Sabtu, 16 Februari 2013

Paradigma guru pada pembelajaran abad 21 (21st century learning) (bagian 2)





Dari pada bengong yuk kita lanjutakan bicara tentang paradigma baru yang harus dipunyai seorang guru di abad 21 ini. Pada bagian pertama, di  PARADIGMA GURU PADA PEMBELAJARAN ABAD 21 (21st CENTURY LEARNING) (bagian 1) kita sudah bicarakan empat paradigma baru guru, nah sekarang kita lanjutkan pada pradigma ke;

5.      Isolated works             harus dirubah menjadi                         collaboration works
Pada proses pembelajarn yang umum terjadi di masa kini dan masa lalu, guru selalu menempatkan siswa sebagi pribadi pribadi yang tersendiri dan tidak saling terhubung. Mereka dibiarkan menjalani sendiri sendiri nasib mereka sebagi pembelajar. Yang pintar akan pintar sendirian, yang kurag beruntung akan nampak bodoh juga sendirian. Hal ini tentu terkait dengan cara evaluasi yang dilakukan guru. Pada ujung evaluasi siswa akan menerima raport secara personal oleh karena itu guru akan selalu menempatkan siswa sebagi individu yang saling terpisah, pun begitu tugas tugas sekolah yang mereka berikan. Tugas yang biasanya berbentuk PR pun akan berupa pekerjaan rumah yang dikerjakan sendiri sendiri.  Memang benar ada sesekali guru memberi tugas kelompok, namun tugas kelompok ini tidak disertakan aturan main yang jelas, sehingga tugas kelompok yang harusnya dikerjakan berkelompok cukup dikerjakan salah satu dari anggota kelompok dan dinamai ramai ramai. Setelah dikerjakan guru pun tidak terlalu peduli apakah itu hasil kerja kelomok atau bukan.
Ke depan guru harus membentuk atmosfir yang bisa menyuburkan kerja kelompok di dalam kelas. Kerja kelompok bukan saja akan membuat siswa belajar bersama dan saling tukar menukar informasi, namun tugas kelompok akan membuat siswa belajar berorganisasi, belajar managemen, mempertajam kemampuan intra dan extra personalnya, memupuk kemampuan komunikasi, kemampuan bekerjasama dan tidak kalah pentingnya mereka belajr bertanggungjawab dan kemandirian. Banyak hal bisa dipelajari siswa dengan membuat mereka diberikan pekerjaan kelompok.  Dan boleh sedikit saya sampaikan di dunia ini sekarng ini sedaang gandrung dengan apa yang mereka sebut sebagi Project based learning, artinya itu adalh mengajarkan siswa untuk belajar bekerja sama.


6.   Knowledge based                    harus dirubah menjadi               information based decision making
Karena yang diajarkan guru adalah teori teori maka biasanya guru memberikan instruksi instruksi untuk berlatih membuat keputusan keputusan penting berdasarkan logika tau setidaknya memberikan saran pada siswanya untuk menggunakan logika dan kepantasan umum untuk setiap langah yang diambil. Paradigma ini harus segera dirubah, bukan karena penggunaan logika dan pengetahuan umum  itu salah, namun logika dan pengetahuan umum tidak pernah menjamin ketepatan langkah yang diambil dengan kondisi riil lapangan. Oleh karena itu informasi yang real time sanagt diperlukan siswa pada masanya nanti untuk ambil keputusan. Nah sebelum waktunya siswa harus ambil keputusan tersebut ada baiknya guru sudah membiasakan siswanya untuk mempunyai informasi yang terkini  atau yg real time dari setiap kondisi yang dihadapi.

7.  Passive learning                   harus dirubah menjadi                  active/ inquiry based learning
Ini terkait dengan pendekatan pengajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Sejauh guru tetap menjadikan dirinya satu satunya sumber referensi pengetahuan, seperti yang pernah kita bicarakan, maka yang akan sibuk dikelas adalah gurunya,  karena posisi ini akan cenderung membuat guru sebagai orator. Siswa cukup sebagi pendengar yang setia. Cara pembeljaran yang seperti ini bukan saja akan membuat siswa jadi pasif namun juga membuat siswa menjadi bodoh karena informasi yang mereka terima akan sangat terbatas jumlahnya dan yang lebih menyedihkan lagi siswa hanya akan menerima kira kira 10-15% saja dari informasi yang terbatas itu.
Oleh karena itu Cara belajar siswa aktif haruslah yang dijadikan paradigma pengajaran yang terbaru. Dengan membuat siswa aktif belajar dengan strategi yang tepat, mereka bukan saja akan menjadi pintar, tapi mereka akan menjadi super cerdas karena mereka akan mendapatkan informasi yang tanpa batas. Keaktifan merekalah yang akan mendekatkan para siswa itu pada banyak sumber informasi dan mereka bisa menyerap semua infomasi yang tanpa batas tersebut.


8.  Reactive response               harus dirubah menjadi                   proactive response
Sudah menjadi tabiat guru guru dimanapun berada, mereka meraasa bahwa tugas mereka hanyalah mengajar seperti kemarin dia mengajar. Tidaklah terlalu diperlukan untuk berfikir dan bertindak lebih jauh dibanding apa yang mereka kerjakan kemarin.  Mereka kebanyakan tidak punya visi yang agak jauh ke depan sehingga tidak juga mempunyai langkah langkah preventif proaktif. Mereka akan bergerak dan melangkah kalau sudah ada suatu kejadian. Semua tindakannya bersifat responsif reaktif. Adaa muridnya badung dia panggil untuk dinasihati, ada yang terluka dia bawa ke UKS atau ke rumah sakit, siswa bodoh baru dia panggil dia suruh untuk rajin belajar.
Apakah tindakan reaktif begitu salah? Kalau dibilang salah juga tidak tepat, namun yang jelas tindakan tindakan reaktif itu sangat terlambat.  Menunggu rumah kebaakar dulu baru sibuk memadamkan adalh tindakan yang sangat terlambat bukan? Menunggu kebanjiran dulu baru membersihkan saluran air dan got got juga perbuatan yang nampak bodoh bukan? Sama dan sebangun dengan itu,  semua permasalahan kenakalan dan kebodohan siswa hendaknya dibuatkan langkah langkah antisipasinya jangan hanya menunggu kejadian baru bereaksi. Untuk sekedar diketahui saja siswa badung tidak akan tiba tiba menjadi baik hanyadengan dinasihatidan dihukum siswa bodoh tidak akan mendadak pintar dengan di nasihati dan disuruh iku les. Strategi  yang menyeluruh ketat dan konsisten  yang dijadikan kebijakan sekolah adalah solusi dari semua itu


9.   Single media                       harus dirubah menjadi                   multi media
Kalau saya bicara multi-media pasti saja ada yang salah tafsir dengan perangkat kompoter dan alat aat digital lainnya. Tapi baiklah kita terangkan dulu yang saya maksud dengan single media terlebih dahulu. Media disini yang saya maksud adalh media atau sumber atau alat belajar. Single media disini maksudnya media belajar siswa Cuma satu. Ini kembali berbicara pada peran guru lagi. Sistem pengajaran jaman dulu guru adalah satu satunya sumber pengetahuan dan papan tulis jadi satu satunya  media belajar untuk menstransfer ilmu. Jaman sudah sedemikian majunya sumber pengetahuan harus sudah bervariasi pun begitu media pembelajaran. Koran majalah tabloid, jurnal ilmiah sangat banyak beredar, semua itu bisa jadi sumber belajar dan media belajar seklaigus. Kenapa guru tidak mencoba untuk memnafaatkan? Internet bukan barang langka lagi itu bisa jadi sumber belajar dan media pembelajaran sekliagus. Penggunaan laboratorium, tape recorder, in focus, televisi, film, komputer, vcd player , tugas kelompok, pembuatan project dan yang lainnya sangat dianjurkan untuk media pembelajaran.  Jangan hanya ceramah melulu, siswa nya ngantuk.

10.   Single sense stimulation            harus dirubah menjadi             multi-sensory stimulations
Pada abad yang lalu pendidikan disekolah masih terfokus pada metode ceramah bahkan samapi hari ini juga masih banyak guru yang tiap hari kerjanya ceramah di depan siswanya. Ini artinya guru masih beranggapan bahwa untuk membuat siswa pintar siswa haruslah mendengar informasi dan pengetahuan, kemudian mencerna di dalam otak untuk memhami dan menghafalkan. Setelah hafal maka siswa akan pintar. Apakah kenyataan begitu yang terjadi? Ohhh...my..yang terjadi jauh panggang dari api. Siswa terbukti hanya sedikit yang bisa pintar;  dari 40 siswa di dalam kelas tidak akan lebih dari lima yang bisa dibilang pintar bukan?
Oleh karena itu guru sekarang haruslah berfikir bahwa tidak semua siswa bisa paham dengan mendengar ada sekian abnayk siswa yang bisanya pintar karena melihat, ada yang bisanya pintar karena meraba, ada yang bisanya pintar karena saat belajar diperbolehkan sambil jalan jalan, ada siswa yang bisa pintar karena melakukan atau mengalaamilangsung apa yang sedang mereka pelajari. Yang saya tulis ini adalah apa yang oleh orang pintar sebagi gaya belajar. Setiap siswa punya gaya belajarnya sendiri. Dan tentu saja tidak semua siswa bergaya belajar auditori atau mendengar, oleh karena itu guru jangan ceramah melulu. Belajarlah tentang gaya belajar. Atau tunggulah saya sampai ada waktu untuk menulis tentang gaya belajar.

11.    Single-path progression            harus dirubah menjadi              multi-path progression
Hal yang terakhir ini terkait dengan  evaluasi siswa.  Sejauh ini sekolah sekolah di indonesia hanya memfokuskan pada penilaian kemampuan akademis siswa. Oleh karena itu semua sekolah akan keluarkan buku rapor yng berisi nilai matematika, Ipa , bahas inggris dst. Sekali lagi kemampuan intelegensia akademislah fokus penilaian dan ukuran kemajuan siswa. Padahal kalau kita mau sadari ada banyak orang sukses yang tidak genius. Penyanyi, bintang film, pelawak, pengusaha, seniman, pedagang, pesulap rata rata hidup makmu, kecukupan bahkan kaya raya, mereka tidak bermodalkan “pintar”. Merka punya bakat, mereka punya ketrampilan, mereka punya watak dan sifat pribadi yang kuat. Kenapa sekolah yang katanya ingin membuat masa depan siswanya cerah Cuma terpaku pada membuat siswanya “pintar”, cobalah pantau kemajuan bakatnya, kemajuan, karakternya, pengembangan pribadinya, perkembangan ketrampilan hidupnya. Itu akan lebih bermanfaat bagi mereka ketimbang anda sebagi guru hanya sibuk membuat siswa anda pintar.
Semoga bermanfaat.....

Jumat, 15 Februari 2013

PARADIGMA GURU PADA PEMBELAJARAN ABAD 21 (21st CENTURY LEARNING) (bagian 1)



Seperti berulang kali saya sampaiakan dunia ini sudah berubah, sejalan perkebangan tehnologi yang begitu cepat. Kondisi sosial budaya dan perekonomian juga sudah lama berubah mengikuti perubahan dunia. Namun di dunia pendidikan baru sedikit yang berubah.  Dan ini selalu jadi tema tulisan tulisan saya di blog ini. Penulis sangat berharap bahwa dunia pendidikan juga segera berbenah dan ikut berubah agar tidak timpang dengan kebutuhan riil pendidikan bagi masyarakat dan dunia.
Pada tulisan saya kali ini, saya akan mengajak bapak dan ibu guru untuk berubah. Kenapa harus guru? Yah karena jantung dari pendidikan adalah guru, kalau gurunya berubah tentu semua hal yang terkait dengan pendidikan akan berubah. Semua aspek pendidikan akan berubah sejalan dengan perubahan gurunya. Guru akan berubah kalau guru bisa mengadobsi “BELIEF” atau keyakinan baru tentang pendidikan. Untuk bisa sampai pada perubahan “belief” pada guru, yang pertama sekali harus dilakukan guru adalah merubah paradigma atau cara pandang guru sendiri terhadap pendidikan.
Nah untuk membantu guru mendapatkan paradigma baru pendidikan. Ada baiknya saya sedikit membantu memicu pemikiran kritis para guru dengan mengungkapkan hal hal ringan yang harus dirubah sebagi berikut:
1.       Artificial context         harus dirubah menjadi                     real world context
Diwaktu lalu semua guru mengajarkan teori di dalam kelas. Siswa pun diminta membaca buku untuk memahami teori. Andai saja ada guru yang berikiran maju dan meminta siswanya mendiskusikan sebuah pemecahan kasus, maka kasus itu juga dimbil dari textbook atau kasus itu dikarang oleh gurunya, sehingga belum juga kasus dipikirkan sang guru sudah memegang keputusan penanganan kasus yang dia yakini sebagi yang benar dan terbaik. Alih alih siswa berlatih berfikir malah mereka terperangkap dan tergiring untuk menerima gagasan gurunya sebagai gagasan terbaik.
Untuk sekarang guru harus punya paradigma yang berbeda. Guru harus mampu menghadirkan situasi asli diluar kelas untuk dipelajari, diamati dan di carikan pemecahannya di dalam kelas. Siswa perlu memasuki situasi riil agar mampu membuat keputusan berdasarkan situasi dan kondisi yng berjalan bukan pada situasi rekaan. Sedang untuk belajar bahasa asingpun siswa akan cepat belajar kalau dihadapkan pada native speakernya dari pada di suruh pura pura dalam situasi tertentu dan mereka harus bicara dengan teman sendiri.
2.       Factual                harus dirubah menjadi                             critical thinking
Seperti yang saya jelaskan diatas, guru selama ini selalu menjejelkan teori teori pada siswa siswinya. Untuk menunjukan kebenaran teori yang berpuluh tahun dia sampaikan dai satu generasi siswa ke generasi siswaa yang lain, guru yang lebih kreatif akan mencoba membuktikan dengan bukti bukti yang dia bisa comot dari artikel di media masa, kejadian sehari hari, atau berita baik di koran, majlah, radio ataupun TV. Boleh dikata semua yang disampaiakn dibuat sefaktual mungkin.
 Cukupkah? Ya cukup, tapi dulu. Sekarang informasi faktual sudah tidak cukup. Tantangan ke depan butuh lebih dari sekedar mengetahui informasi faktual. Kita dituntunt untuk bisa berfikir cepat, bertindak cepat bergerak cepat dan berhasil cepat karena kehidupan ke depan nampaknya akan bergerak begitu cepat. Oleh karena itu sekolah sudah selayaknya mengajarkan siswanya bergerak cepat berfikir cepat dan memetuskan dengan cepat. Itu artinya sekolah wajib bukan saja mengajarkan hal hal yang faktual, tapi juga mengjarkan siswanya untuk berfikir kritis. Perekonomian kedepan tidak akan bertumpu pada perekonomian manufacturing lagi. Sumberdaya alam sudah menipis, ekonomi kreatif menunggu kita. Berfikir kritis dan cepat adalh senjata yg diperlukan dalam perekonomian kreatif di masa depan.
3.       Information delivery         harus dirubah menjadi               information exchange
Sejauh ini kita harus mengakui bahwa dalam pelaksanaan pendidikan kita terlalu bertumpu pada kemampuan guru mentransfer pengetahuannya. Guru adalh satu satunya sumber informasi di dalm kelas oleh karena itu harus didengarkan dan ilmunya haruslah diserap. Pertanyaan apakah informasi yang diberikan guru pasti benar adalh haram hukumnya. Semua siswa tidak berhak bertanya dan harus take for granted secara membabi buta menerima apa yang disampaikan guru adalh benar. Padahal siapa bisa menjamin kalau apa yang diketahui guru itu pasti benar? Guru adalah sumber ilmu dan sumber informasi oleh karena itu pengajaran pasti berbentuk ceramah one way traffic. Hal seperti ini tidak benar bukan? Siswa bisa saja lebih tahu dan lebih pintar dari gurunya pada masalh tertentu.
 Oleh karena itu pengajaran di sekolah tidak boleh lagi one way traffic. Guru tidak bisa lagi memposisikan diri sebagai satu satunya sumber belajar. Semua oarang yang ada di ruang kelas punya hak sebagi penyampai informasi dan pengetahuan. Jadikan kelas sebagi tempatnya para pelajar bertukar informasi dan pengetahuan. Bisa dibayakan seberapa banyak informasi dan pengetahuan yang beredar di dalam kelas, kalau hanya berasal dari satu sumber dan seberapa banyak yang akan kita dapat kalau semua orang di dalam kelas mengumpulkan informasi dan pengetahuan yang ada.  Pengetahuan akan makin lengkap tajam jelas dan aktual kalau semua orang memberikan apa yang mereka tahu bukan?
4.       Teacher-centered instructions          harus dirubah menjadi           students-centered learning
Terkait dengan apa yang kita bicarakan di no.3 di atas. Bila menjadikan guru sebagi satu satunya sumber informasi maka guru akan berlaku sebagi pembicara tunggal. Dan artinya pusat perhatian siswa seluruhnya harus pada guru. Peran guru sangat mendominasi proses belajar mengajar dan menjadikan siswanya pasif dan kalau capai akan ngantuk. Beginilah yang kita sebut sebagi cara belajar guru aktif atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Mengingat bahwa guru sudah tidak selayaknya menjadi satu satunya sumber informasi maka pembelajarn yang terpusat pada guru juga sehharusnya tidak layak lagi. Yang wajib belajar itu siswa bukan guru, oleh karena itu cara belajar siswa aktif atau pembelajarn yang berppusat pada siswa adalah keharusan.  Guru harus bisa menciptakan susasan dimanan siswanya yang belajar dan guru Cuma sekedar sebagai motivator, fasilitator dan memonitor.
Dan membuat situasi seperti ini tentu tidak mudah, tapi kalau anda adalah guru yang baik tetu akan berusaha untuk belajar mengembalikan hak siswa untuk belajar, bukannya malah mencuri waktunya siswa untuk belajar anda pakai untuk belajar sendiri dan siswa anda melihat anda yang sedang belajar. Baliklah kondisi yang ada menjadi anda mengawasi siswa siswi yang sedang belajar.  Kenapa saya katakan begitu? Ya karena saat anda berceramah mengajarkan ilmu pengetahuan di depan siswa anda, yang akan bertambah pintar adalah anda, siswa anda tetap tidak akan tahu apa apa. Di sinilah sebetulnya sumber permasalahan yang mengakibatkan ada siswa dibilang bodoh, karena memang yang belajar gurunya, siswa tidak belajar tapi melihat gurunya sedang belajar.  Semoga bisa dipahami  kenapa saya katakan gurunya yang belajar dalam hal ini. Maka rubahlah paradigma anda dan kemudian rubahlah suasana kelas anda sehingga di dalam kelas yang belajar adalah siswa anda, bukan anda sebagi gurunya.
Masih ada beberapa hal lagi sebetulnya yang bisa saya sampaikan. Namun tidak sekarang. Sekarang sudah jam satu malam. Saya akan istirahat dulu dan saya akan lanjutakan bab ini dilain waktu. Semoga berguna.

*) lanjutan dah bisa dibaca di Paradigma guru pada pembelajaran abad 21 (21st century learning) (bagian 2)

Selasa, 12 Februari 2013

Ketrampilan Hidup Leaderpreneurship untuk Sekolah Masa Depan





Perkembangan tehnologi, utamanya tehnologi informasi yang begitu pesat, bukan saja membawa kemudahan kemudahan di semua sektor kehidupan manusia, tapi ternyata membawa dampak sosial ekonomi yang tak terpikirkan sebelumnya. Sistem hubungan sosial berubah, karena tehnologi informasi mampu meniadakan jarak dan waktu bagi manusia untuk berinteraksi.  Kita bisa berinteraksi dengan siapapun secara instant dimanapun dan kapanpun , hal yang sangat mustahil untuk bisa dilakukan 30 tahun yang lalu. Secara ekonomi tehnologi juga menjanjikan efektifitas dan efisensi kerja yang luar biasa. Saking efektif dan efisiennya pekerjaan yang bisa dilakukan tehnologi, samapai tenaga manusia tidak dibutuhkan lagi. Akibatnya banyak pekerjaan yang dulu ada sekarang sudah menghilang, dan akhirnya muncul juga pekerjaan pekerjaan baru yang sepuluh tahun yang lalu saja tidak terbayangkan adanya.
Namun sayangnya ketrampilan hidup yang diajarkan di sekolah pada siswa siswinya masih ketrampilan hidup saat tehnologi dan utamanya tehnologi informasi belum berkembang seperti sekarang. Ketrampilan hidup yang diajarkan disekolah masihlah ketrampilan hidup dimana dunia masih menggunakan tehnologi  lama dan tehnologi  informasi masih sangat sederhana. Ketrampilan hidup yang didapat disekolah tak lebih dari kemampuan mengerti dan hafal bberapa teori pengetahuan, mampu lulus ujian punya ijasah dan bisa mencari kerja diperkaantoran.  Sedangkan seperti yang sudah diutarkan diatas, bahwa kehadiran perkembangan tehnologi yg bgt pesat telah meniadakan jenis jenis pekerjaan yng bisa dikerjakan orang yang “pinter” dengan nilai ujian tinggi. Pekerjaan pekerjaan yang tersedia telah berubah dan akan terus berupah dengan cepat, oleh karena itu ketrampilan hidup yang diajarkan di sekolah sudah seharusnyalah segera dirubah sesuai dengan permintaan jaman, atau setidaknya  ketrampilan hidup yang harus diajarkan sekolah ada siswa siswinya haruslah ketrampilan hidup yang bisa secara  fleksibel di-up grade untuk mengikuti jaman dimana siswa siwi itu nanti hidup dan menghidupi diri.
Hal ini tentu adalah tugas berat sekolah untuk memformulakan ketrampilan hidup apap yang harus diajarkan dan bagaimana mengajrkannya. Tentu saja hal ini memerlukan kreatifitas, inovasi  dari warga sekolah yang visioner untuk menentukan.
Nah, dalam tulisan singkat ini, penulis hanya ingin urun rembug, memberi masukan , atau setidaknya melempar ide untuk di diskusikan dengan sidang pembaca semuanya. Penulis mempunyai  akan melempar beberapa ketrampiln hidup yang bisa diajarakn di sekolah demi masa depan siswa siswi kita. Tentu kebenaran ide ini masih perlu dikajilagi, oleh karena itu sejak awal penulis sudah menyatakan bahwa ide ini masih debatable dan ingin di diskusikan dengan sidang pembaca.
Mengingat dimasa depan, tehnologi masih akan terus berkembang, situasi soaial ekonomi akan terus bergeser, sumberdaya alam akan makin menipis, perekonomian tidak lagi akan berbasis pada perekonomian manufacturing lagi dan perekonomian kreatif akan jadi trend ke depan, maka ketrampilan hidup (life skills) yang perlu diajarkan pada siswa disekolah adalah sebagi berikut:
          Understanding oneself and others
          Communication skills
          How to get along with others
          Learning to learn
          Decision making
          Managing
          Organizing/ working along with others
          Inovation
          creatifity
          Risk taking
          Business perspectives
          Opportunity building  
          Self understanding.
          Marketing
          Selling
          Foreign languages
          Information technology
          Management
          Administration
Terus terang penulis agk malas untuk menjelaskan “kenapanya” untk tiap ketrampilan hidup yang ada, namun bisa penulis katakan bahwa tujuh ketrampilan hidup pertama adalah ketrampilan hidup yang terkait dengan kepemimpinan, 8 ketrampilan hidup berikutnya adalah ketrampilan hidup yang terkait dengan kemampuan berbisnis atau menjalankan tindakan entreprenerial dan 4 ketrampilan yang terakhir adalah ketrampilan hidup yang akan mendukung dua kelompok ketrampilan hidup yang sebelumnya yaitu ketrampilan hidup kepemimpinan dan kewirausahaan atau dalam bahasa inggris disebut sebagai leadership life skills and entrepreneurship life skills. Dan kalau mau diperpendek itu semua adalah ketrampilan hidup LEADERPRENEURSHIP yang wajib dipunya semua siswa sekolah.  Semoga berguna....

Minggu, 03 Februari 2013

PERLUKAH SEKOLAH MEMPERHATIKAN " MOMENT OF TRUTH"?



Bagi sekolah sekolah negri baik tingkatan SD yang paling rendah sampai SMA ataupun SMK yang paling tinggi, mencari siswa baru bukanlah suatu hal yang susah. Buka pendaftaran selama satu minggu saja, siswa yang datang akan melebihi kuota yang bisa mereka terima. Hal ini tentu para sidang pembaca sadari bukanlah hal yang mengada ada. Daya tarik siswa untuk bersekolah di sekolah sekolah negri begitu besarnya sehingga tak diperlukan lagi apa yang oleh orang pintar disebut sebagai marketing strategy. Mereka ga peduli apa dan bagaimana sekolah negri tersebut, product tidak penting bagi pelanggan sekolah negri toh pada dasarnya standarad pendidikan sekolah negri ya standard tidak terlalu berbeda dari satu sekolah ke selolah yang lainnya. Hal ini akan tetap seperti itu selama negri-minded masih ada dipikiran masyarakat kita, dan fakta bahwa sekolah negri sebetulnya gratis adalah daya tarik yaang berikutnya.

Tapi tidak seperti itu yang terjadi pada sekolah swasta. Mereka harus bertarung keras untuk merebut pasar. Strategi harus dijalankan, produk pendidikannya haruslah “berbeda “ dari sekolah lain. Semua sumberdaya harus dikerahkan dan diperbaiki untuk mendapatkan pangsa pasar yang sebetulnya tidak terlalu besar.

Hal hal besar wajibdiperhatikan , hal hal kecil tidak boleh dibiarkan kalau sekolah ingin tetap bertahan menghadapi kerasnya persaingan. Namun adakalanya sekolah hanya terfokus pada hala hal besar, hal hal kecil diabaikan. Gedung diperbagus, fasilitas lengkap, promosi gencar dan besar besaran, tapi banyak hal kecil tapi strategis tidak tersentuh, akibatnya sekolah tetap bergerak ditempat hidup segan mati tak mau.
Salah satu yang suka dilupakan oleh sekolah adalah tidak pandainya warga sekolah menjaga dan memanfaatkan “Moment of truth”. Tentu istilah ini tidak terlalu familiar di sekolah karena istilah ini seringnya hanya berkeliaran di bisnis bisnis keramahtamahan (hospitality) . Di dunia bisnis macam  hotel, restauran, bar , karaoke dan sejenisnya, moment of truth ini sangat diperhatikan, karena hal ini akan berimbas pada lanjut atau gulung tikarnya usaha. Tapi penyelenggara pendidikan belum banyak yang memeprhatikan moment of truth ini.

Nah dalam tulisan pendek saya ini saya Cuma mau mengingatkan para penyelenggra sekolah untuk memperhatikan moment of truth ini, agar kejayaan selalu berada di genggaman sampeyan semua.
Moment of truth secara gampangnya  adalah berbagai kesempatan, hubungan,interaksi ataupun  pertemuan yang terjadi antara badan usaha dan yang merepresentasikannya dengan pelanggan di saatmana pelanggan itu akan
mengalami dan mendalami apakah kebutuhan dan pelayanan yang diperlukan tersedia dengan baik dan pelanggan akan memberikan penilaian terhadap pelayanan perusahaan atau badan usaha tersebut. Penilaian pada moment of truth ini akan menentukan apakah pelanggan akan tetap menjadi pelanggan atau akan segera angkat kaki dan mencari pelyanan di tempat lain.

Bagi sekolah, setelah gedung dan fasilitas diperbaiki, kurikulum sudah di “up grade”, moment of truth ini akan banyak muncul dalam pelayanan pada siswa maupun pada orangtua siswa baik yang diberikan oleh guru maupun staff yang lain. Sekolah yang ingin memeprtahankan pelanggan harus bisa memastikan guru dan karyawannya bisa bekerja keras, melakukan seluruh pekerjaan dengan baik, melayani pelanggan
dengan baik dan semunya harus tepat waktu baru bisa menjamin bahwa pelanggan akan tetap dalam genggaman atau akan kembali lagi.

Hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena, kata yang punya ilmunya, satu moment of truth yang buruk akan menghapuskan 10 kebaikan atau kehebatan yang lain. Kita bisa bayangkan ada calon orangtua siswa yang sedang ke sekolah ingin mencarikan sekolah bagi putranya tercinta, baru sampai depan sekolah orang tua ini sudah terkagum melihat kemegahan calon sekolah anaknya. Tempat parkirnya juga luas, tamannya juga enak dipandang mata. Masuk ke teras sekolah sudah disambut dengan hawa dingin dan wangi, sekolah tertata rapi fasilitas lengkap dan nampak aman bagi anak untuk sekolah. Membaca visi misi sekolah dan program pendidikannya yang begitu hebat tambah mantap saja si orangtua ini ingin menyekolahkan anaknya disekolah itu. Orangtua ini sudah yakin bahwa sekolah ini adalah sekolah yang tepat untuk anaknya, ga peduli bahwa nanti uang masuk atau sppnya sebesar apa, pokoknya anaknya harus sekolah di sekolah ini.
Namun begitu siorantua mulai ketemu guru dan karyawannya kok semuanya cuek saja ga ada yang memperhatikan si orangtua ini. Tiddak ada yang menegur atau sekedar senyum saja. Masuk ke bagian adminsitrasi tidak juga ada yang peduli, hakan pegawai sekolah malah asyyik ngobrol dan bercanda sendiri. Setelah si calon orangtua siswa bilang “permisi” baru ada yang melihat dan memperhatikan. Setelah calon orangtua siswa bertanya tentang sekolah, mereka menjawab “temui kepala sekolah saja bu/pak”,  dan mereka balik lagi ngobrol dengan temannya, ga peduli lagi dengan calon orantua siswa ini.
Kira kira kalau calon orangtua siswa itu anda, sidang pembaca, masih berhasratkah menyekolahkan anak bapak/ibu disekolah yang megah ini? Tentu sampeyan akan berfikir ulang, penilaian yang bagus tentang sekolah itu diawal akan langsung hilang setelah kekecewaan saat dicuekin oleh warga sekolahnya.  Pada ilustrasi ini, sekolah telah kehilangan moment of truth. Semaakin banyak sebuah sekolah kehilangan moment of truth akan semakin ditinggalkan siswanya.
Oleh karena itu sekolah atau bentuk usaha yang lain harus berusaha mati matian untuk tidak pernah kehilangan moment of truth, mengharuskan staff dan gurunya memebrikan pelayanan yang terbaik dan menunjukkan keramahtamahan yang luar biasa pada siapa saja yang datng ke sekolah. Kunci pokok dari moment of truth ini sebetulnya gampang. Sadaarkan seluruh warga sekolah untuk memanusiakan manusia. Pastikan pelanggan adalh raja, jangan dicuekin, jangan dicemberutin, jangan disinggung perasaanya. Jangn biarkan siapa saja yang berada disekolah kebingungan tanpa ada yang menolong dan jangan pernah lupa berikan senyum manis pada semua aorang dilingkungan sekolah. Jangan enggan mengantar menunjukkan dan menolong orang yang punya urusan dengan sekolah. Itu saja. Dan pelanggan akan memberikan apresiasinya. Setelah itu loyalitas pelanggan akan ditangan dan kemajuan usaha/ sekolah tak terhindar lagi. Permintaan kenaikan gaji akan lebih mudah diakomodasi...semoga bermanfaat.

Rabu, 30 Januari 2013

TUGAS, TANGGUNGJAWAB DAN TATA TERTIB GURU



Beberapa hari yang lalu saya tengarai ada pembaca blog ini yang membutuhkan tata tertib guru. Sesuai dengan yang diharapakan pembaca blog ini, saat ini saya terbitkan contoh tugas , tanggungjawab dan tata tertib untuk guru. Ini hanya contoh tentunya bapak dan ibu guru atau kepala sekolah harsu membuatnya sendiri. Semoga bermanfaat.



  1. Tugas.

  1. Menyambut kedatangan siswa siswi ........... sesuai jadwal yang ditetapkan.
  2. Mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran pada hari hari belajar.
  3. Menyiapkan silabus, RPP, KKM, Prota, Prosem untuk semua pelajaran yang diampu.
  4. Memberi contoh cara berpakaian, berbicara dan bertingkah laku yang baik.
  5. Menanamkan nilai nilai moral dan sosial kepada iswa melalui pendidikan yang berkelanjutan.
  6. Mengawasi dan menjaga keselamatan siswa selama di sekolah dan di sekitar lingkungan sekolah.
  7. Memberi pelajaran sesuai dengan tugas, mata pelajaran dan waktu yang diberikan.
  8. Membantu kelancaran administrasi sekolah apabila diperlukan.
  9. Menjalankan kegiatan kegiatan sekolah baik yang sudah atau belum diprogramkan, sesuai instruksi kepala sekolah.
  10. Mengawasi dan mendidik kedisiplinan, ketertiban, dan tanggungjawab siswa terhadap diri sendiri dan lingkungannya.
  11. Memberikan evaluasi belajar siswa baik dalam bentuk tugas, tes formatif maupun test sumatif atau ujian yang bersifat nasional.
  12. Mengawas ujian atau menjadi panitia ujian.
  13. Memberikan penilaian terhadap pekerjaan siswa.
  14. Mengisi raport dan membuat legger bagi wali kelas.
  15. Mencatat siswa dalam buku induk sekolah, mengerjakan administrasi kelas dan kesiswaan.
  16. Membuat rincian kebutuhan kelas yang dilanjutkan ke kepala sekolah melalui bagian keuangan.
  17. Mengatur kelas sesuai dengan prinsip prinsip classroom management.
  18. Memperlakukan siswa sesuai dengan kaidah kaidah manajemen tingkah laku yang benar.
  19. Melakukan pembinaan terhadap siswa baik secara moral, spiritual maupun secra akademis.
  20. Membina hubungan baik dengan orang tua siswa terutama dalam hal yang berkaitan dengan kemajuan belajar siswa atas perintah atau sepengetahuan kepala sekolah.
  21. Memberi masukan pada kepala sekolah tentang semua hal yang terkait dengan kebaikan dan kermajuan sekolah.
  22. Menjaga citra dan nama baik sekolah serta menyebarluaskan kebaikan dan keunggulan sekolah.
  23. Mencatat perkembangan berat dan tinggi badan siswa (wali kelas)
  24. Mencatat kesalakan dan kenakalan siswa serta upaya penanganannya.(wali kelas dan BP)
  25. Memberikan remedial kepada siswa apabila diperlukan.
  26. Mengerjakan tugas tugas lain yang diamanatkan oleh sekolah.


  1. Tanggungjawab

  1. Memastikan keberlangsungan dan kelancaran proses pendidikan dan pengajaran pada matapelajaran yang dipercayakan oleh sekolah.
  2. Mengawasi dan menjaga ketertiban serta kedisiplinan siswa di Sekolah ........
  3. Bertanggungjawab atas tercapainya target target kurikulum.
  4. Menentukan dan memberi penilaian atas hasil kegiatan dan evaluasi terhadap kinerja siswa.
  5. Menjaga keutuhan fasilitas kelas dan sekolah dan aset tak bergerak lainnya.
  6. Menjaga keselamatan siswa yang dipercayakan pengawasannya oleh sekolah.
  7. Menyelesaikan semua tugas yang diberikan sekolah.
  8. Menjaga ketenangan dan keindahan ruang kelas pada khususnya dan sekolah pada umumnya.
  9. Menyelenggarakan administrasi kelas dan administrasi sekolah dengan baik.
  10. Menjaga kekayaan, aset bergerak milik sekolah, serta nama baik sekolah dengan  menjalankan amanah secara bertanggungjawab dan jujur.


  1. Tata tertib.

  1. Datang disekolah paling lambat pukul 06:50 WIB.
  2. Berpakaian rapi sesuai peraturan harian di Sekolah ..................
  3. Sudah berada di dalam ruang kelas 5 menit sebelum bel masuk dibunyikan. Untuk pergantian jam mata pelajaran harus dilakukan tepat waktu bell pergantian di bunyikan dan tidak membiarkan ruang kelas terlalu lama.
  4. Berbicara menggunakan bahasa yang halus dan sopan.
  5. Tebarkan salam, sapa dan senyum pada siapa saja yang berada dilingkungan sekolah.
  6. Saling hormat menghormati terhadap rekan sejawat, orang tua siswa, tamu lain dan mengasihi siswa siswi sekolah ......................
  7. Menjaga hubungan baik dengan pihak pihak terkait (stakeholders) lain.
  8. Semua keputusan tentang siswa dan masalah keuangan yang digagas guru harus sepengetahuan kepala sekolah.
  9. Pengajuan kebutuhan kelas harus diajukan paling lambat tgl 5 setiap bulannya.
  10. Segala jenis penggunaan uang sekolah dan atau penarikan uang dari pihak lain harus dikonsultasikan dan dilaporkan  kepada kepala sekolah.
  11. Izin tidak masuk atau izin meninggalkan sekolah untuk keperluan pribadi wajib mengisi Form yg sudah tersedia dan disetujui kepala sekolah. Bagi yang tidak sempat mengisi formulir, wajib menelpon kepala sekolah.
  12. Wajib menghindari pembicaraan tentang masalah keluarga dan kekayaan orang tua siswa baik pada sesama guru, karyawan, siswa atau pada orang tua siswa itu sendiri.
  13. Haram hukumnya mengharapkan pemberian, meminta sesuatu atau berhutang dari orangtua siswa baik dengan ungkapan langsung atau yang tidak langsung.
  14. Mengerjakan semua tugas sekolah tepat waktu.
  15. Memastikan kebersihan, keteraturan, kerapian ruang kelas serta memastikan sudah tidak ada lagi siswa dilingkungan sekolah sebelum meninggalkan sekolah.

Senin, 28 Januari 2013

HAL HAL YANG HARAM DILAKUKAN GURU DALAM KELAS (Bagian 2)



Baiklah kita lanjutkan lagi pembicaraan kita tentang hal hal yang tidak seharusnya dilakukan seorang guru didepan siswa siswinya. Hal hal yang akan saya sebutkan adalh mutlak untuk dihindari guru kalau sebagi guru anda berharap bisa mengembangkan suasana kelas yang aman dan nyaman serta kondusif untuk proses belajar mengajar. Hal haram berikutnya yg tidak boleh didekati oleh guru adalah:


n  Menunjukkan diri yang paling hebat.
Untuk meredam kenakalan siswa atau untuk mengambl hati siswa agar mudah diatur selama berlangsungnya proses belajar mengajar, tidaklah perlu sampai guru menyomongkan dirinya dengan menunjukan kehebatan dan prestasinya. Apalagi kalau prestasi yang dibangga bangakan itu diceritakn setiap hari. Selain nantinya guru tidak akan ngajar karena fokus pembicaraan bukan diarahkan ke pelajran tapi diarahkan ke pribadi sang guru beserta segala bualannya, cerita yang sama yg diulang ulang cuma akan menimbulkan ejekan pada sang guru dan menjadikan sang guru jd bahan candaan siswa. Dampaknya sdh bisa ditebak tdk akan ada respek yg bisa diterima oleh sang guru. Hal ini erlu saya samppaikan karena ada sekian banyak guru yang senengnya cerita ttg kehebatan diri, kehebatan anak anaknya, kehebatan cucunya atau bahakan cerita kesuksesan anggota keluaga besarnya. Sejauh pengamatan guru yang begini kurang disuka oleh siswa siswinya.
n  Menempatkan diri sebagai yang paling benar.
Hal yang dibenci siswa dari gurunya yang lain adalah sikap guru yang sok merasa paling jago, paling ngerti dan paling benar sendiri. Guru yang seperti ini akan cenderung membenarkan pendapatnya sendiri dan selalu menyalahkan apa yang disampaikan siswanya. Sikap yang demikian bisa menimbulkan rasa tidak hormat pada guru tersebut dari siswa siswinya karena mereka merasa tidak dihargai oleh sang guru yang sebetulnya diharapakan bisa menghargai mereka sebagi perwujudan rasa sayang guru pada siswanya. Harapan yang bertolka belakang ini akan menimbukan sikap yang mengecilkan dan tidak menghargai guru. Sebagai guru selayaknya kita menghargai apapun pendapat siswa dan memberi apresiasi agar semangat belajarnya tumbuh dan berkembang. Andai pendapat siswa kurang benar tidak seharusnya langsung dibilang “salah” begitu saja. Ada banyak cara agar siswa lebih mengerti persoalannya selain menempatkan pada posisi “orang bodoh”. Lagi pula jaman ini guru bukanlah satu satunya sumber belajar lagi, ada banyak sumber disekitar kita yang memeungkinkan siswa dapat informasi yang bukan dari gurunya. Sehingga akalau ada perbedaan pendapat anatar siswa dan guru ada baiknya guru mencari tahu dulu, siapa tahu siswanya yang benar dan gurunya yang ketinggalan informasi. Sehingga merasa yang paling benar dan paling pintar tidak lagi menjadi sifat bagi kita sebagi guru.
n  Main kayu
Hal lain yang tabu dilakukan guru dalam menenangkan dan mengatur siswanya adalah main kayu atau menggunakan kekerasan fisik terhadap siswa siswinya. Jelas tugas guru itu mendidik dan mengajar siswa bukan menebar sakit hati, dan dendam. Penanganan siswa dengan kekerasan fisik pada siswa tidak akan bisa mengarahkan siswa pada disiplin dan rasa tanggungjawab, justru sebaliknya kekerasan yang dilakukan guru terhadap siswa akan membuat siswa merasa dipermalukan didepan teman temannya. Sebagai akibatanya siswa akan menyimpan dendam pada sang guru dan tentu rasa dendam ini akan memepengaruhi semangat dan motivasi belajar siswa. Bagaimana kita bisa berhrap menciptakan SDM unggul di sekolah kalau  siswa yang ada dipenuhi rasa dendam dalam hatinya? Lagi pula keadaran hukum dan kesadaran akan pendidikan yang baik telah mewabah dikalang orang tua, sehingga kekerasan fisik bisa diartikan bahwa pendidikan di sekolah itu kurang bagus dan kurang bermutu. Bahkankan kekerasan fisik bisa berbuntut jadi ersoalan hukum untuk jaman sekarang. Jangan disamakan dengan jaman tahun 60-70an dimana guru boleh seenak udelenya nempelng siswanya.
n  Melebarkan permasalahan ke tempat lain.
Adakalanya dalam menangani kasus siswa secara tidak sengaja menunjuk siswa yang lain lagi untuk kesalahan yang sama atau mnunjuk siswa lain sebagi sama sama siswa yang badung dengan kasus lain yang sudah lalu. Tindakan ini tidak bijaksana karena guru akan memperluas permasalahan dengan mengundang konflik dengan orang oarang yang tidak perlu.  Ada baiknya bila ada ksus pada salah satu siswa, guru berkonsentrasi untuk menyelesaikan kasus itu dan terfokus pada siswa yang bersangkutan. Tidak perlu kiranya guru memeprluas permasalahn dengan menunjuk kesalaha siswaa yang lain lagi yang ada disekitar situ. Jadi kalimat seperti ‘kamu tuh sama saja bandelnya dengan dia” semesti jangan samapi dikeluarkan.
n  Tidak sesuai antara ucapan dan tindakan.
Ucapan seorang guru haruslah bersifat “sabda pandita ratu tan kena wola wali”, tetap dan mengikat baik pada siswa maupun pada guru itu sendiri. Jangan sampai ucappan guru tidak sesuai dengan tindakannya. Kalau seorang guru mengatakan bahwa membuang sampah harus pada tempatnya kepada siswa siswinya, mka guru tersebut kalau buang sampah tidak boleh sembarangan dan harus pada tempatnya. Kalau siswa disuruh menghormati orang berbicara dengan cara mendengarkan dengan baik, sudah seharusnya kalau siswa berbicara guru juga harus mau mendengarkan siswanya sampai selesai bicara. Jangan sampai guru membuat standard ganda, kalau siswa harus begini begitu, sedang akalu guru boleh suka suka sendiri. Kalau ini terjadi siswa akan kehilangan rasa percaya pada gurunya.
n  Tidak konsisten dalam menangani kasus siswa.
Di dunia ini disebelah manapun, orang sangat menghargai konsistensi, konsistensi itu menunjukkan jati diri dan pendirian yang kuat. Kekonsistenan juga memudahkan orang bersikap padanya, itulah kenapa orang senang dgn orang yang konsisten. Berkaitan dengan sikap konsisten yang dipunya guru, murid akan mengapresiasi tinggi karena sikap konsisten guru menyiratkan keadilan, dan ketidakberpihakkan. Guru harus memastikan bahwa pelanggaran yang sama akan mendapatkan konsekwensi yang sama, perbuatan baik yang sama akan mendapatkan imbalan yang sama. Kalau seorang guru bisa menjaga konsistensinya itu, dia ga akan pernah diprotes siswanya.
n  Menggoda siswanya.
Sempat beberapa kali melihat guru laki yang masih lajang menggoda siswinya. Menurut penglihatan saya sang guru memang tertarik secara seksual atau jatuh cinta pada siswanya. Hal ini sangat haram dilakukan. Karena wajah orang jatuh cinta atau tertarik secar seksusal dgn lawan jenisnya itu sangat kelihatan. Kalau ada guru yang seperti ini tentu akan jd bahan tertawaan siswa siswanya.Apalagi kalau cintanya tidak ditanggapi oleh siswanya,  guru akan menanggung beban psikis yang berat karena suka disindir siswanya, sementara cintanyapun tak berhasil. Ruang kelas akan jadi ruang siksaan bagi si guru dan tempat kurang ajar bagi siswa. Hati hati.
n  Menyentuh siswi / murid perempuan.
Dalam ajaran islam menyentuh lawan jenis yang bukan muhrim (keluarga) itu haram hukumnya. Namun selalu ada saja guru laki yang suka main pegang, main peluk siswanya. Hal ini sangat berbahaya karena perbuatan guru ini akan menurunkan wibawa guru. Siswa tidak akan menaruh hormat padanya malah cenderung menjauh. Furu yang seerti ini tentu sudah susah untuk dihrapkan bisa mengatur siswa untuk tidak berisisik dan fokus dalam belajar. Selain itu kalau sampai disalah mengerti dan dilaporkan sebagai pelecehan seksual akan jadi masalah yang lain lagi.
n  Membandingkan siswa satu dengan siswa yang lainnya.
Walau sessulit apa mengatur tingkah laku siswa, janganlah pernah seorang guru membandingkan si siswa “nakal” dengan temannya yang mudah diatur. Karena dalam membandingkan bisa saja guru terlepas kata yang menyakitkan hati si siswa “nakal’. Kalau proses pembandingan ini berlangsung lama dan terus menerus, siswa ‘nakal” ini bukan saja akan membenci gurunya karena merasa selalu diremehkan , dikecilkan dan dihinakan, tapi si siswa ‘nakal” ini bisa timbul dendam pada siswa baik yang selalu dipakai sebagai perbandingan. Dengan membandingkan siswa, tak sengaja guru bisa mencarikan musuh bagi siswanya yang sudah sesuai aturan yg diharapkan gurunya tersebut.  

OK lah bapak Ibu guru diamanapun anda berada sekian yang bisa saya sampaikan. Saya berkeyakinan kalau bapak ibu guru mampu mnghindari hal hal yang saya jelaskan di dua artikel saya terakhir ini. Insyaallah, bapak dan ibu guru akan jad guru yang dihormati siswanya dan akan mudah mengatur mereka sehingga terciptalah suasana yang aman, dan nyaman di kelas bapak dan ibu semua, yang kondusif untuk jadi tempat belajar bagi siswa siswi ibu dan bapak guru semua. Semoga bermanfaat.

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...