemajuan AI dan kreativitas dan inovasi manusia. Oleh karena itu, sekolah harus segera mengantisipasi perubahan jaman ini agar mampu mengantarkan peserta didik untuk menggapai masa depannya. Seperti yang kita gambarkan sebelumnya, masa depan anak anak didik kita ini penuh ketidakpastian, kita belum bisa membayangkan masacdepan seperti apa yang menunggu mereka di masa depan. Oleh karena itu sekolah harus mengubah dirinya dari lembaga penyedia pengetahuan dan ketrampilan, menjadi tempat di mana siswa bisa belajar inovasi, kreativitas, problem solving, ketrampilan kerja sama, kemampuan manajerial dan kepemimpinan. Di abad 21 ini sekolah harus pelan pelan meninggalkan penekanan pengajarannya dari penguasaan materi dan menghafal menuju pengajaran yang memungkinkan siswanya mampu beradaptasi dengan perubahan jaman dengan kemampuan life skills, social skills, kreativitas, dan inovasi yang tinggi. Pengajaran abad 21 harus terfokus di sana.

 

Rabu, 02 Agustus 2023

Guru Wajib Mampu Memosisikan Diri Dengan Tepat Untuk Mengundang Seluruh Siswanya Belajar

 


Jaman memang bergulir, nilai nilai sosial berubah, pengetahuan berkembang, hubungan sosial mengalami pergeseran dan relasi sosial merenggang sehingga cara berkomunikasi antar manusiapun juga tidak sama lagi. Jaman saya, penulis, sekolah, guru adalah sebuah jabatan yang prestisius dan terhormat sehingga semua orang akan menunduk hormat ketika ketemu seorang guru. Apalagi siswanya, mereka harus berhenti dan menundukkan badan ketika ketemu gurunya di jalan. Guru pada saat itu harus menjaga posisi dan kehormatannya sedemikian rupa sehingga guru dilarang tampil tidak terhormat, kurang serius dan terkesan lemah, terkesan tak banyak pengetahuan. Makanya pada saat itu guru selalu tampil percaya diri, sangar, sedikit tersenyum terkesan galak dan kalau marah penghapus yang terbuat dari kayu pun bisa melayang mengarah kepala siswanya.

Namun seiring berkembangnya kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara serta berkembangnya kesadaran hukum. Orang semakin sadar posisinya sebagai warga negara dan posisi mereka di dalam hukum, maka siswa dan orang tua siswa makin memahami posisi mereka di tengah masyarakat dan di dalam hukum, sehingga mereka juga mengetahui bahwa mereka bisa membawa guru ke ranah hukum kalau salah ucap, salah tingkah dan salah perbuatan. Kondisi ini membuat guru juga makin hati hati agar tak terpeleset lidah, terpeleset kata kata, dan terpeleset perbuatan sehingga dia akan mendapatkan masalah di depan hukum. Sayangnya saya melihat posisi guru ini makin melemah di depan masyarakat dan siswanya. Sehingga guru hari ini tak seangker jaman dulu lagi, bahkan banyak guru yang tak terlalu berani mengatur siswanya hanya karena takut jadi urusan hukum nantinya. Untuk menarik perhatian siswa banyak guru yang tidak pasang tampang sangar lagi, tapi sudah diubah dengan tampang lucu, sampai ada yang menjadi objek lelucon siswanya. Sangat menyedihkan.

Jikalau bertampang sangar salah, bertampang lucu pun keliru, lantas yang benar harus seperti apa? Sebagai guru memang tidak boleh membuat takut siswa. Siswa yang takut pada gurunya tak akan punya konsentrasi belajar, bahkan akan kesulitan memfokuskan diri dalam belajar. Yang ada dia merasa seperti ingin segera pergi dari ruang kelas. Dengan kondisi kejiwaan yang seperti ini apa yang bisa kita harapkan siswa dapat pelajari? Namun begitu, untuk jadi badut di dalam kelas hanya ingin sekedar siswa senang, juga tidaklah bijaksana. Siswa yang terlalu ditinggikan diutamakan juga akan membaca bahwa gurunya takut pada mereka. Mereka akan dengan mudah melecehkan pada guru itu. Sekali lagi siswa dalam kondisi seperti ini juga tak bisa diharapkan bisa belajar dengan baik. Siswa yang sudah menganggap rendah gurunya, sudah pasti enggan juga mempelajari pelajaran yang gurunya bawa. Oleh karena itu guru haruslah bersikap di tengah di antara keduanya. Guru tidak harus tampil garang dan menyeramkan, tapi harus tetap elegan dan terhormat. Tunjukkan senyum ramah, tapi jangan rendahkan diri di depan siswa. Jaga kehormatan dan rasa hormat siswa pada Anda dengan tidak tampil cengingas cengigis, tetap tenag tapi tegas, dekat tapi tetap jaga kehormatan. Janagn banyak becanda. Becanda mereduksi kehormatan guru. Jaga senyuaman tapi bukan candaan. Bikin candaan untuk menyegarkan suasana kelas sesakali boleh dilakukan memang, tapi jangan pernah becanda mengenai suku, ras ataupun agama. Candaan seperti itu akan membuat suasan kelas jadi tidak kondusif untuk belajar. Jangan pula bercanda dengan kata kata kotor terlebih yang porno, karena candaan macam ini menhancurkan kehormatan guru dalam sekejab.

Sikap yang elegan dan tepat, komunikasi yang tertata, proses pembelajaran yang sudah terencana semua akan membuat siswa terpancing perhatiannya pada apa yang akan disampaikan guru pada mereka. Kalau perhatian siswa sudah bisa dikuasai guru, guru tinggal mengatakan “mari kita mulai belajar” dan semua siswa merasa diundang merasa diajak untuk belajar. Kondisi siswa yangmerasa diundang dan diajak untuk bersama sama belajar inilah yang memicu siswa untuk konsentrasi belajar dan mengerti apa yang diajarkan guru. Kondisi inilah yang akan menjadi awal langkah sukses seorang guru. Guru yang seram, berpenampilan sangar, suaranya ketus, sebentar sebentar marah membuat siswa tak ada yang merasa diundang untuk belajar bersama. Sebaliknya guru yang banyak canda, melucu, banyak banyolan akan membuat siswa tidak diundang untuk belajar oleh gurunya tapi diundang untuk melihat kekonyolan guru dan kalau sempat melecehkannya. Untuk menjaga agar siswa merasa diundang belajar, tetaplah pada kondisi di tengah, tidak menampakkan muka   tidak sebentar sebentar membentak dan marah, tapi tetap menjaga kehormatan dan senyum yang ramah.

Senin, 31 Juli 2023

Dalam Proses Belajar Mengajar Usahakan Upaya Pengembangan Kognitif Siswa Tak Dibendung Proses Afektifnya.

 


Dalam proses belajar mengajar, pengajaran seorang guru selalu bertujuan utamanya adalah untuk meningkatkan aspek kognitif siswa. Dalam proses ini guru akan berusaha maksimal menjejalkan ilmu pengetahuan pada siswanya agar siswanya lebih paham akan konsep konsep ilmu pengetahuan dan mereka tumbuh kecerdasannya. Tentu proses ini berbeda dengan upaya pendidikan (pengembangan afektif) yang dilakukan seorang guru, yang tujuan utamanya untuk mengembangkan kedewasaan emosi, perasaan, dan mentalitas siswa agar siswa matang dalam kepribadian dan karakternya.

Semua guru pasti berharap proses pengembangan kognitif ini sejalur, searah dengan pengembangan afektifnya. Pengembangan kecerdasan siswa searah dengan pengembangan karakter dan kepribadiannya. Namun kalau kita salah langkah dalam pengajaran, usaha pendidikan kita bisa gagal. Kalau kita keliru bertindak dalam pengembangan kognitif, pengembangan afektif bisa terganggu, bahkan menjadi penghalang yang mengganggu proses pengembangan kognitifnya.

Hal ini bisa terjadi ketika guru tak punya metode yang jelas dan strategi yang khusus dalam menyampaikan materi ajarnya ke seluruh siswanya. Ketiadaan metode yang tepat kesalahan pendekatan pada siswa sering berujung konflik dan keributan baik yang kecil maupun yang besar antara guru dan siswa.

Konflik konflik yang muncul dalam proses belajar mengajar diruang kelas seperti ini biasanya mempengaruhi kondisi emosi, perasaan dan kejiwaan siswa. Kalau konflik seperti ini ditambah dengan tindakan guru yang emosional dan tak terkendali yang ada siswa akan membentuk benteng afektif. Emosi dan perasaan mereka menolak keberadaan guru, sehingga usaha pengajaran guru untuk mencerdaskan siswa akan terbendung oleh benteng afektif yang dibangun siswa itu. Oleh karena itu guru harus selalu menjaga agar di ruang kelasnya tidak muncul situasi tegang, distressed, dan emosional, karena selama situasi seperti itu ada di dalam ruang kelas, semua upaya pembelajaran akan terhambat selama jangka waktu ada situasi tersebut.

Agar Anda bisa menjadi guru yang sukses dalam mengembangkan kognitif siswa tanpa terganggu benteng afektifnya, selain guru harus punya perencanaan yang matang, metode dan strategi mengajar yang handal, juga usahakan untuk selalu mempertimbangkan cara-cara mengajar dan komunikasi dengan siswa yang enak, siswa tidak merasa terancam dan selalu beri dorongan dan semangat untuk maju dan berkembang. Dengan demikian guru bisa meruntuhkan benteng afektif yang mungkin terbangun dan sukses dalam mencerdaskan siswanya.

Sabtu, 29 Juli 2023

Temukan Kekuatan Dan Perkuat Kelemahan Siswa, Selalu Gunakan Kata Kata Yang Menguatkan untuk Pengembangan Diri Siswa.


 

Memang mengembangkan diri siswa adalah salah satu fungsi sekolah dan guru yang tak bisa ditolak atau dihindari. Ini merupakan tugas lain seorang guru, selain fungsi guru sebagai agen pembawa pengetahuan bagi siswa siswanya. Untuk menjalankan tugas pengembangan diri ini, guru harus memahami bahwa salah satu cara terbaik untuk membantu anak mengembangkan harga diri yang sehat adalah dengan menemukan dan menekankan kekuatan dan kelebihan kelebihannya. Sampaikan pada para siswa kekuatan ataupun kelebihan mereka kemudian arahkan cara pengembangannya kemudian fasilitasi mereka dalam mengembangkan diri.

Bagaimana dengan kelemahan dan kekurangan siswa? Kekurangan dan kelemahan siswa tidak perlu kita bahas, bahkan jangan pernah kita ucapkan pada mereka. Selain akan menyakiti hati mereka, juga akan menghancurkan jiwa dan semangat mereka dalam pengembangan diri. Yang terpenting dari ini semua, sebetulnya tidak usah kita sampaikan pada mereka, siswa siswa kita itu sudah tahu dan menyadari kelemahan dan kekurangan diri masing masing. Hal ini makin menegaskan bahwa kita tidak perlu mengatakan kelemahan siswa itu pada mereka. Akan tetapi bila kelemahan itu terucap langsung dari siswa itu sendiri, guru wajib menanggapi dengan kata kata yang memotivasi dan menguatkan. Selain itu, sebisa mungkin guru mendorong siswa yang menyadari kelemahannya itu untuk mengeksplorasi dan menemukan cara bagaimana menutupi kelemahan itu dan memperkuat area yang lemah secara lebih efektif.

Guru harus mendorong siswa untuk mengembangkan kelebihan, kemampuan dan bidang bidang yang merupakan kekuatan siswa, serta menemukan cara untuk meminimalisir kelemahan dan kekurangan yang mereka punya dengan penguatan penguatan dibidang yang lemah tersebut. Jadikan semua siswa adalah pribadi pribadi yang unik dan spesial dan kembangkan mereka berdasarkan keunikan dan kespesialan mereka. Namun perlu diingat, guru harus menghindari untuk membandingkan satu anak dengan anak lainnya. Ingat masing masing siswa adalah unik dan spesial. Mereka punya keunikan dan kespesialan sendiri sendiri. Jadi jangan pernah mereka dibanding bandingkan. Pembandingan antara satu siswa dengan siswa yang lain akan dipersepsi sebagai guru pilih kasih yang ujungnya nanti akan menimbulkan konflik berkepanjangan baik antara guru dengan siswa, maupun siswa satu dengan siswa yang lain. Selain pembandingan itu akan mengerdilkan hati dan jiwa siswa yang dibandingkan dan tentu akan menghambat perkembangan dirinya.

Dalam pengembangan diri siswa, guru tidak harus selamanya memberikan pengajaran dan dorongan, arahan dan motivasi pada siswa. Sering kali siswa juga ingin didengarkan, maka guru sesekali wajib berhenti bicara dan mulai mendengarkan keluh kesah dan pencapaian pencapaian mereka. Tanggapi curahan hati siswa itu dengan dorongan dan motivasi yang menyemangati serta solusi dari permasalahan yang dia ceritakan, atau beri pujian kalau mereka cerita tentang keberhasilannya. Untuk menyemangati siswa, guru sering kali harus berhenti dan mendengarkan. Selalu gunakan kata kata yang mengarahkan, memotivasi, menyemangati usaha siswa untuk berkembang dan jangan sesekali menggunakan kata kata yang mengkritisi atau mengevaluasi usaha dan pencapaian siswa. Dengan demikian Anda akan jadi guru yang juara.

 

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...