Hukuman bagi siswa yang melanggar aturan selalu dimaksudkan untuk mengembalikan siswa dari melanggar aturan menjadi yang taat pada aturan, dari yang off task menjadi on task, dari yang mengganggu menjadi yang tekun dan giat dalam belajarnya. Hukuman yang diberikan pada siswa pelanggar aturan biasanya diberikan melalui dua cara; pertama, memberikan hal yang tak enak sebagai hukuman, dan yang kedua, menghilangkan hal yang menyenangkan bagi siswa untuk sementara.
Memberi hukuman dengan memberikan hal yang tak mengenakkan adalah jenis hukuman yang digemari guru guru jaman dulu dan masih juga digemari sebagian guru guru jaman sekarang. Guru masih beranggapan kalau siswa diberi pengalaman tidak mengenakkan, mereka akan jera mengulangi lagi perbuatannya. Itulah kenapa guru di masa lalu suka sekali menyuruh siswanya berdiri di lapangan sekolah di bawah panas terik. Menyuruh siswa lari keliling lapangan sekian kali, membersihkan WC, bahkan ada yang sampai menempeleng siswa. Semua dilakukan untuk memberikan efek jera pada para siswa. Apakah metode ini hanya dilakukan guru jaman dulu? Ya, mungkin saja hukuman jenis ini masih diyakini efektif dilakukan oleh guru guru jaman sekarang juga.
Hukuman dengan mengambil hal yang menyenangkan dari siswa, adalah metode yang lebih baru untuk menghentikan kenakalan siswa yang bisa dilakukan guru. Metode ini dilakukan untuk bergeser dari metode hukuman lama, memberi hal yang tidak enak pada siswa, yang terbukti tidak banyak memberi efek perbaikan pada tingkah laku siswa. Untuk menghentikan siswa bertingkah laku melanggar aturan, dengan metode ini, guru biasanya melakukan hal hal berikut; memisahkan tempat duduk siswa yang melanggar aturan dari teman akrabnya, memberikan tambahan tugas sekolah sehingga siswa kehilangan waktu luangnya di sore hari, memberikan tugas pada waktu istirahatnya, tidak mengizinkan siswa meminjam buku di perpustakaan sekolah sepanjang waktu tertentu, tidak membolehkan siswa menggunakan fasilitas yang ada disekolah dan sebagainya. Apakah hukuman jenis kedua ini efektif? Penelitian yang mendalam sepertinya belum ada, sehingga jawaban yang lebih meyakinkan belum bisa penulis sampaikan. Namun penulis berasumsi bahwa sejauh siswa yang bermasalah ini tidak diberi pengertian yang lebih mendalam mengapa siswa seharusnya tidak berbuat melanggar peraturan, dan diberi pemahaman arti pentingnya ketaatan pada aturan dan keseriusan belajar bagi siswa dan masa depannya, maka hukuman jenis apa pun tak akan banyak berpengaruh pada tingkah laku siswa.
Kalau kita kembali pada niatan awal memberi hukuman apa pun caranya adalah untuk mengubah tingkah laku siswa dari yang melanggar aturan ke tingkah laku yang taat aturan. Namun kalau pemberian hukuman ternyata tak mengubah apa apa, terus apa gunanya dilanjutkan pelaksanaannya?
Bagi penulis pemberian konsekuensi pada siswa akan lebih baik dari pada memberi hukuman. Pemberian konsekuensi adalah cara yang efektif untuk mengubah kesadaran siswa yang tak bisa dilakukan dengan pemberian hukuman. Untuk tahu seperti apakah konsekuensi itu, penulis pernah menulisnya di blog ini beberapa tahun lalu. Kiranya pembaca bisa melacaknya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saya sangat berterimakasih kalau anda tinggalkan komentar disini / Would you please leave a comment or a critique for the sake of my future writing improvements?