Saya sendiri tidak tahu persis sejak kapan dan
kenapa pendidikan itu selalu dikaitkan dengan kemudahan mencari pekerjaan yang
enak dan bergaji tinggi. Semua orang yang sekolah dan semua orangtua yang
mengirimkan anaknya ke bangku sekolah punya harapan yang sama agar selepas
sekolah, mereka atau anak mereka akan mudah mencari pekerjaan. Makin tinggi
anak di sekolahkan makin tinggi juga harapan orangtua agar anaknya dan siswa
yang sekolah itu sendiri untuk mendapatkan pekerjaan yang mantap dengan gaji
besar dan hidup mapan. Persepsi bahwa sekolah merupakan pintu gerbang untuk
berebut pekerjaan sudah sangat kuat tertatanam dalam maind set masyarakat kita,
bahkan mungkin masyarakat dunia.
Namun begitu, ternyata realitas punya logikanya
sendiri. Tidak semua yang sekolah tinggi bias dapat pekerjaan. Tidak semua
juara kelas jadi direktur. Sebaliknya tidak semua anak badung di kelas berakhir
jadi gelandangan. Namun, realitas nampaknya tinggalah realitas, keyakinan bahwa
anak sekolah harus jadi pegawai seperti tak tergoyahkan dari benak kita. Akibatnya
tatkala mereka benar benar lulus sekolah, lulus kuliah, mereka tidak bertindak
layaknya seorang intelektual, tapi lebih mirip robot yang terprogram. Langkah yang
mereka ambil seragam, tulis surat lamaran. Kalau mereka harus menelan pil pahit
tidak mendapatkan kesempatan kerja, mereka tidak tahu lagi harus berbuat apa,
karena mereka hanya punya satu program, cari kerja. Kalau program ini tidak
jalan. Aka mereka tidak punya program cadangan. Softwarenya Cuma satu, program
cari kerja. Padahal seharusnya sebagi orang yng berpendidikan, mereka tidak
sepatutnya bertindak seperti robot yang bergerak berdasarkan program. Mereka seharusnya
mampu berfikir, bertindak secara dinamis dan kreatif sesuai dengan tingkat
pendidikan masing masing. Kenapa hal ini tidak dijalankan? Jawbannya balik lagi
ke pembicaraan awal, mereka sudah terindoktrinasi untuk mencari kerja, bukan
yang lain.
Salahkah itu? Ini bukan masalah salah dan
benar, tapi masalah pilihan hidup. Kalau apa yang terjadi menurut pembaca baik
baik saja, ya tentu indoktrinasi macam itu tidak salah. Tapi bagi sebagian yang
berfikir seharusnya tidak seperti itu, berarti mind set masyarakat tentang
pendidikan itu ada yang keliru dan perlu perubahan yang mendasar, agar nantinya
lulusan sekolah dan lulusan perguruan tinggi tidak buntu kalau tidak dapat
pekerjaaan. Mereka mampu memeperkerjakan diri mereka sendiri.
Bagi golongan yang kedua ini, tentu akan setuju
kalau kita usulkan adanya perubahan pola pendidikan di sekolah sekolah kita. Sekolah
harus mampu merubah mind set siswa dari mind set lama pencari kerja menjadi
mind set baru yang mendorong siswa untuk mengekplorasi semua kemungkinan
kreatif untuk dijadikan jalan kehidupan yang lebih baik. Untuk maksud ini,
sekolah harus meramu dan mengkonstruksi model pendidikannya agar mind set lama
hilang dan berganti dengan mindset baru yang tertanam pada benak siswa dan
orang tua siswanya. Artinya sekolah harus mampu menciptakan mind set baru bagi
masyarakat.
Program penidikan LEADERPRENEURSHIP yang
menggabungkan ketrampilan hidup kepemimpinan dan kewirausahaan adalah salah
satu jawaban dari kekeliruan pola pendidikan yang ada sekarang ini. Setidaknya ada
empat alasan utama kenapa program leaderpreneurship itu diperlukan untuk
merombak kemapanan dan kemapetan mind set masyarakat tentang pendidikan ini;
1. Sumber daya alam yang sudah menipis.
Pendidikan yang ada sekarang ini
sebetulnya adalah model pendidikan abad
18an. Abad dimana mulai ditemukannya mesin dan terjadi revolusi industry yang
merubah masyarakat agraris menjadi masyarakat industry. Pendidikan ditujukan
untuk mencetak tenaga tenaga trampil yang memiliki pengetahuan tentang
permesinan, sehingga bisa masuk ke dunia industry yang menekankan pada bidang
produksi, yaitu pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi. Mereka di sekolah
selain diajari baca tulis juga diajarkan untuk memahami ilmu pengetahuan. Penulis
sangat yakin mindset sekolah untuk mencari kerja itu terbentuk sejak jaman ini.
Karena sekolah ditujukan untuk menghasilakn tenaga kerja yang berpengetahuan
maka pola ajarnya adalah guru menyampaikan materi sang murid harus menyerap apa
yang disampaikan guru kalau ingin disebut pintar. Inilah rupanya jawaban kenapa
sekolah adalah tempat siswa menghapalkan pengetahuan. Ujiannya pun tentu saja
akan berbentuk soal soal yang dapat dijawab dengan hapalan. Dan seperti sejak
saat itu juga pola pengajaran berpusat pada guru dilakukan, sejak saat itu pula
murid itu wajib jadi penghafal mata pelajaran sampai saat ini. Namun yang perlu
kita pahami adalah bahwa saat ini sumber daya alam sudah tidak semelimpah abad
18 lagii. Sumber daya alam sudah mulai langka dan perekonomian sudah tidak
bertumpu pada penciptaan barang jadi. Dengan begitu pola pendiddikan yang ada
juga otomatis menjadi rombeng. Mindset kita seharusnya juga harus diganti. Tapi
sayangnya masyarakat belum sadar mindsetnya salah dan sekeloah juga belum
ngerti kalau sudah tersesat.
2. Terjadinya perubahan sosio-kultural dan perekonomian masyarakat
Seperti sudah penulis uraikan
diatas, bahwa tumpuan ekonomi sdh tidak lagi pada industrialisasi karena
semakin menipisnya sumberdaya alam. Perekonomian sudah lama bergeser dari
perekonomian berbasis industry kearah perekonomian yang lebih modern yang
berbasisi informasi dan bahkan kini perekonomian yang berbasis real time
information pun telah usang dan kini kita masuk pada era ekonomi kreatif. Perubahan perubahan landasan perekonomian ini
tidak berjalan sendirian, tapi dibarengi dengan perubahan tehnologi yang
dipakai masyarakat. Itulah sebabnya dua decade terakhir ini kita menyaksikan
perubahan tehnologi informasi yang begitu pesat. Tehnologi itu berubah bukan
semata mata karena banyak orang pintar bisa menemukan alat ini alat itu, namun
sesungguhnya perubahan tehnologi itu mendukung perubahan system ekonomi yang
diperlukan masyarakat manusia. Karena system ekomoni yang baru tidak mungkin bisa
ditopang dengan peralatan yang lama. Bagaimana dengan dunia pendidikan? Ternyata
dunia pendidikan masih tertidur pulas dan tidak menyadari perubahan perubahan
ditingkat makro social masyarakatnya. Pendidikan usang abad 18 masih juga
dipertahankan.
3. Perubahan ketrampilan hidup yang diperlukan dalam dunia kerja.
Mengingat telah terjadi perubahan
yang sangat signifikan di dalam pola dan landasan perekonomian dunia, yang
ditemani pesatnya perkembangan tehnologi, maka sudah dapat dipastikan bahwa
tenaga kerja yang terlibat dalam system perekonomian terkini haruslah memiliki
kompentensi yang berbeda dari tenaga kerja lama di jaman lama. Ketrampilan yang
kita ajarkan di abad 18-19-20 tentu sudah tidak akan relevan dengan keperluan
ketrampilan yang kan dibutuhkan di abad 21. Namun kenapa sekolah masih
mengajarkan ketrampilan yang lama, ketrampilan abad 18-19? Tidak sadarkah bahwa
pekerjaaan yang kemarin ada di abad 20 sekarang sudah banyak yang hilang dan tidak
ada lagi di abad 21? Dan tidakkah kita menyaksikan banyak pekerjaan pekerjaan
baru yang muncul di abad21 ini yang mana pekerjaan itu tak terpikirkan adanya
di abad sebelumnya? Tidakkah kita melihat cara pandang kita, cara bergaul kita,
hubungan kekerabatan kita, hubungn kemasyarakatan kita, cara berinteraksi dan
cara berkomunikasi antar manusia juga sudah berubah? Tapi kenapa sekolahan dan
pendidikan tidak berubah?
4. Perubahan kesadaran dalam bidang pendidikan secara global.
Sekarang masyarakat dunia sudah
mulai menyadari bahwa system pendidikan kita telah usang dan perlu diganti. Terjadi
perubahan kesadaran dan perlunya merombak pola pendidikan yang merata diseluruh dunia. Mereka
menamainya dengan pola pendidikan abad 21. Sebuah pola pendidikan yang mencoba
menjawab tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan pendiidkan yang sesuai dengan
jaman sekarang. Pola pendidikan ini ditandai dengan, sifatnya yang lebih
terbuka, yang bebas resiko dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan dalam
belajar, mejadi tempat berbagai informasi, tempat mengembangkan diri dan yang jelas
sekolah akan mereka jadikan tempat yang mendorong siswa untuk menggunakan
kemampuan mereka berfikir tingkat tinggi, bukan lagi menjadikan sekolah sebagi
tempat untuk menghafalkan pelajaran lagi. Baca juga: PRINSIP PRINSIP DASAR
PENDIDIKAN ABAD 21
Program leaderpreneurship adalah salah satu
upaya untuk menjawab tantangan jaman ini. Untuk lebih jelasnya tentang program
ini, baca juga artikel kami yang berjudul, Menawarkan Program Pendidikan Leaderpreneurship pada
Dunia pendidikan Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?