Tak bisa dipungkiri kalau
ketenangan dan kenyamanan belajar siswa di dalam kelas adalah syarat mutlak
yang harus ada bila kita menginginkan kesuksesan dan tercapainya tujuan
penangajaran dan pembelajaran di kelas kelas kita. Oleh karena itu penciptaan
kondisi aman dan nyaman dalam kelas adalah sebuah kwajiban yg mutlak juga
melekat pada diri setiap guru.
Kwajiban ini tidaklah mudah,
karena memang adakalanya kita masuk ke sebuah kelas yang sama sekali belum
teratur dengan baik sehingga kekacauan masih mewarnai setiap detik dari
keberadaaan kita dikelas tersebut. Namun seberat apapun kondisi
ketidakteraturan kelas yang kita masuki, hendaklah tidak membuat guru kalut dan
ambil langkah yang tidak tepat untuk mengendalikan kelas. Kesalahan tingkah
ataupun tindakan kita dalam mengatur kelas akan memepersulit kita sendiri dalam
mengendalikan kelas tersebut dibelakaang hari.
Di dalam tulisan saya kali ini, saya bermaksud sedikit
mengingatkan hal hal yang tidak boleh guru lakukan dikelas dalam mengatur
kedisiplinan dan ketenangan kelas. Sekali hal hal “haram” ini ibu dan bapak
guru lakukan di kelas, maka bappak dan ibu guru jangan terlalu berharap akan memiliki
sebuah lingkungan belajar yang aman dan nyaman baik untuk belajar maupun untuk
mengajar sampai bapak dan ibu benar benar kehilangan otoritas untuk mengajar di
kelas tersebut.
Inilah hal hal yang harus
dihindari oleh guru tersebut;
n Meninggikan
suara agar bisa didengar seluruh siswa yang sedang ribut.
Usaha ini dilatar belakangi pemikiran keliru
sang guru yang beraanggapan bahwa kalau suara dia lebih kencang dan lebih keras
dari seluruh siswa yang sedang berisik maka seluruh siswa akan mendengarkan dan
bisa dikendalikan. Pemikiran ini sanagt sangat sesat, justru sebaliknya siswa
tidak akan mendengarkan guru yang bersuara tinggi. Suara tinggi guru akan
ditanggapi siswa bukan sebagai peringatan bahwa mereka telah melanggar
keteraturan dalam kelas, tapi malah dinggap sebagaai legalitas dari gurunya
untuk melanjutkan kebisingan yang mereka ciptakan, karena toh terbukti gurunya
juga ikut berisik. Jadi jangan berharap
terlalu banyak bila anda sebagai guru sudah ikutan membuat kegaduhan yang lebih
keras dibanding kegaduhan yang dibuat oleh siswa anda sendiri.
Yang terbaik bagi guru adalaah meredakaan
suara siswanya dengan cara lain terlebih dahulu, setelah siswa siswinya diam
dan fokus perhatiannya barulah gurunya berbicara, memeberi nasihata ataaupun
melanjutkan pengajarannya.
n Bereriak
dan membentak siswa.
Dalam menangani kasus kenakalan siswa, guru
sudah seharusnya mengendalikan emosinya. Jangan sampai guru mengeluarkan bentakan dan
teriakan pada salah seorang atau sekelompok siswa di dalam kelas yang anda
semua ajar. Memang betul sebuah teriakan/akan yang lantang akan mampu
mengejutkan dan mendiamkan siswa. Namun ongkos yang harus dibayar bisa terlalu
mahal. Karena bentakan emosional itu bukan saja akan membekas dihati siswa tapi
juga akan meninggalkan luka dihati guru itu sendiri. Siswa yang dibentak secara
naluriah akan merasa terancam dan secara instingtif juga akan berusaha membela
diri. Dengan demikian diamnya siswa ukan diam karena sadar akan kesalahannya
tapi diam karena menunggu tindakan guru selanjutnya itu apa. Diamnya sisw
disertai naluri untuk menyerang balik. Walau memang tidak ada lanjutan tindakan
guru tapi kesiap siagaan siswa akan bahaya yg secar instingtif muncul tersebut
akan meninggalkan rasa waspada dan mencoba akan menjauhi dan membenci
sumberbahaya itu. Dan sayangnya yang harus dibenci siswa itu adalh gurunya.
Bagi guru sendiri, teriakan emosional yg dilakukan terhadap muridnya juga akan
menutup kemungkinan kemungkinan membuat hubungan yang baik dengan siswanya.
Bentakan adalah bentuk upaya penyerangan
secara psikologis, dan itu pada akhirnya akan disadari oleh sang guru.
Kesadaran telah menyerang atau membuka front “perang” dengan siswanya akan
membuat guru kehilangan kesempatan untuk menjalain hubungan yg baik dengan siswanya
setidaknya untuk hari itu. Kalau dua kubu telah ada perasaan tidak enak seperti
ini bentuk pengajaran seperti apa yang bisa diharapakan terjadi di kelas itu?
n Mengatakan
“saya yang berkuasa di kelas ini”
Pengalaman pribadi penulis, dulu sewaktu masih
SMA, saya punya guru Bahasa Inggris yang mencoba menunjukan otorotas dia
sebagai guru dengan mengatakan, Saya nggak suka kamu mengganggu saya menhajar
di kelas ini. Sekarang kamu yang keluar atau saya yang akan keluar dari kelas
ini?”. Sontak penulis berdiri dan keluar kelas sambil membanting pintu kelas. Semenjak
itu hubungan saya dengan guru itu sangat buruk. Saya tidak suka dengan guru
tersebut dan pelajaran yang diajarkan sehingag prestasi saya jeblok. Sebaliknya
guru tersebut selalu salah tingkah kalau lagi ngajar di kelas saya, saya
bersikap seenak saya, cuek, dan tidak pernah menganggap kalau sedang ada guru
yang sedang mengajar. Bahkan ada kecenderungan saya memancing lagi kemarahan
guru tersebut. Kondisi ini sungguh tidak membuat guru saya itu merasa nyaman,
terbukti dia sering tidak masuk ngajar di kelas saya. Sering sekali Cuma kasih buku suruh catat.
Kalau guru itu lewat dan saya pura pura batuk , hremm hremmm, guru itu sama
sekali tdk berani menoleh. Dia terteror
selama tiga tahun selama keberadaan saya di SMA itu, krn guru itu
melakukan kesalahan di awal saya sekolah disana. Anda ingin merasakan suasana
yang sama?
n Berdebat
dengan siswa.
Adakalanya krn kesalahan pendekatan dan
kesalahan intonasi dari ucapan guru, siswa yang dinasehati bukannya sadar tapi
malah membantah atau cari cari alasan. Guru yang kurang wawasan akan terpancing
untuk berdebat dengan siswa tersebut sampai siswa tidak bisa berucap apa apa
lagi. Hal ini sangat buruk untuk dilakuakn seorang guru karena perdebatan itu
akan menurunkan minat belajar seluruh siswa dikelas tersebut dan juga membuat
kikuk guru untuk malnjutkan mengajar. Jagalah hati sendiri dan jagalah hati
siswa anda dengan tidak mendebat siswa. Tunjukkan kesalahannya dan jalankan
konsekwensi seperti prosedur dan aturan kelas yang berlaku. Jangan pedulikan
kalau siswa mengajak berebat anda.
n Sok
berwibawa dengan muka yang diserem seremin atau dengan gerakan tubuh kaku patah
patah agar kelihatan hebat dan wibawa.
Satu kalimat saja untuk ini. Sikap dan gerak
tubuh anda yg ingin sok wibawa ini Cuma akan jadi bahan candaan siswa baik anda
ada di dalam kelas ataupun anda tidak di dalam kelas. Anda sendiri bapak dan ibu guru yang akan
menentukan masih akan berbuat begitu atau tidak di masa yang akan datang.
n Menghina
dan merendahkan siswa.
Usaha membuat diam siswa dengan merendahkan
atau menghina siswa adalah usaha yang sangat salah. Hinaan seorang guru bagi
siswanya itu lebih menyakitkan dari hinaan yang lain, karena siswa banyak
berharap gurunya menyayangi dia bagai orangtua kedua. Harapan yang lebih
terhadap guru inilah yang membuat hinaan , cacian dan makian guru terasa lebih
menusuk dan melukai siswa. Apalagi kalau hinaan guru ini (walau diucap sambil
becanda) diikuti oleh tawa temen teman sekelasnya. Anda sebagaai guru pasti
tidak akan membayangkan balasan apa yang akan dilancarkan siswa yang anda hina.
Jadi sebaiknya hal seerti ini jangan dilakukan. Dulu temen saya ada yang
bergumam “ ntar lewat mana tuh guru?’. Ucapan lirih teman saya yang bisa
didengar guru dan siswa sekelas itu, sempat membuat guru tergagap dan sulit
berucap.
n Sinis
Ucapan sinis menunjukkan betapa anda sebagai
guru tidak menghargai dan menghormati siswa anda. Sperti hukum dimanapun, anda
hanya akan mendapatkan apa yang anda beli. Kalau anda tidak menghormati siswa
anda, bagaimana anda bisa berharap
mendapatkan penghormatan dari siswa. Ingat peptah yang mengatakan “siapa yang
menanm dia yang mengetam” tanamlah kebaaikan dan anda akan panen kebaikan.
n Memberi
cap siswa.
Memberikan “cap” negatif pada siswa seperti
mencapa siswa sebagai siswa yang nakal, bodoh, atau tukang ribut adalah
tindakan yang kurang tepat. Siswa yang diberi cap, kalau dia dari golongan yang
introvert, siswa tersebut akan meyakini kalau dirinya bodoh dan tidak berguna,
ini akan membuat siswa makin kehilangan percaya diri, kehilangan semangat
belajar, dan menambah beban penderitaan bathin siswa karena merasa bahwa dia
terlahirkan dengan kondisi yang buruk dan tak punya masa depan. Percayalah
tidak akan ada guru yang bisa membuat siswa seperti ini pintar. Bukan itukan
tentunya tujuan bapak dan ibu guru berada di dalam kelas? Bagi siswa yang
ektrovert dan pencari perhatian, mereka akan senang dengan cap itu karena
mereka merasa ada yang memperhatikan. Mereka akan sebisa mungkin capa itu
tiddak lepas dari dirinya. Mereka akan sangat bangga ketika ada orang cerita
tentang kenakalannya dan keberaniannya terhadap guru di kelas. Memberi cap pad
siswa Cuma akan membuat guru mati gaya.
Wahhh dah ngantuk, saya
cukupkan disini dulu yah...nanti insyaallah akan saya tulis
kelanjutannya............