Akhir akhir ini banyak pendidik, ahli
pendidikan maupun pejabat pemerintahan yang berbicara tentang kecakapan hidup
yang harus diajarkan pada anak didik. Artinya saat ini banyak orang
berkeyakinan bahwa kepandaian saja tidak cukup untuk membuat siswa sukses dalam
kehidupan dibelakang hari. Salah satu ketrampilan hidup yang harus dipunya
siswa sebagai syarat kesuksesan masadepan adalah ketrampilan sosial. Apakah ketrampilan sosial itu? Menurut wikipedia ketrampialn sosial diartikan sebagai
“ any skill facilitating interaction and communication
with others”, ketrampilan yang memudahkan berinteraksi dan berkomunikasi dengan
orang lain. Tentu saja definisi tersebut masih bisa dilanjutakan dengan
menambah ‘dengan damai menyenangkan dan tanpa pertentangan maupun
ketersinggungan”.
Tentu kita semua setuju bahwa kemampuan sosial ini sangat penting bagi
siswa siswi kita untuk meraih kesuksesan jangka panjangnya. Karena ketrampilan
sosial ini akan memastikan kemampuan siswa siswi kita membawa diri ditengah tengah kehidupan
sosialnya. ketrampilan ini tak bisa disangkal lagi adalah gabungan dari kemampuan
untuk memahami diri sendiri dan mengelola emosi pribadi (Intra-personal skill) dan
kemampuan untuk memahami dan merespon orang lain (inter-perosnal skill) yang
dipadu dengan kemampuan komunikasi (commmunication skill).
Dalam kehidupan pengajaran tiapa hari
disekolah sekolah kita, sebetulnya sudah banyak guru yang menyadari pentingnya
kemampuan sosial ini. Sehingga ada begitu banyak guru yang senang sekali
memindah meindahkan tempat duduk siswa, dengan tujuan agar siswa bisa menjalin
hubungan dengan semua siswa bukan Cuma satu atau dua siswa dari sekian banyak
siswa di dalam kelas.
Namun sayangnya, dengan mendudukan siswa secara
acak atau mendudukan mereka secara bersama-sama tidaklah cukup untuk menjamin tumbuh kembangnya komunikasi
antar siswa ataupun kerja sama tim. Banyak siswa yang tidak tahu bagaimana cara berinteraksi secara
tepat dengan teman sekelas mereka. Mereka bahkan tidak memiliki keterampilan sosial yang cukup untuk
melaksanakan tugas-tugas kelompok yang diberkan gurunya, sehingga seringkali
tugas kelompok hanya dikerjakan oleh satu atau dua dari anggota kelompok dan
yang lain titip nama.
Ketidakmampuan siswa dalam masalah ketrampilan
sosial ini dimungkinkan sebagai akibat dari kesalahan belajar mengajar
disekolah. Arnold Golstein, seorang ahli
masalah masalah pengajaran keterampilan sosial untuk siswa dengan gangguan
perilaku meyakini ada empat alasan utama
mengapa siswa tidak memiliki keterampilan sosial, seperti dijelaskan dibawah
ini.
(1)
Mereka tidak tahu cara untuk bertindak ataupun merespon tindakan orang lain selain
pola perilaku yang mereka pelajari untuk lingkungan khusus mereka. Begitu mereka
berada dilingkungan yang berbeda mereka kebingungan apa yang harus mereka
lakukan.Banyak dari anak-anak kita tidak pernah belajar "perilaku yang
tepat" untuk pada kondisi sosial tertentu, situasi di mana mereka harus
berinteraksi berhubungan dengan orang lain yang berbeda. Mungkin mereka tidak
menerima bimbingan yang tepat dalam hal ini di rumah,baik karena orang tua yang
tidak peduli, atau karena sistem nilai-nilai dan lingkungan mereka berada
memang tidak sama dengan yang dirumah. Mungkin saja mereka memiliki pendidikan
tingkah laku , etika dan sopan satun yang baik di rumah dan lingkungannya,
tetapi anak-anak kita tidak menjumpaia nilai nilai yang sama disekolah sehingga
anak anak jadi gamang dan tidak tahu apa yang harus dilakukan.
(2)
Mereka bisa saja sebetulnya tahu bagaimana berperilaku, tetapi mereka belum biasa
ataau belum punya cukup latihan untuk berlaku seperti itu, biasanya ini
dikarenakan siswa siwa ini merasa inferior, berbeda atau merasa bukan golongan dari teman temannya.
Sementara mereka sebetulnya menunggu teman temannya yang menarik siswa siswi
ini dalam percaturan sosial dan pergaulan, tapi sering seringnya undangan yang
diharap pun tidak datang. Maka siswa siwi ynag kesulitan bergaul ini jadi makin
tersisih saja. Makin lama malah akan jadi siswa yang aneh.
(3) Mereka sebutul pernah mencoba suatu cara
untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman temannya, tetapi usahanya tidak berhasil pada saat percobaan pertama
kali, sehingga mereka menganggap bahwa memang mereka tidak akan bisa bergaul
dengan teman temannya. Mengingat pengalaman kegagalan mereka itu, mereka akan
kembali pada titik nol dan mencoba bertahan disana, sampai ada yang memasukkan
dalam pergaaulan yang mereka inginkan. Sudah
jamaknya kita manusia kalau pernah mencoba melakukan sesuatu dan gagal jarang
ada yang berani mencoba lagi. Begitu pula siswa siswi kita, ketika mereka gagal
bergaul dengan teman temannya pada percobaan pertama mereka akan cenderung berhenti
melakukannya
(4) Adanya
ketegangan dan kecemasan yang merusak kemampuan untuk melakukan perilaku yang
bisa diterima dalam lingkungan sosial dalam kehidupan nyata. Kondisi psikologis ini
sering sering menjadikan siswa siswi kita salah tingkah, yang akan berujung
pada tingkah laku yang wagu dan kelihatan lugu. Dalam kondisi ini akan
dipandang oleh teman temannya sebagai lucu atau malah menyebalkan, sehingga
siswa yang salah tingkah ini jadi tidak cukup berharga untuk “ditemani”. Jadilah
hambatan siswa ini untuk mampu bergaul dan berinteraksi semakin besar.
Itulah sebabnya sekolah sebagi institusi
pendidikan wajib membuat program khusus untuk menolong siswa siswinya yang
kurang mampu bersosialisasi atau yang tidak memmiliki ketrampilan sosial ini.
Umumnya, kurangnya keterampilan sosial ini dikarenakan kurangnya
kesempatan untuk belajar atau kurangnya contoh model perilaku yang sesuai (Gresham
& Elliott, 1989). Kemudian apakah yang harus diajarkan guru pada muridnya
yang kesulitan dalam kehidupan sosialnya ini? Hazel, Schumaker, Sherman, dan SheldonWildgen
(1981) dalam ; ASET: Sebuah program keterampilan sosial bagi remaja. Champaign,
ll: Penelitian Press, mencatat delapan keterampilan sosial yang mendasar yang
dapat diajarkan melalui instruksi langsung dilingkungan sekolah:
1. Kemampuan memberikan umpan balik secara positif
(misalnya, berterima kasih dan memberikan pujian).
2. Kemampuan memberikan umpan balik negatif
dengan santun (misalnya, memberikan kritik atau koreksi),
3. Kemampuan menerima umpan balik negatif
tanpa permusuhan atau reaksi yang tidak sepantasnya,
4. Kemampuan menolak tekanan rekan untuk ikut
berpartisipasi dalam perilaku nakal,
5. Kemampuan memecahkan masalah pribadi,
6. Kemampuan menegosiasikan permasalahan
dan solusinya yang dapat diterima
bersama ,
7. Kemampuan mengikuti petunjuk, dan
8. Kemampuan memulai
dan mempertahankan percakapan.
Singkatnya, siswa dengan kekurangan
kemampuan sosial dan belum punya keterampilan sosial ini tidak mungkin untuk
belajar sendiri atau belajar secara kebetulan.
Intervensi dari guru dan sekolahan serta orangtua sangat diperlukan. Mereka memelukan metode pembelajaran yang
efektif meliputi demonstrasi / pemodelan dengan praktek dipandu dan umpan serta
situasi yang mendorong mereka untuk belajar berkomunikasi dan bergaul dengan
banyak orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?